Desa Wonogondo merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Sebagian besar wilayah desa ini merupakan daerah perbukitan yang di dominasi oleh batuan kapur. Kondisi ini menyebabkan air sangat cepat meresap, sehingga hanya ada beberapa mata air yang dapat di temukan dan di manfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga maupun pertanian.
Pada jaman dahulu, masyarakat desa mengambil air langsung dari mata air dengan menggunakan ember, jerigen maupun wadah lainya. Tidak jarang, mereka harus berjalan cukup jauh hanya untuk mengambil air dan membawanya kerumah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan di musim kemarau, mereka rela antri berjam-jam di daerah mata air yang terletak di bawah jurang untuk mendapatkan satu jerigen air bersih.
Kondisi ini masih berlanjut sampai sekitar tahun 2006. Saat itu, masyarakat di Dusun Pakis mulai membuat sumur-sumur gali secara swadaya. Beberapa sumur gali berhasil di buat sehingga  keberadaan air bersih menjadi lebih dekat dengan pemukiman warga.
Namun mereka tetap harus mengantri di sumur dan pada saat kemarau panjang terkadang air dari sumur tidak mampu mencukupi kebutuhan seluruh warga.
Sekitar tahun 2010, dalam upaya menambah kuantitas air bersih di sekitar permukiman warga, Pemerintah Desa Wonogondo mengajukan proposal kepada salah satu lembaga yang menangani Pengelolaan Sumber Daya Alam untuk membuat Sumur Bor.Â
Persiapan pembangunan Sumur Bor pun di mulai dengan mendatangkan ahlinya ahli dari salah satu Universitas terkemuka di Indonesia untuk mementukan titik pengeboran.
Namun sayang, setelah Sumur Bor berhasil di bangun, air yang keluar hanya bertahan beberapa menit saja setiap harinya sehingga upaya ini belum mampu menambah kuantitas air bersih secara signifikan.
Pemerintah Desa Wonogondo tidak patah semangat, mereka terus berupaya untuk mendekatkan air bersih kepada warganya. Pada tahun 2011, mulai di bangun beberapa penampungan air bersih di dekat pemukiman warga. Air disalurkan melalui pipa-pipa yang cukup panjang dari mata air ke penampungan. Ada yang jaraknya ratusan bahkan sampai ribuan meter. Setelah air sampai di penampungan, masyarakat di persilahkan mengambil air bersih dengan menggunakan selang.
Pada awalnya, masyarakat merasa sangat senang dengan keberadaan penampungan-penampungan air bersih di sekitar rumah mereka. Warga berbondong-bondong menyalurkan air ke rumah. Air kemudian memenuhi bak-bak di kamar mandi, mengalir terus menerus sepanjang waktu melalui selang-selang yang terpasang.
Masalah mulai timbul ketika datang musim kemarau. Debit air yang mengalir ke penampungan tidak mampu lagi memenuhi semua selang. Masyarakat kembali harus berebut air lewat media selang. Ada yang selangnya di masukan lebih dalam ke tampungan, ada pula yang berupaya menyumbat selang lain sehingga air bisa mengalir ke selang miliknya.