setiap anak berkebutuhan khusus, membutuhkan layanan khusus yang disesuaikan dengan karakteristik, kemampuan dan kebutuhannya. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan identifikasi (secara dini) dan penilaian (assesmen) agar dapat mengidentifikasi karakteristik, kemampuan dan kebutuhan mereka dengan tepat.
Anak berkebutuhan khusus (ABK),adalah anak yang tumbuh dan berkembang dengan berbagai perbedaan dengan anak pada umumnya. Setiap anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, anak berkebutuhan khusus (Heward/disabilitas) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Salah satu istilah ilmiah,yang sering ditemukan dalam konteks Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah "diversitas" atau dalam bahasa Inggris disebut "diversity." Dalam konteks pendidikan inklusif, keberagaman mengacu pada keberagaman kebutuhan, latar belakang, kemampuan, dan cara belajar yang dimiliki oleh peserta didik, termasuk ABK.
Penjelasan tentang Diversitas  Â
Diversitas dalam pendidikan mencakup berbagai elemen, seperti kemampuan fisik, intelektual, emosional, sosial, serta budaya. Dalam hal ABK, keberagaman mencakup perbedaan kemampuan belajar yang dapat mencakup disabilitas fisik, kognitif, sensorik, hingga gangguan perkembangan. Misalnya, seorang anak autis memiliki cara belajar dan berinteraksi yang berbeda dibandingkan dengan anak lainnya yang tidak memiliki gangguan serupa.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, anak berkebutuhan khusus dikategorikan menjadi anak : tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif lain, dan memiliki kelainan lainnya, tuna ganda juga anak memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa
Urgensi Penyediaan Pendidikan Inklusif:
1. Akses terhadap Sumber Daya yang Tepat:
Pendidikan inklusif memerlukan sumber daya yang cukup, baik dari segi guru yang pelatihan, kurikulum yang fleksibel, maupun sarana prasarana yang mendukung. Salah satu kritik terhadap penerapan pendidikan inklusif adalah ketidakterediaan sumber daya yang memadai. Oleh karena itu, penting bagi kebijakan pendidikan untuk memberikan perhatian serius pada alokasi anggaran dan pelatihan bagi pendidik.
2. Penghargaan terhadap Keberagaman:Â
Konsep keberagaman dalam pendidikan inklusif mengajarkan pentingnya saling menghargai perbedaan. Hal ini sangat relevan dalam konteks sosial yang semakin global dan terhubung. Siswa yang belajar dalam lingkungan yang merayakan keberagaman akan lebih siap menghadapi tantangan sosial di masa depan.