Mohon tunggu...
Sergius Lay
Sergius Lay Mohon Tunggu... Dosen - Akun dibuat untuk dapat berbagi cerita tentang pengalaman dan refleksi pribadi atas perjalanan hidup dan sosial yang dilalui....

Lahir di Tanawolo, Nginamanu - Wolomeze - Ngada - Flores - NTT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ecclesia Domestica - Paskah - Covid-19

23 April 2020   10:25 Diperbarui: 23 April 2020   10:51 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

1. Awal Mula Covid-19 dan Pengaruhnya

Sejak pertengahan bulan Desember 2019 lalu, dunia digemparkan oleh munculnya satu virus baru yang menghebohkan dunia, karena proses penyebarannya yang cepat dan meluas ke seluruh dunia, sehingga disebut dengan pandemic covid-19 (Coronavirus Disease 2019).

Menurut informasi, virus baru ini muncul di kota Wuhan, tetapi banyak orang yang belum tahu dari mana asal virus korona baru yang mulai merebak di Wuhan, China, Desember 2019, apakah dari hewan, yaitu kelelawar atau belakang dikatakan berasal dari tenggiling atau hasil kreasi genetik dari laboratorium tertentu. 

Namun dalam berita Liputan6.com tanggal 7 April 2020, sejumlah peneliti dari di bawah pimpinan Shan-Lu Liu dari Ohio State University, mengatakan bahwa covid-19, termasuk SARS dan MERS, adalah bagian dari keluarga besar (famili) virus korona, yang dapat menyebabkan penyakit dengan tingkat keparahan yang luas. Mereka juga mengatakan bahwa SARS dan MERS berasal dari kelelawar, dan karena itu covid-19 pasti juga berasal dari alam dan bukan hasil rekayasa / kreasi manusia di laboratorium.

Lepas dari asal-usul covid-19, apakah disebabkan oleh alam atau kreasi genetik laboratorium, telah nyata bahwa covid-19 ini telah mempengaruhi pola hidup dan berpikir kita di bulan-bulan terakhir ini. Banyak orang mulai melihat wabah ini dari sudah pandang negatif, tetapi banyak orang juga yang melihat ini secara positif. Ulasan-ulasan teologis spiritual, psiko-sosial, social – politik – ekonomi, bermunculan di media-media cetak dan Online dengan jumlah yang tidak terkira. Di sini kita tidak hendak membahas semuanya secara detail, tetapi hanya melihatnya dalam konteks keberadaan kita yang sedang merayakan Paskah Tuhan di antara minggu pertama dan kedua di bulan April 2020.

2.   Perayaan Paskah 2020 di tengah Wabah Covid-19

Mungkin kita dapat mengatakan bahwa wabah covid-19 muncul dan merebak manakala Umat Katolik (dan Kristen secara umum) sedang mempersiapkan (masa pra-paskah) Paska Kebangkitan Tuhan, yang puncaknya dirayakan pada Vigilia Paskah tanggal 11 April 2020 dan Perayaan Minggu Paskah tanggal 12 April 2020.

Memasuki Minggu Sengsara, yang dibuka dengan Perayaan Minggu Palma pada tanggal 5 April 2020, seraya mematuhi himbauan pemerintah untuk stay at home, hindari kerumunan, hindari pertemuan-pertemuan jaga jarak baik social maupun fisik, serta dikuatkan oleh surat-surat pastoral dari pimpinan gereja Keuskupan dan diteruskan ajakan para pimpinan Gereja Paroki, banyak umat Katolik yang merasa kehilangan “sense of community” dan “sense of fraternity”  bersama dengan semua saudara seiman dalam perayaan ini.

Dengan demikian Puncak Perayaan Paskah dan perayaan lain sebelum dan setelah Perayaan Paskah, dirayakan secara live streaming, baik yang siarkan dari Gereja-Gereja Katedral, Gereja-Gereja Paroki dan juga dari pelbagai komunitas-komunitas religius dan pastoran dengan waktu yang berbeda-beda. Seluruh umat Katolik pun diminta dan diharapkan untuk tidak menghadiri secara fisik secara Bersama dengan seluruh umat separoki atau juga sestasi atau sekomunitas tertentu, tetapi mengikutinya dari rumah masing-masing.

Sebuah fenomena baru muncul di saat-saat kerinduan untuk berpartisipasi secara aktif dengan seluruh umat separoki, sestasi dan sekomunitas umat beriman semakin tidak tertahankan. Mengikuti perayaan ekaristi dan ibadat harian pada hari-hari Minggu dan hari-hari biasa sebelum Perayaan Paska dirasa tidak memuaskan secara rohani, psikologis dan fisik. Kecanggihan alat-alat teknologi secara komputer, laptop, notebook, smartphone dan lain sebagainya, sepertinya tidak mampu memberikan kepuasan lahir dan batin / jasmani dan rohani jika dibandingkan dengan mengikuti secara fisik dengan seluruh umat beriman di gereja stasi atau gereja paroki di komunitas umat beriman.

Sebagai ungkapan kerinduan itu, muncullah pelbagai inisiatif dari banyak keluarga Katolik yang ingin merayakan Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Malam Paskah dan Minggu Paskah, tidak hanya secara live streaming melainkan langsung merayakannya di rumah sendiri dan Bersama dengan anggota keluarga ataupun Bersama dengan tetangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun