Mohon tunggu...
Ian Julian
Ian Julian Mohon Tunggu... Lainnya - Oye

masih senang dengan buku karena selalu ada sensasi setiap membalik lembaran kertasnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Usaha Tidak Akan Pernah Mengkhianati Hasil

18 Juli 2017   21:37 Diperbarui: 18 Juli 2017   22:15 14197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : tandapagar.com

Setiap masyarakat pastilah mempunyai tradisi atau kebiasaan yang berbeda-beda, misalnya dalam hal kesenian, kuliner, maupun sistem sosial, yang salah satu contohnya adalah tradisi perkawinan atau pernikahan. Bagi masyarakat Indonesia seseorang yang mulai memasuki usia 20an tahun dipandang sudah layak untuk melangsungkan pernikahan dan dianggap pula usia yang ideal untuk menikah. Namun bagaiamana bila seseorang yang sudah memasuki usia 20an tahun belum mau memutuskan untuk menikah?    

Ada banyak alasan mengapa seseorang yang sudah memasuki usia 20an tahun belum mau memutuskan untuk menikah. Dari alasan belum ketemu jodoh, belum punya pekerjaan yang mapan, masih ingin melanjutkan studi, hingga karena masih ingin mengejar karir. Setiap orang pastilah mempunyai prioritas hidup yang berbeda-beda. Prioritas semua orang tidak bisa disamaratakan. Kalau ada orang tua yang mempunyai anak yang masih ingin mengejar karir atau studi, maka hargailah pilihan anak itu. Tidak perlu dibanding-bandingan dengan anak tetangga, "Itu lihat si Wawan minggu depan mau nikah, kamu kapan?" atau "Tuh si Ani sudah mau punya anak yang kedua." Mungkin pertanyaan-pertanyaan semacam ini sudah sering kita dengarkan, baik dari orang tua atau orang-orang terdekat. Namun tidak perlu minder. Jika sudah memutuskan untuk mengejar karir atau studi maka lanjutkanlah prioritasmu itu. Jika dilakukan dengan sungguh-sungguh pastilah hasilnya tidak akan mengecewakan. Pepatah mengatakan, "Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil."

Sebagian orang menganggap bahwa melanjutkan studi dan berkarir hanya akan membuang-buang waktu dan biaya, keburu umur yang semakin beranjak tua. Namun bukankah kita juga bisa mengatur waktu dan biaya tersebut. Bagi yang masih ingin melanjutkan studi, kita bisa tidak lagi bergantung pada orang tua. Kita bisa mencari pekerjaan sampingan untuk membiayai studi kita. Bukankah akan terasa membanggakan jika kita mampu menyelesaikan studi dengan usaha dan kerja keras kita sendiri? Kemudian dengan tingkat pendidikan, ilmu, dan pengalaman yang bertambah, yakinlah bahwa rezeki yang kita dapatkan juga bertambah. Dan untuk urusan waktu untuk menikah, bukankah Tuhan telah memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk menikah di usia yang berbeda-beda? Mungkin Tuhan juga melihat kelayakan kita, apakah yang selama ini kita raih sudah layak dan sepantasnya untuk kita bawa ke jenjang selanjutnya, yaitu jenjang pernikahan?

Sebagian orang juga berpikir bahwa melanjutkan studi atau meniti karir adalah persiapan yang lebih baik sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Mereka berupaya untuk memantaskan diri, baik dari segi materi maupun sikap. Memang ada beberapa orang yang mengatakan bahwa rezeki bisa dicari dan diusahakan setelah menikah, yang penting dijalani saja dulu. Atau mungkin nasihat jika seseorang akan berubah sikapnya jika sudah menikah. Namun bagi seseorang yang memprioritaskan untuk berkarir, alasan-alasan seperti itu tidak bisa diterima. Mereka sudah mempunyai konsep bahwa pernikahan bukanlah ajang coba-coba. Tidak bisa dijalani dulu dan mundur jika jalan itu buntu.

Usia 20an juga menjadi usia dimana seseorang berkesempatan untuk memantabkan karirnya sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Meskipun ada sebagian orang yang baru menemukan kenyamanan bekerja setelah melewati usia 20an tahun. Pekerjaan pertama tidak bisa dijadikan tolok ukur bahwa itu adalah pekerjaanmu seumur hidup. Pekerjaan pertama bisa dikatakan sebagai sebuah pengalaman berharga untuk mengetahui sejauh mana kita menikmati pekerjaan. Apakah itu memang pekerjaan yang kita inginkan, apakah itu pekerjaan yang membuat semangat untuk bangun pagi, apakah itu pekerjaan yang membuat kita selalu tersenyum meskipun penghasilannya tidak terlalu besar?

"Kerja adalah cinta yang mengejawantah. Dan jika kau tiada sanggup bekerja dengan cinta, hanya dengan enggan, maka lebih baiklah jika engkau meninggalkannya. Lalu mengambil tempat di depan gapura kuil, meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan suka cita." 

Kalimat di atas adalah kutipan dari seorang Kahlil Gibran mengenai hakikat seseorang yang bekerja. Meskipun kalimat itu dibuat jauh sebelum masa ini, namun rasanya kalimat tersebut masih cocok untuk masa sekarang. Bekerja dengan hati. Jika masih ada kesempatan maka ambil kesempatan itu, akan lebih baik jika kita berani melangkah untuk mencari pekerjaan yang memang benar-benar bisa kita nikmati, karena pekerjaan juga menentukan kebahagiaan seseorang. Pekerjaan yang tidak kita kerjakan dengan hati dan suka cita  malah akan merugikan diri sendiri dan orang lain. Orang lain tidak bisa mendapatkan hasil yang maksimal dari apa yang kita kerjakan, dan kita hanya akan menyebarkan energi negatif kepada orang sekitar, misalnya rasa malas.

Jika kita sudah tahu manakah yang menjadi priortas kita dalam hidup ini, maka kita harus konsisten dengan pilihan yang sudah kita ambil. Berusaha untuk mencapai prioritas kita dan membuktikan kepada semua orang bahwa pilihan yang kita ambil tidaklah keliru. Ingatlah bahwa "Usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil."

www.jenius.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun