"Ragukan bahwa bintang itu api membara, ragukan gerak putar sang surya, ragukan kebenaran sebagai dusta, tapi jangan pernah ragukan cintaku (William Shakespeare).
Bait di atas merupakan sepenggal syair yang ditulis oleh William Shakespiare, semua hal bisa kita ragukan tetapi untuk satu hal, cinta, percayai saja. Kurang lebih seperti itu keinginan William Shakespeare. Terkesan profokatif, tetapi jika telaah lebih lanjut meragukan sesuatu merupakan langkah awal yang harus kita tempuh jika kita ingin memperoleh kebenaran.
Dengan meragukan segala sesuatu, kita akan mencari informasi lain yang akan memunculkan pengetahuan atau kebenaran baru yang lebih kuat. Rene Descarte, seorang filosof Perancis pernah berujar "Cogito, ergo sum" saya berpikir maka saya ada. Dengan kata lain proses berpikir yang diawali dengan meragukan suatu realitas, akan menjadi titik awal untuk menemukan kebenaran yang lebih kuat.
Untuk mencari kebenaran, para ilmuwan melakukan berbagai riset, dan seluruh riset tersebut diawali dari keraguan terhadap suatu fenomena yang ada. Dengan keraguan tersebut, akan memunculkan pertanyaan, dimana untuk selanjutnya para ilmuwan atau peneliti akan mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Jawaban dari proses penelitian tersebut bisa jadi akan menjadi kebenaran baru yang melengkapi atau bahkan menggugurkan kebenaran yang telah ada.
Proses yang serupa, bisa kita lakukan untuk memverifikasi berbagai informasi yang membanjiri kita hari ini. Pada era digital seperti sekarang, kekurangan informasi bukan menjadi suatu masalah. Justru sebaliknya, masalahnya  kita kebanjiran informasi. Banjir informasi terus memapar kita sepanjang waktu, platform digital seperti media sosial terus menjejali kita dengan informasi. Dan sayangnya sebagaian informasi tersebut adalah informasi palsu atau yang lebih kita kenal dengan istilah hoax.
Seseorang  yang dengan mudah mempercayai berita hoax di berbagai platform digital, bisa jadi akan mengalami berbagagai kerugian. Mulai dari pengambilan keputusan yang salah, kerugian finansial, atau bahkan terlibat tindakan pelanggaran hukum.
Sayangnya, masih banyak dari kita yang mudah terpengaruh dengan berita hoax. Untuk menghindarinya maka kita bisa melakukan cara yang serupa, seperti yang saya sebutkan diawal. Ragukan bahwa informasi yang kita terima adalah benar. Dengan adanya keraguan tersebut, maka akan muncul usaha dalam diri kita, untuk mencari informasi pembanding. Seperti saat kita menerima informasi tentang undian berhadiah, maka kita bisa mencari informasi pembanding ke situs resmi yang melaksanakan undian tersebut.
Dengan meragukan informasi yang kita terima, maka akan muncul nalar kritis dalam diri kita untuk tidak mudah ikut menyebarkan informasi yang kita terima, sebelum kita meyakini kebenran informasi tersebut. Saat kita menerima pesan berantai jangan FOMO (fear of missing out) untuk langsung menyebarkan informasi tersebut, caranya bagaimana? Ragukan kalau pesan berantai tersebut adalah info yang benar. Dengan begitu, kita tidak mudah termakan berita hoax dan juga tidak menjadi alat penyebar berita hoax.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI