Mohon tunggu...
Sekar Langit
Sekar Langit Mohon Tunggu... -

Pecinta fiksi, tapi tak bisa menuliskannya. Di sini, hendak belajar dari teman-teman semua...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menyudahi Rasa dan Cerita

27 Januari 2014   08:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:26 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mendadak ada keinginan untuk membuka akun ini dan bercerita satu hal. Ya, satu hal saja seperti biasanya. Karena memang di sini ceritanya itu-itu saja.  Setahun berlalu. Sepertinya, aku semakin baik-baik saja. Atau bisa saja aku menyebutnya, aku sedang berusaha baik-baik saja. Tapi, bukankah begitu seharusnya bahwa apa pun keadaannya aku harus belajar menjadi baik-baik saja.

Tentangmu, seperti biasa. Kau kerap ada dalam selitan doa. Agar kau baik-baik saja, agar hidupmu sejahtera adanya.   Entah apalagi yang hendak kutulis di sini.   Perbincangan sore tadi melalui whatsapp, membuatku berharap bahwa tak akan ada kebencian yang terendap. Tak ada kemarahan yang dilipat.

Ah!

Seperti sedang menghitung nasib, aku pun kembali menghitung percaturan hidupku. Hidup, kehidupan juga tentang perasaan yang kerap kusimpan tapi selalu kutepiskan. Harapku, rasa itu semakin menepi dan pergi tanpa aku menyimpan dendam di hati. Tidak, tidak akan!

Bahwa ketika aku tahu aku memiliki perasaan lebih kepadamu, maka cepat-cepat aku mengenyahkanmu dari ruang hatiku.   Aku tidak tahu hendak menulis apa, mari aku sudahi saja cerita. Bahwa aku sudah berusaha menyudahi perasaanku kepadamu. Bukan, bukan atas kejadian sore tadi. Tapi sejak setahun lalu...  Hei, aku teringat status teman di FB sore tadi. Kalau tak salah ingat, "Ketika engkau mencintai, tak usah kau pendam dalam hati karena kodrat hati itu terbolak-balik. Titiplah orang yang kau cinta dalam doa, karena ia akan abadi di atas langit sana."

Satu hal lagi, semoga engkau mendoakanku untuk melepas semua simpulan rasa yang ada dalam hatiku. Dengan doa tulusmu, semoga simpulan itu terurai dan aku yakin ia akan terlerai. Aamiin :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun