Mohon tunggu...
Septyan Hadinata
Septyan Hadinata Mohon Tunggu... buruh

Ikhlas bersama sabar dalam mengembara di dunia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari Sawah Ke Paduan Suara; Cerita Ma Iha Di Hari Merdeka

18 Agustus 2025   06:29 Diperbarui: 18 Agustus 2025   06:29 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tasikmalaya -- Ada yang berbeda pada peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia di Kampung Langkob, Desa Mekarwangi, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. Jika biasanya emak-emak di kampung ini menghabiskan hari-harinya di sawah, tahun ini mereka tampil anggun dalam balutan kebaya sederhana untuk menjadi paduan suara dalam upacara bendera.

Salah satunya adalah Ma Iha (62), buruh tani yang sehari-hari mengelola sawah milik orang lain. Baginya, upacara kali ini adalah sesuatu yang sangat istimewa. "Terakhir saya ikut upacara itu waktu masih SD, lima puluh tahun lalu. Sesudah itu tiap 17 Agustus ya tetap ke sawah sama bapak (suami)," tuturnya polos dengan senyum lugu.

Meski hanya berlatih dua kali, semangat Ma Iha dan para emak-emak lain tak luntur. Kebaya yang mereka kenakan pun hasil pinjaman dari warga. Lucunya, ada yang kebesaran, ada pula yang terlihat sempit, namun hal itu justru menambah keceriaan suasana.

Upacara sederhana yang digelar di halaman madrasah pinggir kebun bambu ini diinisiasi oleh remaja masjid (IREMA) Al Huda. Anak-anak muda kampung merasa prihatin, sebab selama ini sebagian besar warga jarang sekali mengikuti upacara bendera. Lokasi yang jauh dan kondisi warga yang mayoritas buruh membuat tradisi khidmat itu jarang dirasakan di kampung mereka.

"IREMA ingin warga merasakan khidmatnya upacara kemerdekaan tanpa harus pergi jauh. Ini pertama kalinya diadakan di Kampung Langkob," ungkap salah seorang panitia remaja.

Antusiasme warga pun luar biasa. Dari anak-anak, pemuda, hingga orang tua ikut larut dalam suasana khidmat. Bahkan ada kejadian unik: inspektur upacara (Irup) ditunjuk secara mendadak. Aiptu Iwan Ridwan, SH, MH, Bhabinkamtibmas Desa Mekarwangi, yang tadinya hendak mengikuti upacara di tingkat kecamatan, dicegat warga dan diminta memimpin upacara di kampung. Ia pun menerima dengan lapang dada setelah terlebih dahulu melapor dan meminta izin kepada Kapolsek.

Selain upacara bendera, rangkaian kegiatan juga diwarnai dengan malam renungan 17 Agustus berupa doa bersama dan istighosah di masjid, serta aneka lomba rakyat setelah upacara.

Bagi warga Kampung Langkob, upacara sederhana itu meninggalkan kesan mendalam. Perilaku cerdas para remaja masjid yang berinisiatif mengisi kemerdekaan dengan cara yang membumi membangkitkan semangat kebangsaan, meski dengan segala keterbatasan.

Di balik kebaya pinjaman yang longgar dan sempit, suara emak-emak yang lantang, serta khidmatnya doa dan tawa warga dalam lomba, tersimpan satu pesan penting: bahwa nasionalisme tidak harus mewah, tapi bisa tumbuh dari kesederhanaan, keikhlasan, dan kebersamaan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun