Mohon tunggu...
Sesha Cindy Indriyana
Sesha Cindy Indriyana Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stigma Lemak sebagai Penyebab Obesitas yang Perlu Diluruskan

25 September 2025   07:20 Diperbarui: 25 September 2025   18:04 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Obesitas adalah masalah kesehatan masyarakat yang terus meningkat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, istilah "lemak" sering digunakan secara sempit dan negatif untuk menggeneralisasi faktor-faktor yang menyebabkan obesitas. Lemak sering dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari dan dikaitkan dengan ketidakmampuan seseorang untuk mengontrol pola makan atau gaya hidup mereka. Tujuan dari artikel ini adalah untuk meluruskan stigma negatif terhadap lemak dalam kaitannya dengan obesitas dengan menjelaskan peran penting dan rumit lemak dalam tubuh serta mengurai kesalahpahaman yang muncul.

Pertama-tama, perlu dikenali bahwa lemak bukanlah musuh yang harus dijauhi sepenuhnya. Lemak atau jaringan adiposa dalam tubuh memiliki fungsi biologis vital yang sangat penting bagi kesehatan. Tubuh menyimpan lemak sebagai cadangan energi untuk digunakan saat kebutuhannya meningkat. Selain itu, lemak juga membantu menjaga organ penting, menjaga suhu tubuh, dan menghasilkan hormon penting yang bertanggung jawab atas berbagai proses metabolisme. Oleh karena itu, lemak dalam tubuh adalah kebutuhan fisiologis dan bukan sesuatu yang negatif. 

Namun, masalah muncul ketika ada akumulasi lemak yang terlalu banyak atau distribusi lemak yang tidak sehat di dalam tubuh. Penumpukan lemak yang berlebihan, terutama di area perut (lemak visceral), sangat berkaitan dengan meningkatnya bahaya berbagai penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi. Oleh karena itu, penting untuk memahami secara jelas perbedaan antara lemak yang sehat, berfungsi normal dengan lemak berlebih yang dapat menyebabkan risiko. Sayangnya, pandangan masyarakat sering kali menganggap semua lemak dalam tubuh sebagai hal negatif yang harus dihindari, tanpa mempertimbangkan perbedaan fungsi dan jenis lemak tersebut.

Lebih jauh, stigma negatif terhadap lemak sering kali menyebabkan anggapan buruk terhadap individu yang memiliki berat badan lebih. Orang-orang berlabel "lemak" cenderung dinilai malas, tidak disiplin, dan kurang peduli terhadap kesehatan. Padahal, kondisi penumpukan lemak ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh individu, seperti faktor genetik, hormonal, serta kondisi psikologis dan lingkungan. Sebagai contoh, hormon leptin yang berfungsi mengatur rasa kenyang dan metabolisme energi dapat berperan dalam mengelola akumulasi lemak. Gangguan pada fungsi hormon ini bisa mengakibatkan tubuh menyimpan lebih banyak lemak meski asupan kalori telah dikurangi.

Penting untuk memahami peran lemak dari perspektif nutrisi. Lemak yang ada dalam pola makan sehari-hari terbagi menjadi berbagai kategori, ada yang baik untuk kesehatan (seperti lemak tak jenuh yang ditemukan dalam ikan, kacang, dan minyak zaitun) serta lemak yang kurang baik (lemak jenuh dan trans yang ada dalam makanan olahan serta cepat saji). Menghindari lemak sepenuhnya bukan merupakan solusi yang tepat, karena lemak yang sehat sangat dibutuhkan untuk mendukung fungsi otak, penyerapan vitamin tertentu, dan produksi hormon. Oleh karena itu, penting untuk mendapatkan informasi tentang jenis-jenis lemak dalam makanan dan bagaimana cara mengonsumsinya secara seimbang guna memperbaiki kesalahpahaman mengenai lemak.

Dalam konteks obesitas, stigma terhadap lemak sering kali memperburuk kondisi psikologis seseorang yang mengalami penumpukan lemak berlebih. Stigma ini mendorong munculnya rasa malu dan kurang percaya diri yang dapat memicu stres dan gangguan kesehatan mental, yang pada akhirnya mempengaruhi pola makan dan aktivitas fisik secara negatif, sebuah siklus yang sulit dihindari. Oleh karena itu, penghapusan stigma harus disertai dengan pendekatan yang holistik, yang menghargai peranan lemak dan kompleksitas obesitas.

Mengubah cara pandang negatif terhadap lemak menjadi sudut pandang yang lebih ilmiah dan manusiawi dapat berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih inklusif dan saling mendukung. Individu yang mengetahui peran lemak dalam tubuhnya akan lebih bijak dalam menjaga kesehatannya, bukan karena takut akan stigma, tetapi berlandaskan pengetahuan dan kesadaran yang tepat. Ini juga memberikan peluang bagi pembuatan kebijakan serta intervensi kesehatan yang tidak hanya fokus pada upaya menurunkan berat badan, melainkan lebih kepada pengelolaan kesehatan yang komprehensif dan berkelanjutan.

Kesimpulannya, lemak adalah komponen penting yang tidak bisa dipandang sebelah mata dalam konteks obesitas. Stigma negatif yang menyamakan lemak dengan kegagalan personal perlu diluruskan melalui edukasi yang komprehensif tentang peran lemak tubuh, jenis lemak dalam makanan, dan kompleksitas faktor yang mempengaruhi obesitas. Dengan menghilangkan stigma dan meningkatkan pemahaman, upaya pencegahan dan penanganan obesitas akan lebih efektif, berkeadilan, dan manusiawi.

oleh Sesha Cindy Indriyana/191241034

DAFTAR PUSTAKA

Azzahra, P. R. (2023). Gambaran konsumsi lemak terhadap persentase lemak tubuh mahasiswa Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin. Media Gizi Masyarakat Indonesia. Diakses dari https://journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/download/35244/12160/130260

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun