Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

"Peace Trip", Perjalanan dan Pelajaran Keberagaman untuk Anak-anak di Temanggung

11 April 2018   05:54 Diperbarui: 11 April 2018   12:54 2720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Peace Trip start dari Tugu Jam (Taman Pancasila Temanggung)| Koleksi pribadi

Berawal dari keresahan kami terhadap perkembangan toleransi beragama dan kehidupan sosial di tengah masyarakat, maka kami para penggiat kedamaian dan keberagaman di Temanggung yang bergabung dalam Laskar Bersenyum mengadakan kegiatan Peace Trip yang bermaksud mengenalkan berbagai agama dan cara beribadat macam-macam agama yang ada di negeri ini. 

Laskar Bersenyum tidak sendiri dalam kegiatan yang bermanfaat ini, namun bekerja sama dengan beberapa lembaga pemerhati keberagaman antara lain ICRP (Indonesian Conference on Religion and Peace), Peace Train Indonesia, Forum Bhineka Nusantara, KAF Foundation, Wahid Foundation, Elex Media Komputindo, Savenet, Demokrasi.id, dan beberapa komunitas lainnya.

Peace Trip, perjalanan ke berbagai macam tempat beribadat umat beragama itu diikuti 50 siswa yang berbeda latar belakang budaya dan sosial. Siswa-siswa tersebut berasal dari beberapa SD yang ada di Temanggung itu mengikuti rangkaian kegiatan yang berlangsung pada hari Sabtu, 7 April 2018. 

Mereka dikenalkan pada nama tempat ibadah serta tata cara berbidah pada Tuhan Yang Maha Esa dengan bahasa yang mudah dipahami untuk anak-anak usia mereka. Tujuannya adalah memberikan pengertian pada mereka bahwa dalam pergaulan, perbedaan bukanlah sesuatu yang harus dijauhi, namun dengan keberagaman itu kita bisa menciptakan kedamaian dan kenyamanan antar sesama. Dengan memahami keberagaman pula diharapkan anak-anak saling menjaga kerukunan dan persaudaraan di antara mereka.

erfoto bersama di depan Gereja Kristen Indonesia| Koleksi pribadi
erfoto bersama di depan Gereja Kristen Indonesia| Koleksi pribadi
Perjalanan dimulai pada pukul 07.30 WIB dari Taman Pancasila (Tugu Nol KM Temanggung), lalu ke Rumah Ibadah Tri Dharma Cahaya Sakti yang berada tepat di samping Taman Pancasila. Setelah mendapatkan penjelasan tentang Kelenteng Cahaya Sakti (Kong Lin Bio) berikut ajaran-ajaran yang diyakini oleh pemeluknya, banyak anak yang bertanya tentang isi kelenteng dan arti-arti gambar yang menghiasi tembok kelenteng tersebut.

Setelah selesai, rombongan bergerak menuju Gereja Kristen Indonesia yang berada di Jl.KS. Tubun No.31 Temanggung. Di gereja ini anak-anak yang sudah mulai saling mengenal terlihat asyik mendengarkan penjelasan dari Bapak Pendeta Darmanto Lemuel.

Di depan Vihara Dhamma Surya Putra Kebondalem Kemiri Kaloran| Koleksi pribadi
Di depan Vihara Dhamma Surya Putra Kebondalem Kemiri Kaloran| Koleksi pribadi
Sekitar pukul 09.00 WIB dengan menggunakan bus sekolah dan bus dari Pemerintah Kabupaten Temanggung, rombongan meluncur ke Wihara Dhamma Surya Putra yang berada di luar kota Temanggung, tepatnya di Dusun Kebondalem Desa Kemiri Kecamatan Kaloran.

Saat diberi pengertian tentang agama Buddha berikut ajaran-ajaran terlihat kekaguman dari anak-anak SD usia kelas 3 sampai dengan kelas 5 yang rata-rata mengenal wihara hanya dari buku pelajaran sekolahnya saja.

Dari Wihara di Kaloran, rombongan beranjak menuju masjid yang bangunannya sudah berusia 600 tahun yang tata bangunannya masih dibiarkan utuh seperti sedia kala, yaitu Masjid Jami di Desa Menggoro Kecamatan Tembarak Temanggung.

Masjid Jami| Koleksi pribadi
Masjid Jami| Koleksi pribadi
anak-anak ini meminta difoto di depan masjid yang berusia 600 tahun itu| Koleksi pribadi
anak-anak ini meminta difoto di depan masjid yang berusia 600 tahun itu| Koleksi pribadi
Sesuai jadwal saat berada di Masjid acara sholat dzuhur berjamaah bagi yang muslim dilanjutkan makan siang. Namun sambil menunggu azan dhuhur tiba, anak-anak diberi penjelasan tentang awal berdirinya Masjid Jami yang kayu penyangga masjidnya masih merupakan kayu yang sama dengan saat pertama kali bangunan itu berdiri. Karena tokoh agama dari Masjid Jami berhalangan hadir maka acara diisi oleh Sekjen Narasi Damai Nusantara Khoirul Anam.

Sekjen Narasi Damai Nusantara tengah memberi penjelasan tentang bangunan kuno masjid yang kayu-kayunya masih kuat menyangga meski sudah berusia ratusan tahun| Koleksi pribadi
Sekjen Narasi Damai Nusantara tengah memberi penjelasan tentang bangunan kuno masjid yang kayu-kayunya masih kuat menyangga meski sudah berusia ratusan tahun| Koleksi pribadi
Setelah makan siang, anak-anak dibawa panitia ke Gereja Santo Petrus dan Paulus yang berada di Jalan Jendral Sudirman No. 15. Meski perjalanan yang ditempuh dari Tembarak ke Gereja Santo Petrus dan Paulus lumayan jauh, namun anak-anak masih saja menunjukkan ketertarikan pada penjelasan yang dilakukan oleh Romo Ibnu Fajar Muhammad. Tidak ada yang menampakkan wajah lesu atau kecapekan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun