Mohon tunggu...
Sefionaa Elvii
Sefionaa Elvii Mohon Tunggu... mahasiswa

i am a student from the language study program

Selanjutnya

Tutup

Film

Sejarah Drama dari Yunani Kuno hingga Zaman Modern

5 Oktober 2025   23:17 Diperbarui: 5 Oktober 2025   23:17 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Drama merupakan salah satu cabang sastra yang merepresentasikan pengalaman manusia melalui percakapan dan perilaku para karakternya. Istilah drama berasal dari bahasa Yunani draomai, yang berarti "melakukan. " Berbeda dengan jenis sastra lainnya, drama dirancang untuk disajikan di atas panggung sehingga penonton dapat merasakan secara langsung emosi serta pesan yang ingin disampaikan.

Asal usul drama dapat ditelusuri kembali ke Yunani Kuno sekitar abad ke-5 SM. Pada awalnya, drama merupakan bagian dari perayaan keagamaan demi menghormati Dewa Dionysus. Thespis dikenal sebagai aktor pertama, dan dari sini lahirlah tiga kategori utama: tragedi, komedi, dan satir. Beberapa karya terkenal dari periode ini termasuk Oedipus Rex oleh Sophocles dan Lysistrata oleh Aristophanes.

Selama era Romawi, drama menjadi salah satu bentuk hiburan yang populer di amfiteater dengan arsitektur yang megah. Penulis terkemuka seperti Plautus dan Terence menciptakan komedi yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat. Namun, dengan munculnya pertunjukan gladiator, ketenaran drama mulai merosot.

Memasuki periode Abad Pertengahan, drama mulai berkembang dalam konteks gereja Kristen sebagai metode untuk mendidik tentang moral dan kepercayaan. Pertunjukan berlangsung di halaman gereja dengan format mystery play, miracle play, dan morality play.

Pada zaman Renaisans, drama kembali mendapatkan momentum dengan fokus pada kemanusiaan dan cinta. Salah satu penulis paling terkenal adalah William Shakespeare dengan karya-karyanya seperti Romeo and Juliet dan Hamlet. Di Italia, lahir commedia dell'arte, sebuah jenis drama improvisasi dengan karakter yang unik.

Kemudian, abad ke-17 hingga ke-18 menjadi saksi bagi perkembangan drama klasik di Prancis dan Inggris. Di Prancis, Molire menciptakan Tartuffe dengan mengikuti kaidah neoklasik yang ketat, sedangkan di Inggris, drama menjadi alat untuk mengkritik isu sosial dan politik.

Pada abad ke-19, lahir drama modern yang menyoroti realitas sosial dan psikologis. Karya dari Henrik Ibsen (A Doll's House) dan Anton Chekhov (The Cherry Orchard) fokus pada konflik internal yang dialami manusia. Di abad ke-20, muncul drama absurd seperti Waiting for Godot karya Samuel Beckett.

Saat ini, di era kontemporer, drama telah beradaptasi melalui film, televisi, dan platform digital. Tema yang diangkat semakin bervariasi, meliputi isu sosial, politik, serta kemanusiaan. Di Indonesia, perkembangan drama dan teater ditandai oleh tokoh-tokoh seperti W. S. Rendra, Arifin C. Noer, dan Putu Wijaya yang memperkenalkan semangat kritik sosial dan budaya.

Drama telah menjalani transformasi yang panjang, dari sebuah ritual keagamaan hingga berkembang menjadi suatu wujud seni modern. Meskipun wujudnya mengalami perubahan, esensi drama tetap, yaitu mencerminkan kehidupan manusia melalui dialog dan karakter.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun