Mohon tunggu...
Sena Lodra
Sena Lodra Mohon Tunggu... -

Warga Negara Indonesia yang tinggal di Jakarta. Sehari-2 bekerja sbg pegawai swasta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Pendidikan Nasional: Salah Satu Penyebab Utama Tawuran

29 September 2012   02:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:31 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Tawuran yang menyebabkan korban meninggal sedang mendapat sorotan banyak. Sudah banyak yang mengulas tentang penyebab masalah ini. Saya akan mencoba mengulas dari sisi yang lain bahwa salah satu penyebab utama dari tawuran ini adalah karena konsep pendidikan nasional (dlm hal ini kurikulum) yang kurang tepat.

Kurikulum Pendidikan Nasional sangat mengutamakan Output yang dilihat dari nilai mata pelajaran dan tingkat kelulusan. Dan pada saat yang sama, menomer-belakangkan pendidikan karakter itu sendiri.

Dari SD (bahkan TK) anak2 sudah digedor utk mengejar target: harus bisa baca, tulis, berhitung, hapal ayat alquran, doa2 dll. Anak kelas 6 yg relatif masih kecil harus belajar siang malam, ikut bimbel dll. Buat apa? Hanya utk mengejar nilai UN dan tingkat kelulusan. Pada saat yang sama, kita masih mendengar contek-menyontek pada saat UN masih menjadi berita yang marak. Belajar kisi2 menjadi hal yang lumrah utk mengejar nilai UN tinggi.
Anak2 bukanlah profesional yang dituntut dari hasil pekerjaannya. Mereka adalah bibit yg bakal menjadi professional di masa datang. Seharusnya, sebagai bibit mereka harus dirawat dan di"groom" spy kelak menjadi professional yg kuat.

Perawatan merupakan proses. Proses utk membentuk karakter yang kuat. Bagaimana karakter yg kuat itu: jujur, persisten (tdk mdh menyerah), percaya diri, membantu yg lemah, kemampuan beradaptasi, dll.
Dengan karakter yang kuat ini, segala macam tantangan akan lebih mudah dihadapi. Sebagai profesional saat ini, kekuatan karakter bagi saya lebih penting drpd ilmu yg sy dpt di sekolah di dalam menyelesaikan masalah2 baik di kantor ataupun keluarga/masyarakat.

Pembangunan karakter ini harus sdh dimulai dari kecil. Sejak TK/SD, sekolah harus menanamkan kejujuran, kemandirian di kalangan anak2. Sehingga pada saat mereka remaja karakter itu sudah mulai kelihatan. Dan insya Allah, masalah2 sosial spt narkoba, tawuran dll akan lbh sedikit. Kalau bibit yang masuk ke SMP dan kemudian SMA sudah berkarakter yang baik, anak2 ini akan lebih mampu mengatasi problem yang mereka hadapi termasuk di dalamnya kenakalan2 remaja, narkoba dll.

Pada saat yang sama, keilmuan (math, science, dll) diberikan sbg pemenuhan tantangan bagi mereka. Bukan sbg stand alone materi yg terpisah. Anak2 harus dididik utk memecahkan masalah dan bukan sekedar menghapal atau berhitung. Pemecahan masalah ini merupakan hasil peng-integrasi-an secara menyeluruh materi2 di sekolah. Soal2 matematika bukan hanya 1+1 atau 1025 x 577, tapi bagaimana memecahkan masalah yang lebih aplikatif kpd kehidupan sehari-hari.

Ki Hajar Dewantoro sbg bapak pendidikan nasional sangat menekankan pendidikan karakter ini (Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tutwuri Handayani). Untuk itu sudah saatnya kita kembalikan tujuan pendidikan nasional ini utk mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk karakter bangsa ini sbg bangsa yang tangguh, jujur, suka bekerja sama dan mandiri.

Saya berharap para pemimpin bangsa ini melihat bahwa pendidikan bukan hanya sekedar nilai UN dan tingkat kelulusan. Tapi lebih kepada bagaimana anak2 kita nanti menjadi profesional yang tangguh, mandiri, jujur dan berkarakter. Mereka inilah yang akan "menghidupi" kita pada saat kita tua nanti.

Salam Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun