Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hati-hati Kuda Troya Golkar Masuk Istana

27 Januari 2016   10:34 Diperbarui: 27 Januari 2016   22:38 1305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kuda Troya adalah kuda kayu raksasa yang didalamnya prajurit Yunani bersembunyi untuk menghancurkan benteng kota Troya "][/caption]

Sebuah kisah klasik yang gemar dikutip untuk menggambarkan ragam intrik dan modus peran di panggung politik adalah Kuda Troya (Troya Horse). Kisah ini menceritakan kecerdikan dan kecermelangan seorang Odisseus merancang strategi. Dikisahkan perang antara Yunani dan kerajaan Troya yang berlarut telah memakan waktu dan korban tak terhitung. Meski Troya berulang kali dikepung dari berbagai penjuru namun tentara Yunani (dengan dibantu Sparta) tidak pernah berhasil menembus benteng pertahanan kota. Bertahun-tahun bertempur tanpa hasil membuat  pasukan Yunani frustasi. Odisseus kemudian memerintahkan pasukannya membangun sebuah kuda kayu raksasa, yang didalamnya bisa diisi sejumlah prajurit pilihan dan terlatih. Setelah itu pasukan Yunani pura-pura meninggalkan kuda di luar kota, seolah mereka mundur dari Troya. Melihat pasukan Yunani yang sudah pergi, pasukan Troya mengira Yunani telah menyerah. Patung kuda raksasa yang ditinggalkan itu dibaca sebagai pernyataan kekalahan Yunani.  Maka, dengan sorak riang orang-orang Troya menggotong masuk patung kuda ke dalam kota, lalu merayakan kemenangan mereka. Pada tengah malam para prajurit Yunani yang bersembunyi di dalam perut kuda keluar lalu membuka pintu gerbang kota Troya sehingga pasukan Yunani yang telah kembali dengan diam-diam masuk dan menghancurkan seluruh isi kota Troya, hanya dalam sekejap. Troya pun takluk dan dikuasai sepenuhnya oleh Yunani.

Instrumentasi kuda Troya di zaman politik modern ini telah mengalami banyak improvisasi dan modivikasi. Esensinya adalah simbol “sebuah kendaraan atau alat,” yang didalamnya disembunyikan berbagai maksud dan niat (biasanya dikaitkan dengan yang negatif dan jahat) pemiliknya. Pengalaman menunjukkan, misalnya UU MD3 yang diarsiteki KMP berhasil melumpuh-totalkan parpol pemenang pemilu sehingga mereka sepenuhnya menguasai parlemen. PDIP seperti pengemis kuasa di istananya sendiri. Kita bisa amati bahwa banyak juga produk politik yang di-kuda-troyakan demi kepentingan kelompok dan bisnis.

Pelajaran penting yang bisa dipetik dari kisah ini adalah, pertama; jangan gegabah menerima “hadiah” atau “pernyatan kalah” dari musuh. Kebanyakan musuh hanya “pura-pura kalah,” lalu menunggu waktu yang tepat untuk menyerang pada posisi yang telak mematikan. Kedua; sebagai simbol kuda troya bisa didisain sangat menarik, disesuikan dengan selera dan gaya calon korban. Sedemikian menarik dan indahnya sehingga mustahil dikenali sebagai jebakan atau semacam kopi berkualitas beraroma menawan namun tercampur racun sianida.    

Siapa tidak senang bila para politisi bersatu membangun bangsa? Pertarungan dan kisruh legislatif yang dibajak KMP dengan semua anteknya melawan KIH, yang juga didalamnya banyak figur brutus, si penghianat sejati? Situasi chaos tak berujung itu membuat pemerintahan Jokowi seperti dipaksa berlomba di lintasan kompetisi untuk memajukan bangsa,  sambil menarik gerbong raksasa berisi sampah yang tidak saja super berat melainkan super busuk, juga super berisik. Rakyat sendiri, yang sempat terbelah oleh perbedaan preferensi politik pasca Pilpres sebagian besar sudah saling dukung oleh nalar obyektif melihat prestasi dan keseriusan kerja Presiden dan para pembantunya.

[caption caption="Sumber Gambar: http://hariansib.co/mobile/?open=content&id=96341"]


[/caption]

Maka, masuknya Golkar sebagai pendukung pemerintahan Jokowi-JK menjadi kabar sukacita yang patut dirayakan. Sangat menjanjikan. Setidaknya, rakyat, dan tentu saja presiden Jokowi berharap dengan dukungan tersebut, kadar kekisruhan yang membebani laju gerak eksekutif memutar roda pembangunan menjadi berkurang. 

Namun, sepak terjang Golkar dan para politisi KMP selama ini memperkuat “jargon politik tuna etika” khas Machiavelian yang menyatakan, “tidak ada musuh atau kawan abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi.” Ini semacam “gaya politik” yang sudah mendarah daging sehingga terbiasa dilakoni. Padahal, para politisi modern yang rajin merawat nurani dan memandu nilai-nilai moral etik, meski mengakui kebenaran praktis operasi fatsun itu di lapangan politik yang memang penuh ranjau, namun memiliki komitmen kuat untuk menghindari mempraktekkannya. Sayang, Golkar dan terlebih ARB (atau orang semacam Setya Novanto dan Nurdin Halid) sulit dimasukkan dalam kategori politisi modern itu.

Pengalaman-pengalaman riil dari pengamatan publik terhadap kiat-kiat Golkar di pentas politik memberi alasan, sekaligus alarm kepada pemerintah agar menyikapi sikap Golkar ini dengan meningkatkan status waspada ke level kritis. Dukungan Golkar cukup mudah terbaca setengah hati. Lebih dari itu, tidak ada salahnya diwaspadai posibilitasnya sebagai “paket buku berisi bom.” Alasannya sederhana, yaitu Golkar tidak pernah mengatakan keluar dari KMP. Bahkan, di dalam pidato politiknya di Rapimnas itu ARB menegaskan posisi Golkar: "Kepada sahabat saya dari KMP, harus kita katakan bahwa tali perkawanan kita tidak kendur sedikit pun. Kita tidak keluar dari KMP. Kita tetap berada di kubu kebangsaan, Koalisi Merah Putih."

Jadi, apa beda antara mendukung tetapi tetap di koalisi oposisi dengan tidak mendukung pemerintah? Politik dua kaki ini bukankah jelas sebagai intrik kuda troya? Ini juga mengandung arti bahwa keputusan Golkar tersebut direstui sepenuhnya oleh KMP. Kita ingat, mereka baru saja bersekutu dan kompak bulat mendukung Setya Novanto dalam kasus “Papa Minta Saham”di pengadilan etik MKD. Bahkan, masih juga solid melindungi Setya Novanto dari panggilan Jaksa Agung hingga detik ini, dan mungkin saja terhadap semua tindakan hukum yang akan menimpa salah satu ujung tombak andalan KMP itu. Tidak ada peristiwa luar biasa yang membuat kekuatan internal KMP terbelah dan soliditas terganggu. Para pimpinan KMP masih terlihat kompak hadiri acara pembukaan Rapimnas Golkar 23 Januatri 2016. Fadli Zoon, salah satu tokoh kunci Gerindra, yang juga tokoh yang selalu tampil antagonis di panggung politik Jokowi pun mengomentari deklarasi dukungn Golkar ke pemerintah, bahwa Gerindra juga mendukung Jokowi-JK. Komentar yang terkesan ringan dan biasa saja memperkuat dugaan bahwa “kepergian Golkar” itu tidak saja direstui, melainkan patut diduga sebagai bagian dari strategi KMP.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun