Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Post-Truth dan "Mediasi" di Grup WhatsApp

17 Juni 2020   19:01 Diperbarui: 17 Juni 2020   19:09 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap hari, setiap jam, bahkan setiap menit mungkin banyak dari kita yang menerima notifikasi pesan di salah satu media sosial favorit kita yakni Whatsapp. Terutama notifikasi untuk pesan yang dikirim melalui grup-grup secara bertubi-tubi. Isi pesannya beragam, mulai dari broadcast acara, promosi iklan, ucapan selamat, hingga obrolan atau diskusi lainnya. Syukur-syukur satu dua tiga grup, tetapi kalo puluhan bagaimana? Ditambah isinya orang-orang yang sama pula.

Menyikapi hal tersebut, setiap orang tentu memiliki cara pandang dan respons yang berbeda-beda. Ada yang membaca secara serius, ada yang sekedar baca saja karena ketidaknyamanan pada notifikasi, ada juga yang membiarkan sampai ratusan hingga ribuan chat bertaburan begitu saja, dan ada pula yang bersikap bodo amat.

Whatsapp sebagai salah satu produk inovasi teknologi informasi dan internet ini memang sangat digandrungi masyarakat dunia. Tidak heran jika rata-rata semua pengguna smartphone aktif menggunakan aplikasi ini. Tujuannya tentu beragam, muai dari tujuan pekerjaan, pertemanan, pendidikan, bisnis, hingga hanya ikut-ikutan saja. Tren obrolan dan gaya komunikasi pun berubah hingga menimbulkan ketergantungan yang tinggi pada aplikasi ini setiap harinya.

Dengan berbagai kemudahan pada fitur ini. Lantas, bagaimana jika Whatsapp ini digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif penyelesaian konflik horizontal yang disebabkan fenomena post-truth?

Mungkin ada yang pernah terbersit dari pikiran kita, bagaimana jika grup-grup Whatsapp kita justru di isi dengan orang-orang dengan berbagai latar belakang yang berbeda, serta di isi dengan orang-orang yang baru semua? 

Maksudnya, orang-orang penghuni grup kita di isi dengan orang-orang dengan ras yang berbeda, etnis yang beda, agama yang berbeda, pilihan politik yang berbeda, dan kemudian berdiskusi aktif membicarakan berbagai persoalan bangsa secara bersama-sama. 

Khususnya persoalan kerukunan, intoleransi, atau konflik horizontal lain atau bahkan persoalan pelik lainnya. Apalagi Indonesia yang di daulat sebagai negara dengan perbedaan atau multikultural. Hal ini bisa menjadi sebuah alternatif dan terobosan yang efektif.

Hal demikian bukan tanpa alasan, mungkin banyak dari kita yang masih berkutat menyaksikan permasalahan yang sudah sangat klasik yakni mempersoalkan perbedaan dan kemudian mempertentangkannya karena merasa diri kita, kelompok kita, atau pun ras kita, hingga agama kita yang paling benar di antara orang lain, kelompok lain, hingga agama lain dan berujung pada politik pasca-fakta (post-truth). 

Padahal sejatinya sebagai warga negara, menjunjung tinggi perbedaan dengan mengedepankan kebersamaan merupakan ciri bijaksana seorang warga negara pada negaranya.

Namun, seringkali muncul sanggahan. "Sebetulnya grup-grup Whatsapp dengan penghuni yang berlatar belakang beda kan banyak, tinggal di desain saja diskusinya untuk bahas suatu problem tertentu berdasar pada perbedaan sudut pandang, kan selesai?".

Ya, sah-sah saja jika demikian. Namun, jika hal ini disandarkan hanya pada kewajiban sebagai bagian dari suatu kepentingan semisal satu organisasi, kelompok mahasiswa, kelompok pekerjaan, hingga kelompok sosial masih belum menjadi fokus utama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun