Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengenal Largo Super, Teknologi Padi Lahan Kering

14 Februari 2018   15:12 Diperbarui: 16 Februari 2018   04:32 4370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan Senin pagi (12/2/2018) dari Yogyakarta menuju Kebumen melewati jalan raya Daendels awalnya lancar jaya. Sayangnya Mbah Peta Gugel yang kadang sok tahu dan kita begitu mempercayainya (he he) menggoda untuk menempuh jalan pintas menuju Kecamatan Puring. Jadinya kami berputar-putar keliling kota dan menjelajah desa.

Untungnya, kami tak tergoda (tepatnya belum) mampir ke warung Sate Ambal, sate khas Kebumen yang bikin kemlecer. Sebab acara penting sudah menanti: Peluncuran Teknologi Largo Super dan Panen Padi Gogo di Desa Banjareja, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen. Siapa Largo Super? Superhero yang nyasar ke Kebumen?

Para pembaca yang budiman, Largo Super merupakan paket teknologi padi lahan kering hasil inovasi Badan Litbang Pertanian atau Balitbangtan. Saat ini, pemenuhan beras nasional sebagian besar berasal dari lahan sawah irigasi. Padahal, Indonesia memiliki potensi lahan yang perlu untuk dikembangkan adalah lahan kering. Biasanya, lahan kering ditanami padi gogo, padi ladang atau padi huma.

Petani di Kecamatan Puring sebenarnya sudah menanami lahan kering dengan pola padi - palawija - palawija. Varietas padi yang ditanam biasanya Ciherang atau Mekongga. Namun produktivitasnya kurang memuaskan, tak lebih dari 4 ton/hektar. Mungkin kalau padi bisa baper, ia akan berkata:

Hidup di lahan kering berat,

kamu tak akan kuat,

biar Largo Super saja.

Penerapan teknologi padi Largo (Larikan Gogo) Super pada lahan 100 hektar di Kecamatan Puring merupakan bagian dari diseminasi hasil teknologi yang dihasilkan balitbangtan. Kegiatan ini adalah kombinasi dari beberapa hasil teknologi di lingkup Balitbangtan.

Kepala Balitbangtan, Muhammad Syakir saat panen padi gogo menggunakan mesin panen di Desa Banjareja, Kecamatan Puring, Kebumen pada Senin (12/2/2018). Foto Setiyo
Kepala Balitbangtan, Muhammad Syakir saat panen padi gogo menggunakan mesin panen di Desa Banjareja, Kecamatan Puring, Kebumen pada Senin (12/2/2018). Foto Setiyo
Untuk tanaman padi, Balitbangtan mendiseminasikan varietas unggul baru (VUB) yaitu Inpago 8, Inpago 9, Inpago 10, dan Inpago 11. Selain itu diujicoba juga tanaman padi hibrida yaitu Hipa 8 dan IPB 9G. Varietas yang diujicoba semua tahan hama, dengan umur rata-rata 105 hingga 115 hari. Ujicoba beberapa varietas dimaksudkan agar petani nantinya bisa memilih mana varietas yang disukai untuk ditanam.

Area lahan kering yang ditanami varietas Inpago di Desa Banjareja, Kecamatan Cipuring, Kebumen. Foto Setiyo
Area lahan kering yang ditanami varietas Inpago di Desa Banjareja, Kecamatan Cipuring, Kebumen. Foto Setiyo
Karena hidup di lahan kering berat, varietas unggul tadi diberi semacam suplemen biar greng! eh biar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Tambahan teknologi lain misalnya penggunaan Biodekomposer Agrodeko ketika olah tanah untuk membantu mendekomposisi biomassa tanaman yang masih sisa supaya bisa dimanfaatkan oleh tanaman padi untuk sumber nutrisi atau hara. Sebelum ditanam dengan larikan gogo, benih padi dicampur dengan pupuk hayati untuk mempercepat pertumbuhan.

Penanamannya pun menggunakan Atabela (alat tanam benih langsung) karya BBMektan (Balai Besar Mekanisasi Pertanian). Modern dan keren kan. Dengan alat itu benih padi tumbuh cepat, merata, dan seragam. Pertumbuhannya berbeda dari cara tanam dengan sistem diawur atau ditugal.

Penggunaan Atabela akan mempermudah saat pemeliharaan tanaman karena alat sudah didesain untuk larikan gogo. Pada teknologi Largo Super menggunakan penanaman pola legowo 2:1. Jadi antar larikan disela dengan legowo. Fungsinya untuk memberikan efek pinggiran sehingga mendapat pencahayaan bagus dan lebih intensif sehingga perkembangannya bagus.

Kepala Balitbangtan, Muhammad Syakir mengoperasikan alat tanam benih langsung. Foto Setiyo
Kepala Balitbangtan, Muhammad Syakir mengoperasikan alat tanam benih langsung. Foto Setiyo
Pola tanam larikan gogo (Largo) mempermudah pemeliharaan saat menyiangi rumput karena ada legowonya. Pemupukan juga lebih mudah dan efektif juga karena pupuknya ditaruh di tengah larikan. Selain itu, tingkat kelembaban menjadi lebih rendah sehingga menurunkan perkembangan organisme.

Nah, untuk itulah kami blusukan ke lokasi pilot project sekaligus peluncuran teknologi Largo Super dan panen padi gogo.  Hamparan padi bernas menguning menyambut langkah kami. Acara panen padi pun dikemas unik. Kepala Balitbangtan, Muhammad Syakir  datang ke lokasi dengan menaiki kuda yang bisa bergoyang diiringi musik dangdut. Sepertinya kuda tersebut penggemar berat Nella Kharisma pendendang lagu dangdut hits "Jaran Goyang".

Kepala Balitbangtan datang ke lokasi Panen Padi Gogo dan Launching Teknologi Largo Super menaiki Jaran Goyang. Foto Setiyo
Kepala Balitbangtan datang ke lokasi Panen Padi Gogo dan Launching Teknologi Largo Super menaiki Jaran Goyang. Foto Setiyo
Bersama beberapa pejabat, Kepala Balitbangtan memulai prosesi panen padi gogo dengan menggunakan sabit kemudian mencoba mesin panen modern. Kepala Balitbangtan juga mencoba Atabela (alat tanam benih langsung) yang sudah didesain sesuai pola tanam Legowo 2:1. Ia juga sempat berdialog dengan para petani serta memberikan bantuan paket teknologi Largo Super pada 6 kelompok tani.

Suasana panen padi gogo di Desa Banjareja, Kecamatan Cipuring, Kebumen. Foto Setiyo
Suasana panen padi gogo di Desa Banjareja, Kecamatan Cipuring, Kebumen. Foto Setiyo
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Balitbangtan mengungkapkan hasil paket teknologi Largo Super ini ternyata tak mengecewakan. Data dari tim BPS yang telah melakukan ubinan terhadap beberapa titik pertanaman Largo, produktivitas padi di lahan kering di demfarm ini dapat mencapai 7.9 ton/ha. Capaian ini meningkat hampir 3 ton dibandingkan hasil panen padi sebelumnya sekitar 4 ton/hektar.

Kepala Balitbangtan optimis teknologi Largo Super bisa diterapkan secara lebih luas lagi di sentra-sentra lahan kering lainnya di Indonesia. Kegiatan scaling up ini akan dikawal oleh Peneliti dan Penyuluh BPTP Balitbangtan di 33 Provinsi.

Seusai blusukan di hamparan padi sawah lahan kering, kami pun menuntaskan hasrat tertunda: mencoba Sate Ambal dan tempe mendoan yang muantap surantap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun