Konon di sebuah negeri bernama Negeri Serba Tersinggung, hiduplah seorang kepala sekolah yang masih percaya bahwa disiplin itu bukan hanya kata benda, tapi juga kata kerja. Suatu hari, ia menemukan muridnya sedang khusyuk --- bukan berdoa, tapi menghisap rokok di balik tembok sekolah sambil bilang, "Santai, Pak, ini rokok herbal!"
Sang kepala sekolah, yang sudah tiga kali menahan darah tinggi dan dua kali menelan sabar, akhirnya terpancing emosi. Plak!---bukan konser musik, tapi tepukan cepat tangan terhadap pipi kenakalan. Seketika dunia berhenti berputar. Bukan karena tamparannya kuat, tapi karena kamera ponsel lebih cepat dari refleks moral.
Besoknya, sang guru sudah bukan lagi simbol wibawa, melainkan headline berita. Orang tua murid marah, netizen menilai, dan polisi menjemput. Ironisnya, sang siswa justru dielu-elukan: "Pahlawan anti kekerasan," katanya, sambil tetap merokok di status WhatsApp.
Di negeri itu, guru tak lagi mendidik, cukup mengingatkan dengan "nada lembut dan penuh empati" --- meski si murid sedang menginjak nilai-nilai sopan santun. Bila guru menegur, disebut otoriter. Bila membiarkan, disebut lalai. Akhirnya guru hanya jadi semacam content creator pendidikan yang tugasnya bikin laporan dan senyum sopan.
Dan orang tua? Ah, mereka kini bukan lagi mitra pendidikan, melainkan pengacara pribadi anaknya. Ketika anak malas belajar, yang disalahkan: kurikulum. Ketika anak bandel, yang disalahkan: guru. Ketika anak merokok, katanya, "Cuma coba-coba, kan masa remaja harus dieksplorasi." Padahal kalau anaknya gagal ujian, yang disalahkan lagi-lagi: guru.
Kini sekolah mogok, siswa mogok, guru tertampar dua kali: oleh hukum dan oleh zaman. Tamparan pertama di pipi siswa, tamparan kedua di muka pendidikan. Karena di negeri itu, marwah guru telah dijual murah --- mungkin seharga sebungkus rokok di kantin belakang.
Tapi siapa tahu, mungkin nanti akan muncul kebijakan baru:
Guru dilarang menegur, cukup memberi like pada perilaku buruk murid.
Setiap hukuman diganti dengan voucher game online.
Dan disiplin? Oh, itu nanti saja... setelah anak-anak selesai healing.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI