Mohon tunggu...
Servinus Bidangan
Servinus Bidangan Mohon Tunggu... Lainnya - Literasi Fiksi/nonfiksi

Membacalah seperti tak mengetahui apa-apa, dan menulislah seperti ingin memberitahu segalanya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Efektivitas Tenaga Nuklir dari Perspektif Kebutuhan Listrik Nasional

4 Desember 2020   02:14 Diperbarui: 4 Desember 2020   02:19 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dalam perencanaan dan proyeksi kebutuhan energi listrik dalam waktu 10 tahun terakhir, Indonesia telah masuk dalam upaya mencukupi target ketersediaan energi listrik nasional yaitu 35.000 GW, untuk mencukupi kebutuhan daya listrik dimasa yang akan datang. 

Walaupun pada saat ini masih berada dibawah angka 10.000 GW untuk konsumsi dan ketersediaan daya listrik skala nasional, sesuai dengan rekapitulasi PLN (Perusahaan Listrik Negara) termasuk untuk konstruksi yang sedang berjalan dalam pembangunan sumber pembangkit energi listrik.

Indonesia merupakan salah satu pengguna setia PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) dengan bahan bakar batubara yang masih menjadi tumpuan dan prioritas hingga saat ini. Proses pembangunan yang relatif cepat dan ketersediaan bahan bakarnya masih tercukupi menjadi alasan utama PLTU masih digunakan. 

Walaupun banyak masalah timbul terutama dari aspek lingkungan hidup yang masih perlu untuk terus dibenahi, terutama inovasi untuk menghindari polusi udara yang diakibatkan.

Tenaga nuklir merupakan salah satu pilihan yang bisa menjadi pengganti PLTU jika membandingkan produktifitas energi listrik yang dihasilkan dengan kapasitas generatornya. 

Berdasarkan  kajian tentang energi nuklir dari beberapa negara penggunanya, maka energi nuklir telah mengalami kemajuan yang begitu cepat, Walaupun Keamanan dan keandalan dalam sistem ketenagalistrikan PLTN tentu memiliki dampak positif dan negatif. Tetapi perlu digaris bawahi tentang efektivitasnya dalam memenuhi kebutuhan listrik jika Indonesia ingin mengganti atau mengurangi penggunaan PLTU.

PLTN merupakan salah satu energi yang ramah lingkungan dari aspek polusi yang dihasilkan. Walaupun dari sisi keamanan tentu menjadi prioritas utama untuk dikaji jika hal terburuk terjadi. 

Beberapa pilihan teknologi yang dikembangkan oleh negara-negara pengguna tenaga nuklir, yang menarik untuk dibahas yaitu metode tenaga nuklir kompartemen reaktor atau tenaga nuklir kapal. 

Mengacu pada ruang geografis wilayah Negara Indonesia yang dominan kepulauan dengan bentang maritim yang luas maka metode ini relatif cocok untuk dikembangkan dari skala terkecil untuk uji coba terlebih dahulu. 

Walaupun proses jalur transmisi yang sulit karena harus menggunakan jalur bawah laut, tetapi dari aspek keamanan tentu metode ini relatif lebih mendukung.

Propulsi kelautan nuklir bukan hal baru dalam teknologi. Beberapa Negara dengan kekuatan militer menggunakan tenaga nuklir sebagai penggerak kapal perang dan pembangkit listrik disuatu wilayah di negaranya. 

Contohnya, Rusia, amerika dan jerman. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan keilmuan yang lebih mendalam untuk metode ini sehingga dalam proyeksi kebutuhan listrik dimasa yang akan datang, tenaga nuklir menjadi lebih objektif dalam mengganti PLTU atau membuatnya pensiun dari dunia ketenagalistrikan Indonesia.

Badan Tenaga Nuklir Nasional telah merencakan pembangunan PLTN di wilayah Kalimantan Barat dengan kapasitas 100 MW sebagai titik awal percontohan energi terbarukan yang akan mengganti PLTU dimasa yang akan datang. 

Dalam hal pembangunan tentu Negara kita masih mengandalkan bantuan dana dari investor luar, guna tidak memberatkan anggaran belanja Negara untuk pengadaan sumber pembangkit listrik. 

Tetapi point penting dari masalah pembangunan sumber pembangkit adalah proyeksi penggunaan daya listrik yang dihasilkan setelah pembangunan itu akan diarahkan kemana. 

Jika industrialisasi menjadi acuan dibalik pembangunan sumber energi tentu perlu dikaji lebih dalam lagi terutama dari aspek ekonomi mikro maupun makro. Jika pertumbuhan ekonomi relatif menurun maka secara teori pembangunan tersebut perlu untuk dievaluasi. 

Untuk contoh wilayah yaitu Sulawesi Selatan yang menjadi sentral energi untuk wilayah kepulauan Sulawesi dengan intensitas pembangunan sumber pembangkit listriknya dalam waktu 10 tahun terakhir terus meningkat walaupun pertumbuhan ekonominya masih jauh dari angka kenaikan yang aman untuk mengembalikan nilai investasi yang telah digunakan tersebut. 

Tentu hal ini menjadi pelajaran untuk wilayah lain, jika perencanaan hanya dilakukan untuk memenuhi target ketersediaan energi nasional tanpa berpikir panjang untuk pengembalian nilai investasi diawal, tentu hal itu sangat beresiko. 

Jika pertumbuhan ekonomi makro suatu wilayah yang terdampak investasi energi tersebut linear dengan beban investasi pembangunan pembangkit, tentu pengembaliannya akan relatif cepat.

Oleh karena itu, PLTN dapat menjadi pilihan alternatif jika acuan EBT (Energi Baru Terbarukan) menjadi prioritas untuk mensubtitusi energi fosil yang selama ini masih menjadi pilihan utama di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun