Mohon tunggu...
Setia Kurniastuti
Setia Kurniastuti Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Cuma pengen bersyukur biar bisa bahagia

Selanjutnya

Tutup

Financial

Corona, Ekonomi Islam Bisa Apa? Mahasaiswa Undip Ajak Masyarakat Hidup Sejahtera

12 Agustus 2020   11:44 Diperbarui: 12 Agustus 2020   11:48 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semarang (12/08),- Setelah kurang lebih 3 bulan masyarakat Indonesia menjalani work from home (WFH) untuk mencegah penyebaran virus corona atau covid-19, kini telah memasuki babak baru yang dinamakan New Normal. New normal memberikan sedikit peluang masyarakat beraktivitas di luar rumah tidak terkecuali berpergian ke luar kota dimana hal ini sebelumnya dibatasi secara besar-besaran saat masa PSBB. 

Dengan adanya sedikit kebebasan masyarakat berpergian kesana kemari, tidak memungkinkan penularan Covid-19 semakin cepat dan luas. Oleh karena itu, sterilisasi daerah tempat tinggal perlu dilakukan dalam penanganan penyebaran Covid-19. 

Adanya pemberlakuan new normal, juga semakin membuat masyarakat harus lebih memperhatikan kebersihan lingkungan. Tentu saja dengan lingkungan tempat tinggal yang bersih, akan menjaga kesehatan kita dari gangguan bermacam-macam penyakit.

Selain itu, masalah ketimpangan ekonomi di tengah masyarakat Indonesia semakin terpampang jelas di tengah wabah virus corona atau covid-19. Selama ini, isu ketimpangan cenderung kalah oleh isu-isu lain yang lebih popular, sebut saja pertumbuhan ekonomi dan insentif yang dibutuhkan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tersebut. 

Masyarakat yang tergolong kelas menengah dan memiiki tabungan yang cukup bisa saja tidak terganggu pengeluarannya akibat covid-19. Kelompok ini bisa saja tidak terganggu penerimaannya karena mayoritas sudah memiliki pekerjaan formal yang bisa dikerjakan di rumah. Kondisi yang berbeda muncul bagi mereka yang bekerja secara informal. 

Tidak ada pilihan lain bagi kelompok masyarakat ini selain harus turun ke lapangan dan beresiko tertular covid-19. Masyarakat dari kalangan yang lemah secara sosial dan ekonomi memiliki kemampuan yang rendah untuk melakukan pencegahan tersebut. Kelompok ini tidak mampu melakukan pembatasan jarak karena pekerjaan mereka menuntut adanya kontak langsung dengan pelanggan. 

Mereka juga tidak memiliki tabungan yang cukup untuk berdiam diri di rumah seperti yang dihimbau oleh pemerintah. Banyak di antara mereka bekerja demi mencari penghasilan untuk makan dan minum pada hari itu. 

Entah social distancing, physical distancing, PSBB, atau apapun namanya, pemerintah perlu menggelontarkan bantuan sosial (bansos) agar pekerja informal bisa melaksanakan hal tersebut. Tambahan program keluarga harapan (PKH) dan kartu sembako yang digulirkan pemerintah masih belum cukup.

Masalah ketimpangan dan kemiskinan ini tidak akan berakhir tanpa adanya campur tangan dari masyarakat. Sebagai Negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, umat Islam dapat memberikan peran terbaiknya melalui berbagai bentuk atau model filantropi dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah. 

Peran ini diharapkan dapat mengatasi guncangan ekonomi yang terjadi dan seluruh masyarakat, khususnya umat muslim dapat ikut serta berkontribusi dalam memulihkan guncangan tersebut. 

Solusi yang dapat ditawarkan dalam kerangka konsep dan sistem Ekonomi dan Keuangan Sosial Islam adalah penyaluran bantuan yang berasal dari infaq dan sedekah dari masyarakat baik tunai maupun dalam bentuk bantuan pokok lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun