Sejak menempuh pendidikan di bangku sekolah dasar, saya sudah mencoba untuk menanamkan dalam diri tentang kegemaran membaca. Jika guru bertanya 'Apa hobbimu?' Maka Dangan lantang saya akan menjawab "Membaca".
Semakin banyak yang saya baca, maka semakin haus akan Pengetahuan baru di dalam buku. Namun, ternyata membaca saja tidak cukup, otak tidak selamanya bisa menyimpan hal-hal yang dibaca di dalam buku, maka cara untuk mengikat kokoh hasil bacaan itu adalah dengan menulis.
Jika selesai membaca satu buku, maka dituliskan kesimpulannya, itulah yang saya lakukan secara rutin. Semakin lama semakin berkembang, bukan cuma kesimpulan atau intisari dari sebuah buku yang saya tuliskan, namun juga saya berinisiatif untuk mengarang cerita, puisi, cerpen, cerbung bahkan saya juga ingin menulis novel. Walau jalan ceritanya masih amburadul, gaya kepenulisan masih acak-acakan namun saya bangga pada diri saya sendiri yang telah berani memulai melakukan suatu perubahan.
Jadi, jika ditanyakan lagi apa hobby saya, maka saya akan menjawab "Membaca dan menulis". Selain itu, alasan saya menulis yaitu berdasarkan yang saya kutip dari ungkapan Imam Al-Ghazali yaitu "Jika kamu bukan anak raja, bukan keturunan bangsawan, maka Menulislah!" Kalimat itu cukup menampar kenyataan dalam diri saya, bahwa saya terlahir bukan anak raja, bukan juga keturunan bangsawan, saya hanyalah anak pasangan petani yang kerjanya berjemur dibawah matahari, sering diterpa hujan badai bahkan setiap hari selalu bersemangat melewati hari tanpa merasa letih sama sekali. Cukup jelas kalimat tersebut menjadi alasan saya menulis. Sedikit cerita, saya pernah menuliskan sajak-sajak yang saya jadikan dalam satu buku, saya terbitkan di sebuah penerbit indie, walaupun belum banyak yang beli namun saya senang dan merasa bangga karena punya karya sendiri.
Lalu, ketika pulang kampung saya bawa buku itu dan memberikannya pada ayah dan emak. Saya kira mereka tidak mau membacanya, namun saya salah, ayah saya hampir setiap pulang dari ladang selalu membaca buku itu bahkan tanpa sepengetahuan saya beliau membawa buku itu ke ladang dan membacanya di sana. Saya senang dan saya bangga karena ayah saya membaca hasil karangan saya. Ayah dan emak saya juga pernah bilang kalau mereka bangga pada cita-cita saya yang ingin jadi penulis karena anak-anak dari pelosok itu minat baca dan tulisnya sangat kurang dan sangat langka ditemukan.
Selain itu, alasan saya menulis adalah ingin dikenal dunia, kenapa gitu? Lewat membaca kita telah mencoba membuka dunia, dan Lewat menulis kita seolah membuka celah agar dikenal dunia, walaupun tidak mudah namun saya menikmati proses. Alasan selanjutnya adalah, saya tau bahwa siapapun yang bernyawa akan menemukan masanya meninggalkan dunia, maka dari itu saya tidak ingin dilupakan begitu saja, saya ingin selalu diingat dan namanya abadi dalam karya, walaupun raga telah tiada namun karya tetap dibaca lewat tulisan saya selama di dunia.
Mungkin itu saja alasan saya menulis
MAULIATE
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI