Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Beda Gaya dan Cara Belanja di Warung Kelontong hingga Supermarket

26 November 2022   12:21 Diperbarui: 26 November 2022   20:47 1537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana warung kelontong. (Foto Kompas.com)

Saya tidak bisa banyak membahas toko grosir karena memang jarang ke belanja di sana. Lokasi toko grosir sama dengan warung kelontong yang memilih di pinggir jalan raya atau jalan yang ramai. Toko grosir biasanya memiliki papan nama yang dibuat oleh pemilik dan kadang tertera juga di spanduk iklan produk.

Barang dagangan yang dijual lebih banyak dan lebih lengkap dari toko kelontong. Suplai barang biasanya berasal dari distributor atau produsen produk. Modal untuk mendirikan toko grosir tentu lebih besar dari toko kelontong.

Pembelinya biasanya pemilik warung sebelah atau warung kelontong untuk dijual kembali. Masyarakat biasa ke toko grosir saat ada hajatan atau belanja bulanan. Tak heran jika banyak pembeli keluar dari toko grosir sambil membawa belanjaan berkardus-kardus.

Untuk waktu operasional toko grosir lebih teratur dan pasti. Transaksinya lebih modern karena menggunakan mesin kasir. Yang melayani pembeli lebih banyak, ada yang sudah berseragam ada juga yang belum.

Minimarket/Supermarket

Untuk minimarket atau supermarket tidak tidak perlu panjang lebar diuraikan karena saya sudah capek ngetiknya.

Minimarket dan supermarket pengelolaanya lebih modern dan profesional. Barang yang dijual di minimarket memang lebih sedikit dari supermarket namun layanan pendamping lebih beragam seperti mulai dari beli pulsa/kuota, bayar listrik, pesan tiket kereta hingga bayar PBB.

Transaksi di minimarket dan supermarket bisa tunai atau non tunai dan tentu saja tidak melayani utang-mengutang, apalagi acara ninggal KTP sebagai jaminan.

Cara belanja di minimarket tak perlu diterangkan panjang lebar. Pembeli mengambil barang sendiri dan membayar di kasir. Harga sudah tertera di rak, namun harus teliti karena kadang tertukar posisinya. Rak yang paling sering didatangi adalah rak berisi deretan mi instan, sementara tempat yang membuat berdiri termenung adalah lemari pendingin berisi aneka minuman ringan, hehe. 

Orang belanja ke minimarket bisa kapan saat ada keperluan. Sementara orang ke supermarket sudah direncanakan, biasanya saat belanja bulanan. Karena itu saat ke supermarket lebih rapi dan modis, mandi dan dandan lebih dulu. Jangan lupa siapkan juga kantong belanja.

Belanja bulanan ke supermarket memang lebih murah terutama jika ada diskon gede-gedean. Namun biaya sampingan juga harus diperhitungkan terutama jika membawa anak dan istri. Selepas belanja, anak sering merengek ke arena permainan. Belum lagi jajan, makan-makan, uang parkir, hingga biaya tak terduga karena lapar mata. Lho kok jadi curhat sih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun