Mohon tunggu...
Raditya Andreas
Raditya Andreas Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Menantu Usang

30 Juni 2017   10:52 Diperbarui: 30 Juni 2017   12:59 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku harus bagaimana? Aku masih seorang sarjana pengangguran, pekerjaan susah kudapatkan," keluhku.

 Arkansas masih seorang mahasiswa, skripsinya tentang Budidaya Hutan juga hampir selesai. Aku tidak ingin gelar sarjanaku hanya sebagai sandanganyang tersemat di belakang nama, bahkan aku ingin mengakhiri masa pengangguranku sebelum Arkansas wisuda nanti.

Tapi ini tentang ayahku, dia sudah ingin memiliki seorang menantu. Selama pengangguran, tidak ada yang aku kerjakan selain menulis naskah yang rutin kukirim ke media cetak setiap minggunya. Bayarannya tidak banyak sehingga aku masih menganggap diriku sebagai seorang pengangguran. Dua puluh empat jam berada di rumah, bersama ayahku yang selalu menanyaiku, "kapan menikah?"

Pikiranku mulai konyol pasca mendengar pertanyaan demikian. Apakah harus seperti itu? Di usiaku yang masih produktif dan pekerjaanku yang belum tentu menjamin masa depan, aku merasa belum mampu menghadirkan sosok Radit yang bisa mengayomi sebuah keluarga. Apalagi tidak banyak zaman sekarang yang doyandengan seorang penulis amatiran macam diriku ini.

"Meskipun berat, itu tetap menjadi sebuah amanah yang harus ditunaikan segera," kata Arkansas.

"Haruskah sebuah amanah tidak pas dengan fakta yang ada sekarang, Kan?" keluhku.

Satu bulan berselang, percakapan itu masih kuingat. Hari ini masih siang, masih ada tempat buka untuk mengisi perut sejenak sebelum aku melanjutkan untuk menulis.

Cuaca hari ini begitu terik. Tidak seperti biasa Jogja sepanas ini.

Aku mendatangi salah satu rumah makan yang tidak begitu ramai. Memesan segelas es teh manis dan nasi telur balado kesukaanku. Para pengamen pun berdatangan, bersenandung dengan irama gitarnya lalu meminta sedekah kepada pengunjung yang sedang menikmati hidangan maupun menunggu hidangan.

Kebetulan aku sedang tidak membawa uang kecil sehingga terpaksa aku tidak memberikan sedekah apapun kepada si pengamen.

 "Maaf, sedang tidak ada uang,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun