Mohon tunggu...
Ace D. Gold
Ace D. Gold Mohon Tunggu... Konten kreator

Sebagai konten kreator, aku fokus menciptakan konten yang menginspirasi, menghibur, dan memberikan nilai tambah untuk audiens. Dengan pengalaman di berbagai platform digital, aku terus mengembangkan karya yang relevan, kreatif, dan berdampak positif.

Selanjutnya

Tutup

Love

Robert Prevost Jadi Paus Leo XIV: Sejarah Baru Dari Amerika Serikat

9 Mei 2025   19:18 Diperbarui: 9 Mei 2025   19:18 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : SesukaHati

Vatikan kembali mencatat sejarah penting dalam dunia Katolik global. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang rohaniwan asal Amerika Serikat diangkat sebagai Paus dan memilih nama Leo XIV. Sosok yang sebelumnya dikenal sebagai Kardinal Robert Francis Prevost axistogel resmi terpilih sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik pada 8 Mei 2025, menggantikan Paus Fransiskus yang wafat beberapa pekan sebelumnya.

Pengangkatan Paus Leo XIV bukan hanya peristiwa transisi kepemimpinan biasa. Ini adalah titik balik yang memperlihatkan bagaimana Gereja Katolik semakin membuka diri terhadap perubahan zaman, baik dari segi geografi, pendekatan pastoral, hingga orientasi pada isu-isu global.

Kardinal dari Chicago yang Menjadi Pemimpin Dunia Katolik

Robert Francis Prevost lahir di Chicago, Illinois, pada 14 September 1955. Ia merupakan anggota Ordo Santo Agustinus (OSA), dan telah mengabdikan hidupnya dalam pelayanan pastoral di berbagai belahan dunia, termasuk Peru dan Roma. Sebelum menjadi Paus, ia menjabat sebagai Prefek Dikasteri untuk Uskup, sebuah posisi penting yang membentuk dan mengawasi para uskup di seluruh dunia.

Dalam sejarah Gereja Katolik, ini adalah kali pertama seorang Paus berasal dari Ordo Agustinian sejak abad ke-17. Nama Leo XIV yang dipilih juga bukan sembarangan. Nama tersebut terakhir digunakan lebih dari satu abad lalu, dan kini dibangkitkan kembali sebagai simbol harapan, kekuatan moral, dan kepemimpinan yang bijak.

Pemilihan yang Cepat dan Simbolik

Pemilihan Robert Prevost berlangsung hanya dalam dua hari konklaf, menandakan bahwa para kardinal memiliki kepercayaan penuh terhadap visinya. Asap putih yang keluar dari cerobong Kapel Sistina menandakan bahwa suara mayoritas telah dicapai, dan dunia pun menantikan nama yang akan disebutkan.

Ketika Kardinal Jean-Pierre Ricard muncul di balkon Basilika Santo Petrus dan mengumumkan "Habemus Papam", sorak-sorai umat Katolik dari berbagai negara bergema. Paus Leo XIV lalu tampil dan memberikan pidato pertamanya, yang berisi pesan perdamaian, kesatuan, dan pelayanan penuh kasih.

Visi Paus Leo XIV untuk Gereja Modern

Dalam pidato perdananya, Paus Leo XIV menegaskan bahwa dirinya akan membawa Gereja menuju semangat persatuan, belas kasih, dan keterbukaan. Ia juga menyinggung pentingnya dialog antaragama, perhatian terhadap perubahan iklim, serta kesetaraan di tengah umat yang semakin beragam.

"Saya datang bukan untuk memecah, tetapi menyatukan. Bukan untuk menghakimi, tetapi untuk mendengarkan. Gereja harus menjadi rumah bagi semua orang yang mencari terang dan kasih," ungkapnya dengan suara lembut namun tegas.

Sambutan Hangat dari Berbagai Belahan Dunia

Pemilihan Paus Leo XIV disambut antusias, terutama oleh umat Katolik di Amerika Serikat dan Amerika Latin. Banyak yang menganggap pengangkatan ini sebagai representasi nyata bahwa Gereja Katolik mulai memperhatikan suara dan dinamika umat di luar Eropa.

Presiden Amerika Serikat, melalui pernyataan resminya, menyebut bahwa penunjukan Paus Leo XIV merupakan "momen spiritual yang membanggakan bagi seluruh warga Amerika." Sementara itu, umat di Peru, tempat Robert Prevost pernah melayani selama 18 tahun, mengadakan misa syukur sebagai bentuk penghormatan.

Harapan Baru di Tengah Dunia yang Berubah

Dengan tantangan global seperti konflik geopolitik, krisis kemanusiaan, dan polarisasi sosial, Gereja Katolik kini dihadapkan pada kebutuhan untuk menjadi suara moral dan jembatan perdamaian. Paus Leo XIV tampaknya memahami ini dengan sangat baik.

Pengangkatannya menjadi simbol dari pergeseran besar: dari pusat Gereja yang selama ini berkutat di Eropa, menuju jangkauan universal yang lebih menyeluruh. Dengan gaya kepemimpinannya yang inklusif dan penuh empati, banyak pihak menaruh harapan besar bahwa Paus Leo XIV akan membawa angin segar bagi umat Katolik dan masyarakat dunia secara umum.

Kesimpulan
Robert Prevost, kini Paus Leo XIV, bukan hanya pemimpin agama. Ia adalah simbol zaman baru dalam Gereja Katolik, yang menyatukan tradisi dengan keterbukaan, serta spiritualitas dengan realitas dunia. Pilihan nama "Leo" mungkin terkesan klasik, tetapi semangat yang dibawanya adalah modern dan berani: mengangkat suara mereka yang tak terdengar, dan menjadikan Gereja tempat perlindungan yang penuh harapan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun