Mohon tunggu...
Bung Syam
Bung Syam Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hidup adalah kenyataan, terima kenyataan, dan hadapi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penyebab Carut-Marutnya Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

13 November 2016   11:26 Diperbarui: 13 November 2016   11:47 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Carut-marutnya kehidupan berbangsa dan bernegara disebabkan manusia yang ada di dalam komunitas Bangsa itu tidak mengetahui dan memahami sisi kemanusiaan yang ada dan menguasai dirinya, sehingga tanpa disadari telah menguasai dirinya tanpa mampu mengontrol dan mengendalikannya. Secara fisik wujud kita manusia namun secara hakekat kebanyakan dari kita bukanlah manusia, hal ini disebabkan ketidak-mampuannya mengenali dan mengendalikan sisi-sisi kemanusiaan yang ada dalam kita sendiri.

Belajar membaca watak seseorang dari kecenderungan yang menguasai pemikiran-pemikirannya. Setiap manusia memiliki kecenderungannya sendiri yang juga berbeda dalam hal kekuatannya dalam masalah kecenderungan-kecenderungan tersebut. Dan penyebab munculnya kecenderungan karena dipengaruhi oleh hawa-nafsu yang telah mendominasi terhadap pemikirannya tersebut dengan begitu secara otomatis segala kecenderungannya akan lebih dominan berasal dari kehendak hawanafsu yang menguasainya. Dari penyebab kehendak hawa-nafsu yang berbeda itu pulalah yang memunculkan berbagai keinginan dan cita-cita dalam kehidupan seseorang. Ada lima kehendak manusia yang kecenderungannya dikuasai oleh lima macam hawa-nafsu, mana dari kelimanya yang nanti paling dominan menguasai seseorang itulah yang akan terlihat dan muncul dalam watak yang ditampilkan oelh orang tersebut. Maka segala perilaku, tindak-tanduk, ucapan, dan pemikirannya akan mencerminkan kharakter dari hawa-nafsu tersebut.

Ada yang segala kecenderungannya atau kehendak-kehendaknya dikuasai keinginan-keinginan yang bersifat jasmaniah semata atau dhohir. Maka secara Otomatis segala pemikiran-pemikirannya akan lebih lebih kuat/dominan terhadap persoalan-persoalan yang bersifat lahiriyah. Orang ini akan terus seperti ini selama dia tidak memiliki upaya dan berdaya upaya mencari dan menemukan keilmuan yang bersifat bathiniyah. Dan nafsu yang menguasai manusia macam begini adalah NAFSU LAWWAMAH, merupakan hawa-nafsu yang bertugas mengajak manusia untuk lebih memperhatikan persoalan-persoalan yang hanya bersifat lahiriyah. Dan manusia yang dikuasai hawa-nafsu ini akan beranggapan yang bersifat dhohir itulah yang abadi, yang membahagiakan, yang mendatangkan kenikmatan abadi, dan yang akan dapat menyenangkan hidupnya.

Maka keilamuan apapun, baik itu ilmu Agama atau ilmu duniawi akan diarahkan hanya demi memuasakan kehendak-kehendak yang bersifat lahiriyah. Itulah kenapa meuncul para penjual Agama, pelacur Agama, pendusta Agama, dan penista Agama hal ini disebabkan ketidak tahuannya dan ketidak mengertiannya bahwa apa yang dia lakukan merupakan sebuah kesalahan. Sebab sifat dan watak dari nafsu lawwamah memang demikian, yaitu mengajak kepada manusia supaya tetap berada dalam kebodohan tujuannya supaya bisa dia kendalikan. Bodoh disini bukannya tidak berpengetahuan, berpengatahuan namun tidak tahu dan mengerti tentang hakekatnya Ilmu.

Ke dua ada yang segala kecenderungannya atau kehendaknya dikuasai keinginan yang bersifat bathiniyah semata. Manusia macam begini pemikirannya atau dalam benaknya ber-keyakinan bahwa manusia yang unggul dan paling utama adalah manusia yang hebat dalam masalah kebathinan. Dia lebih dikuasai oleh sifar amarah atau emotionalytinya kuat, sehingga segala laku prihatin selama dia merasa mampu melakukan akan di lakukan hanya demi menjadikannya bisa menjadi manusia yang unggul dan berkelebihan. 

Kalau tidak begitu manusia ini akan lebih dikuasai oleh perasaan-perasaan semu yang dia ciptakan sendiri demi menutupi segala kelemahan dan kekurangannya, dan demi untuk menutupi rasa keputus-asaannya dalam menghadapi kehidupannya, maka dia akan mengarang berbagai cerita-cerita yang bersifat khayalan.

 Yaitu suka bercerita didasarkan atas penilaian hasil dari daya khayalnya semata. Dan kecenderungan menginginkan sesuatu tidak mau bersusah payah, akhirnya suka mengejar-mengejar harta karun, mengumpulkan berbagai senjata pusaka, dan memelihara berbagai azimat-azimat supaya dianggap sebagai orang keramat. Dan kesemuannya itu sesungguhnya adalah ciptaan dari daya khayalnya sendiri, dan hawa-nafsu yang menguasai manusia macam begini adalah nafsu Amarah.

Ke tiga ada yang segala kecenderungannya atau pemikirannya lebih dikuasai oleh sikap suka pamer/ujub yaitu suka mengejar ketenaran/pencitraan/kemashuran. Manusia macam begini memiliki watak culas, licik, penipu yang halus (penipu ulung), dan cenderung arogan namun sangat pandai menutupi sikap-sikap culasnya, liciknya, penipunya, dan kearogansiannya. Dan dia akan tidak takut-takut menggunakan dalih-dalih Agama untuk menguatkan argument-argumenya demi mencapai tujuan-tujuan pribadinya. Karena manusia golongan ini termasuk golongan manusia cendekiawan atau manusia pandai dan berilmu, namun sayang tinggi hati/ujub (suka memamerkan keilmuannya).  Dan nafsu yang menguasai sehingga manusia berwatak demikian adalah nafsu Sufiah.

ke empat ada yang segala kecenderungannya atau pemikirannya dikuasai oleh sikap apa adanya/pasrah menerima segala keadaan yang menimpa dirinya atau tansah lego lilo ikhlas ing kodrat. Manusia maacam begini sudah tidak memperdulikan pada urusan-urusan duniawi, ada syukur gak ada ya diterima dengan lapang dada. Dia sudah tidak lagi peduli dengan berbagai bentuk usaha dan karya, yang dia pedulikan hanyalah bagaimana dia bisa tetap nyaman tidak mau diganggu oleh urusan duniawi. Manusia macam begini adalah manusia yang dominan dikuasai oleh nafsu Mutmainnah.

Dan ke lima adalah golongan yang amat sedikit yaitu golongan manusia yang telah mampu menyatukan kelima kecenderungan atau ke empat hawa-nafsunya atau ke empat komponen kemanusiaan menyatu dalam hati dan pemikirannya. Yaitu manusia yang telah mampu menyatukan ke empat hawa-nafsunya dalam daya ciptannya/daya fokusnya atau daya ingatnya. 

Yaitu manusia yang telah mampu mengorganisir, mengakomodir, mensinkronkan, dan mengaktualisasikan secara adil terhadap ke empat hafa-nafsunya secara konprehensif dan koheren dalam kehidupan sehari-hari,  inilah manusia yang disebut sebagai insan kamil atau manusia seutuhnya yaitu manusia yang alim, arif, dan bijaksana seorang yang telah memiliki spiritual yang tinggi, manusia terpercaya dan dapat dipercaya secara penuh. Manusia yang telah berada dalam maqom mulhimmah (nafsu mulhimmah), tindakan, perbuatan, dan ucapanya selalu mengandung hikmah, manusia yang diamnya adalah emas dan perbuatan,dan tindakanya adalah bagaikan intan berlian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun