Menurut Angela Anning dalam Suharjo (2006: 36) mengemukakan bahwa perkembangan dan belarar anak itu sebagai berikut 1. Kemampuan berfikir anak itu berkembang secara sekuensial dari kongkrit menuju abstrak. 2. Anak harus siap menuju ke tahap perkembangan berikutnya dan tidak boleh dipaksakan untuk bergerak menuju tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi. 3. Anak belajar melalui pengalaman-pengalaman langsung, khususnya melalui aktivitas bermain. 4. Anak memerlukan pengembangan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat digunakan secara efektif di sekolah. 5. Perkembangan sosial anak bergerak dari egosentris menuju kepada kemampuan untuk berempati dengan yang lain. 6. Setiap anak sebagai seorang individu, masing-masing memiliki cara belajar yang unik.
Tim Dosen FIP IKIP dalam Suharjo (2006: 37) mengemukakan bahwa anak SD memiliki karakteristik pertumbuhan sebagai berikut: 1. Pertumbuhan fisik dan motorik maju pesat. 2. Kehidupan sosialnya diperkaya selain kemampuan dalam hal kerjasama juga dalam hal bersaing dan kehidupan kelompok sebaya. 3. Semakin menyadari diri selain mempunyai keinginan, perasaan tertentu juga semakin bertumbuhnya minat tertentu. 4. Kemampuan berfikirnya masih dala tingkatan pesepsional. 5. Dalam bergaul, bekerjasama dan kegiatan bersama tidak membedakan jenis yang menjadi dasar adalah perhatian dan pengalaman yang sama. 6. Mempunyai kesanggupan untuk memahami hubungan sebab akibat. 7. Ketergantungan kepada orang dewasa semakin berkurang dan kurang memerlukan perlindungan orang dewasa.
Piaget dalam Zulkifli (2009: 21) mengemukakan bahwa perkembangan di bagi menjadi 4 fase sebagai berikut: 1. Fase sensori motorik (0-2 tahun). Aktivitas kognitif didasarkan pada pengalaman langsung panca indera. Aktivitas belum menggunakan bahasa. Pemahaman intelektual muncul di akhir fase ini. 2. Fase pra operasional (2-7 tahun). Anak tidak terikat lagi pada lingkungan sensori. Kesanggupan menyimpan tanggapan bertambah besar. Anak suka meniru orang lain dan mampu menerima khayalan dan suka bercerita tentang hal-hal yang fantastis. 3. Fase operasi konkret (7-12 tahun). Pada fase ini cara anak berpikir mulai logis. Bentuk aktivitas dapat ditentukan dengan peraturan yang berlaku. Anak masih berpikir harfiah sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. 4. Fase operasi formal. Dalam fase ini anak telah mampu mengembangkan pola-pola berpikir formal, telah mampu berpikir logis, rasional, dan bahkan abstrak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI