Mohon tunggu...
Sepri Ijon
Sepri Ijon Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

JR Saragih, Bupati Simalungun dan Bakal Calon Gubernur Sumatera Utara

12 Maret 2018   00:57 Diperbarui: 12 Maret 2018   01:10 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tempaan hidup dan kenyataan yang ia hadapi, mengharuskan JR Saragih memenuhi kebutuhan hidup dengan berdikari. Namun ia tidak menyerah. Ia sadar, pendidikan adalah kunci untuk perubahan masa depan. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi di kemudian hari, untuk berbisnis di bidang pendidikan. Ia yakin, nasib akan diubah oleh diri sendiri, salah satunya dengan mengenyam pendidikan yang baik. 

Pada usia yang masih belia, JR Saragih secara mandiri mencari biaya pendidikan tanpa kenal menyerah, meski ia saat itu harus bekerja serabutan. Menyemir sepatu, menjadi kernet bus Simas dan Sepadan ia jalani dengan keteguhan hati. Dorongan kuat untuk mengubah nasib, menjadikan JR Saragih muda tanpa malu mencari sepeser uang, untuk kehidupan sehari-hari serta biaya pendidikan.

Sebagaimana ungkapan yang lazim, bahwa ternyata terkadang merebut sesuatu itu lebih gampang dari pada mempertahankannnya. Hal itu mungkin berlaku bagi JR, yang begitu sulitnya untuk mempertahankan jababatan sebagai Bupati Simalungun untuk periode kedua, yang penuh dengan dinamika. Tapi fakta menunjukkan, bahwa JR masih dicintai oleh sebagian besar masyarakat Kabupaten Simalungun  dibanding dengan calon /figur lainnnya, sehingga berhasil menduduki kembali kursi Bupati Simalungun untuk kedua kalinya.

Setelah terpilih untuk periode kedua, kepada bapak saya--- yang kebetulan menjadi Ketua Panwas, timbul banyak kritik, pertanyaan bahkan hujatan dan sinisme yang intinya " kok JR lagi yang (bisa)menang. Secara normatif saat itu bapak saya  menjawab, bahwa  yang buat JR jadi Bupati lagi adalah rakyat Simalungun, dan prosesnya sudah berjalan sesuai dengan hukum dan mekanisme peraturan perundang-udangan di negeri ini. 

Kala itu tak perlu diceritakan kembali tentang bagaimana proses Pilkada yang tempo hari sempat membatalkan pencalonan pasangan JR-Amran. Sebab saya berani mengatakan bahwa semuanya telah berjalan sesuai dengan aturan. Dan JR itu adalah orang yang taat akan aturan. Yang pasti juga JR itu "unik" dan hebat, ya hebat. Hanya dia satu-satunya di Indonesia ini yang dilantik sendiri menjadi kepala daerah hasil  Pilkada tahun 2015, tanpa wakil kepala daerah.

Lantas, apa sih yang membuat JR.Saragih mampu memimpin kembali pada periode kedua menjadi Bupati Simalungun ? Saya tidak punya kapasitas untuk menilai hal itu. Tapi yang saya lihat, memang ada perubahan, yaitu Simalungun itu memang nyata menjadi Simalungun. Setidaknya terlihat dari kemajuan ibukota Simalungun Pematang Raya, yang dulu sepi sekarang ini sudah layak sebagai ibukota kabupaten yang setara dengan daerah lainnnya. 

Keluhan yang umum di masyarakat Simalungun selama ini memang adalah soal jalan rusak (sampai-sampai JR itu diplesetkan  orang usil jadi " Jalan rusak "). Tapi kalau mau jujur, banyak juga yang sudah diperbaikinya. Hanya saja, siapa pun jadi bupati di Kabupaten Simalungun sebenarnya tidak akan/belum tentu mampu membangun jalan-jalan di kabupaten Simalungun yang begitu panjang (sekitar kurang lebih 1800 KM) mengingat terbatasnya anggaran. Saya berani katakan, siapa yang berani menjadi Bupati di Simalungun dan mampu menuntaskan persoalan jalan rusak di Simalungun?

Selain itu patut diacungi jempol bahwa selama JR saragih telah terjadi peningkatan yang fantastis APBD Simalungun yang dulu di awal jabatannnya hanya sekitar Rp 1 triliun menjadi sekarang sekitar Rp 2,4 triliun. Jumlah APBD ini sebenarnya tidak adil jika dilihat dari segi luas dan jumlah penduduk. Coba bandingkan misalnya antara Kabupaten Simalungun dengan Kabupaten Pakpak Barat. Simalungun dengan jumlah penduduk 1 juta jiwa lebih APBD hanya Rp 2,4 triliun, sedangkan Pakpak Barat  dengan jumlah penduduk 45 ribu APBD nya sebesar 456 miliar. 

Jika uang itu dibagi langsung kepada masyarakat, maka di Simalungun hanya memperoleh sekitar Rp 2 juta per jiwa, sedangkan di Pakpak Barat akan memperoleh Rp 10 juta per jiwa. Tapi begitulah struktur APBD (yang utamanya berasal dari pusat baik DAU maupun DAK), sepertinya tidak adil.Tentu saja dana sebesar ini juga tidak cukup untuk kebutuhan pembangunan di Kabupaten Simalungun yang merupakan salah satu kabupaten terbesar di Sumatera Utara yang saat ini telah memiliki 32 kecamatan dan 413 desa/kelurahan. 

Agar pembangunan Kabupaten Simalungun lebih pesat lagi tentu butuh perhatian khusus baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi Sumatera Utara. Tentu sangat tidak fair, kalau misalnya kerusakan jalan di Kabupaten Simalungun semata-mata menyalahkan Pemerintah Kabupaten Simalungun, apalagi secara khusus dibawah kepemimpinan JR.Saragih. Tapi hal itu tersebut, selain sudah warisan dari bupati sebelumnya juga adalah karena keterbatasan dana pembangunan yang ada.

Sebenarnya saya ingin mengatakan, secara person JR Saragih itu memang adalah type pemimpin yang kharismatis dan perhatian. Bukti jamak kita lihat, sudah begitu banyak masyarakat yang sakit dan miskin dibantunya. Bahkan , banyak putra-putri Kabupaten Simalungun yang disekolahkan JR baik di sekolah formal bahkan banyak yang didorong baik jadi anggota polisi, TNI maupun untuk praja di STPDN.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun