Mohon tunggu...
Thomas Sembiring
Thomas Sembiring Mohon Tunggu... Jurnalis - Blogger KereAktif

ASMI Santa Maria, Univ.Sanata Dharma, Diaspora KARO, Putera Aceh Tenggara, International Movement of Young Catholics (IMYC) for Social Justice, INDONESIA

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bandul Media Pasca Faisal Basri Sebut Nama Hatta Rajasa

26 Mei 2015   00:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:36 956
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_385528" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi Kompasiana Seminar Nasional seputar isu Tambang Bauksit di Jakarta"]

[/caption]

Hasil seminar nasional Kompasiana​ bertemakan "Kondisi Terkini, Harapan dan Tantangan di Masa Depan Industri Pertambangan Bauksit dan Smelter Alumina Indonesia" yang digelar Senin (25/05) akan mulai kelihatan gaungnya. Terlebih setelah Faisal Basri sebagai salah satu pembicara menyebut telak nama Hatta Rajasa dan perusahaan aluminium kedua terbesar dunia dari Rusia, UC Rusal.

Kedua pihak ini dituding bermain dibalik kebijakan pelarangan ekspor mineral. Rusal dinilai membutuhkan dukungan saat sahamnya anjlok dengan cara pelarangan ekspor bauksit yang akan memotong sekitar 40 juta ton bahan baku alumina tersebut. Pengurangan pasokan di pasar global dipandang akan memotong dominasi Cina yang sudah lebih dulu memasuki Indonesia dan mendongkrak saham Rusal. Sementara Hatta Rajasa dituding memiliki kepentingan terkait kontestasi politik di Pilpres.

Bantahan yang datang menyebut kebijakan pelarangan ekspor mineral itu sebagai amanat UU Mineral dan Batubara. Sebab melalui kebijakan pelarangan ekspor maka industri pengolahan dan pemurnian (smelter) akan tumbuh sehingga nilai tambah produk tambang mineral semakin meningkat. Alih teknologi smelter dan nilai jual produk yang dipandang menguntungkan merupakan alasan kuat kebijakan tersebut.

Pelaku usaha dari Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia menyebut bahwa pada awalnya UU Minerba tidak melarang ekspor keseluruhan. Pihak yang berkomitmen membangun smelter disebut akan mendapat insentif ekspor. Namun belakangan kebijakan tersebut dianulir. Dampaknya industri tambang bauksit mengalami mati suri. Perusahaan yang komit pada hilirisasi dan mau membangun smelter pun akhirnya terkena dampak berhenti berproduksi karena pasar domestik tak siap menampung produksi mereka. PT Aneka Tambang Tbk dinilai lebih memilih impor dari Australia karena harga bahan baku yang lebih murah dari industri tetangga.

Atas matinya pasar lokal bauksit dan adanya kebijakan pelarangan ekspor raw material, puluhan ribu pekerja tambang bauksit pun dirumahkan. Perusahaan-perusahaan pun kolaps karena tidak memiliki pendapatan. Sementara pada sisi lain kewajiban pembayaran berbagai bentuk penerimaan negara tetap berjalan. Hal ini dipandang merugikan industri bauksit.

Mantan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Simon Sembiring, pada kesempatan yang sama menyebut tidak ada frasa larangan ekspor dalam UU Minerba. Menurutnya adapun semangat UU tersebut lebih mendorong pelaku usaha memprioritaskan pasar dalam negeri.

Maka kita akan lihat, pasca kisruh media soal penelantaran anak dan isu beras plastik, apakah isu tudingan Faisal Basri terhadap Hatta Rajasa dan Rusal bisa menggema di media? Pertanyaan lebih lanjut, apakah Komisi Pemberantasan Korupsi akan berani memasuki jejak analisa yang dibangun oleh Faisal Basri?

Pasca ribut soal mafia migas, isu permainan politik dan bau dolar dari industri tambang akan menarik disimak. Meski secara pribadi, beberapa paparan dari pembicara termasuk dari Faisal Basri dapat diterima akal sehat, namun tudingannya secara vulgar dapat memicu konsekuensi hukum. Ini akan menjadi babak lanjut dari mengerikannya kepentingan besar dibalik setiap kebijakan di republik ini.

Mari kita tunggu bagaimana bandul ekspose media ini akan membentuk diskursus publik yang tidak seluruh elemennya memahami peliknya dimensi pertambangan dalam negeri. Seberapa lama bandul pemberitaan akan menghangat dan memberikan pencerahan bagi masyarakat, ditentukan dari beberapa hari pasca seminar.Tentu diharapkan ini tidak berakhir hanya seperti lemparan batu ke kolam dan membentuk rambatan gelombang sesaat.

Bandul pemberitaan media pembentuk diskursus publik yang dimulai dari pernyataan Faisal Basri seputar peran Hatta Rajasa dan benefit Rusal dibalik kebijakan pelarangan bauksit kiranya lebih bertahan lama. Setidaknya hingga masyarakat bisa menilai arah dari diskursus itu sendiri. Atau setidaknya hingga proses hukum menguji posisi masing-masing pihak yang akhirnya membuka fakta baru dan mencerahkan publik.

Selamat memasuki dunia republik ... Mari melihat daya tahun dan daya guncang bandul media terkait ulasan seputar industri bauksit Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun