Mohon tunggu...
Nazirwan Rohmadi
Nazirwan Rohmadi Mohon Tunggu... Guru - Guru Sejarah, PPKN, Sosiologi, dan IPS

Sebagai seorang pengajar yang memiliki antusiasme dalam bidang investasi dan politik

Selanjutnya

Tutup

Financial

Investasi Reksadana dan Saham Sebagai Solusi Menghadapi Resesi Ekonomi 2023

20 Oktober 2022   12:10 Diperbarui: 20 Oktober 2022   12:40 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

           Kondisi ekonomi dunia pada tahun 2023 dikabarkan akan mengalami perlambatan ekonomi global dan meningkatnya tingkat resiko resesi. Apa itu resesi? Resesi adalah kondisi dimana produk domestik bruto mengalami penurunan atau pertumbuhan ekonomi bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut. Beberapa negara dikabarkan mengalami kontraksi ekonomi yang cukup hebat dan diperkirakan tingkat inflasi global melebihi angka 4%. IMF (2022: 9) melalui publikasinya menyampaikan informasi bahwa diperkirakan tingkat pertumbuhan ekonomi global hanya sebesar 2,7% di tahun 2023.

            Menurut Muhammad Chatib Basri (2022) mengatakan bahwa Jerman yang merupakan motor pertumbuhan ekonomi Uni Eropa telah mengalami tingkat inflasi sebesar 10,9% yang juga diperparah dengan adanya konsumsi gas yang meningkat sehingga menyebabkan harga energi meningkat. Di sisi lain, bank sentral di Eropa dan Amerika Serikat menaikkan suku bunga. Hal itu menyebabkan kontraksi ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat sehingga permintaan ekspor global menurun.

            Permintaan ekspor global yang menurun dapat mengakibatkan tingkat pertumbuhan ekonomi dunia juga menurun karena dapat mengganggu pertumbuhan GDP (Growth Domestic Product) di seluruh dunia. Hal ini diperparah dengan adanya peningkatan suku bunga bank sentral Amerika Serikat sehingga dollar Amerika Serikat menguat tajam terhadap mata uang negara lain, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat berada di posisi 15.465/dollar pada tanggal 19 Oktober 2022 jam 02.30 WIB. Peningkatan suku bunga dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat untuk menekan laju inflasi, akan tetapi mereka mengorbankan pertumbuhan ekonomi negaranya dan mempengaruhi kondisi ekonomi global (Muhammad, 2022).

            Kondisi ekonomi global di tahun 2023 sudah harus diantisipasi oleh masyarakat. Masyarakat diwajibkan mampu mengatur kondisi keuangannya termasuk menyediakan dana darurat dan mengalihkan dananya ke berbagai instrument investasi yang aman seperti emas, reksadana, dan saham. Saya pribadi memiliki pengalaman di dua buah instrument investasi yaitu reksadana dan saham. Adapun untuk reksadana saya memilih reksadana pendapatan tetap karena tingkat resikonya lebih rendah jika dibandingkan dengan reksadana campuran atau saham.

            Dana yang saya simpan di dalam reksadana akan saya gunakan jika kondisi IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) mengalami penurunan yang tajam. Contoh terdekat yang pernah saya lakukan adalah menggunakan dana yang terdapat di dalam instrument investasi reksadana ketika Covid-19 melanda Indonesia. Ketika itu, bursa saham mengalami penurunan yang tajam dan saya melihat peluang untuk mendapatkan keuntungan yang besar akibat penurunan tersebut. Saya memanfaatkannya dengan cara membeli saham-saham Blue Chip (perusahaan yang labanya sudah stabil) yang memiliki fundamental yang kuat. Momentum-momentum IHSG mengalami penurunan tajam harus dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjaga dan mengembangkan dananya.

            Apakah yang dapat menyebabkan IHSG mengalami penurunan tajam? Menurut Engla (2013: 242) investasi di Indonesia menurun dikarenakan pengeluaran  pemerintah  dan  pertumbuhan ekonomi  menurun sedangkan  jumlah  uang  beredar,  suku  bunga,  dan  inflasi  meningkat. Jika kita simulasikan, apabila inflasi di Indonesia berada di kisaran 5,7 sampai 6,1% (Yanuar, 2022) per tahun dan seseorang mengamakan dananya di sebuah reksadana maka dia mampu menghadapi tingkat inflasi tersebut. Hal itu disebabkan oleh reksadana pendapatan tetap mampu memberikan imbal hasil 6-10% per tahun.

            Hal itu akan sangat bermanfaat apabila teknik investasi reksadana dipadukan dengan teknik investasi di bursa saham ketika IHSG mengalami tekanan seperti halnya ketika Covid-19 melanda atau seperti ancaman krisis global di tahun 2008. Dana yang telah diinvestasikan di reksadana pada hari ini, diambil di tahun 2023 untuk diinvestasikan di bursa saham. Apa saja ciri saham yang memiliki fundamental yang kuat? Ciri yang paling mendasar adalah sebuah perusahaan mampu mencetak keuntungan yang meningkat selama 3-5 tahun terakhir, memiliki Price Earning Ratio kurang dari 15x, dan memiliki Price Book Value kurang dari 2x. Saya biasa memilih saham dengan kode antara lain PTBA, BBRI, TLKM, dan INDF. PTBA memiliki keunggulan yaitu dividen yang besar, dengan cara melihat dividen yield sebesar 17,39%. BBRI, TLKM, dan INDF memiliki keunggulan peningkatan harga saham yang cepat apabila IHSG mulai bangkit, saya ambil contoh dari data di tahun 2008. BBRI pada saat itu ada di harga 250/lembar dan dengan cepat berada di harga 1.180/lembar dalam hitungan satu tahun. Tentu investasi di bursa saham tidaklah mudah, kita perlu mempersiapkan mental dan ilmu sebelum memulainya.

            Ilmu yang paling penting dalam investasi di bursa saham adalah analisis fundamental dan teknikal. Bagi saya, analisis fundamental adalah sabuk pengaman ketika berinvestasi dan analisis teknikal adalah kunci sinyal jual dan beli. Bagi para investor pemula, memulai investasi di bursa saham yang paling tepat adalah ketika IHSG mengalami crash. Akan tetapi, akan lebih baik jika sejak dini telah memiliki akun di sebuah sekuritas dan mulailah berinvestasi di reksadana pasar uang atau reksadana pendapatan tetap. Untuk memiliki akun di sebuah sekuritas saat ini sangatlah mudah karena perkembangan teknologi yang ada. Salah satu sekuritas yaitu PT. Surya Fajar Sekuritas atau dapat disebut SFAST. SFAST memberikan fasilitas pembukaan akun secara online. Hal terpenting seseorang berinvestasi adalah sekuritas tersebut terdaftar dalam Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menjamin keamanaan investasi seseorang. SFAST sebagai sekuritas professional yang menjaga keamanan nasabah telah terdaftar di OJK melalui SK OJK No. KEP-64/D.04/2018 dan izin penjamin emisi SK OJK No. KEP-42/D.04/2019. Hal itu menjadi sebuah indikator bahwa SFAST merupakan sekuritas yang aman, professional, dan terpercaya dalam proses investasi saham dan reksadana.

            Seseorang yang telah memiliki akun di sebuah sekuritas dapat melakukan pembelian dan penjualan saham atau reksadana melalui aplikasi di handphone atau laptop. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang mendukung proses transaksi investasi. Sebelum adanya teknologi internet, investor harus menghubungi pialang saham atau broker melalui telepon jika ingin membeli sebuah saham. Akan tetapi, dewasa ini transaksi investasi sudah bisa dilakukan dengan sangat mudah bahkan melalui handphone dapat dilakukan dimana saja.

           

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun