Mohon tunggu...
Sebastianus KiaSuban
Sebastianus KiaSuban Mohon Tunggu... Penulis - ASN

ASN

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Refleksi Menjelang Pilpres 2019

5 Maret 2019   22:02 Diperbarui: 5 Maret 2019   23:01 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (PILPRES) sebentar lagi akan digelar, tepatnya pada tanggal 17 April 2019 mendatang. Terlepas dari siapa yang akan mendapat mandat dari rakyat nantinya, kita pasti akan memiliki seorang Presiden dan wakil presiden untuk memimpin negeri  tercinta ini. Entah pasangan calon nomor urut satu ataukah nomor urut dua bukanlah soalnya, yang pasti salah satunya tetap akan menjadi presiden yang legitimasinya diatur berdasarkan Undang -- Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Sebagai seorang warga negara dimanapun kita, momentum PILPRES harus bisa dimaknai sebagai pintu masuk perubahan. Pemilu atau PILPRES sebagai prasyarat demokrasi, dipercaya dapat membawa dampak perubahan yang lebih konkrit bagi masyarakat kita, bilamana momentum pergantian pemimpin nasional ini tidak sekedar proses sirkulasi di tataran elit politik namun mampu melahirkan sebuah kepemimpinan nasional yang pro rakyat dan pro perubahan. Kata Sosiolog Ignas Kleden dalam opininya di Kompas, Selasa 08 Juli 2014 dengan judul "Pilpres 2014 dan kita" bahwa memilih presiden sama dengan menentukan hitam -- putihnya masa depan seluruh bangsa dan jatuh bangunnya negara Republik Indonesia.

Seiring semakin dewasanya masyarakat dalam berpolitik maka rakyat Indonesia menginginkan sebuah perubahan yang lebih nyata dari sosok pemimpinnya. Pemimpin yang memberikan bukti -- bukti nyata akan komitmennya untuk perubahan, bukan hanya sekedar pamer janji-janji kosong  semata dalam orasi dan kampanyenya. 

Dia (baca : pemimpin) yang bekerja  dengan kesungguhan hati bukan dilatari pencitraan politik. Berpihak seratus persen untuk rakyat dan total mengabdi serta bekerja hanya untuk rakyat Indonesia bukan kelompok tertentu saja. Pemimpin yang solutif terhadap persoalan -- persoalan yang langsung dihadapi masyarakat, terkhusus masyarakat kecil yang terpinggirkan oleh persaingan bebas sebagai akibat ketaksiapan menghadapi cengkraman globalisasi. Ia juga Sosok pemberani atau tidak ragu-ragu mengambil keputusan untuk membela rakyatnya ketika diperhadapkan pada pilihan -- pilihan di setiap situasi dan kondisi kebangsaan nantinya. 

Pemimpin yang peka mendengarkan jeritan suara rakyatnya ketika dilanda musibah ataupun persoalan -- persoalan hidup dan hadir di tengah --tengah bersama rakyatnya menjawabi keinginan-keingainan mereka.

Jadi Ingat Iwan Fals yang menggubah lagu dengan judul Manusia Setengah Dewa. Lirik lagu yang sangat dalam maknanya bagi siapa saja yang hendak menjadi pemimpin di negeri ini. Intinya ia mau mengatakan bahwa, mereka yang mau menjadi presiden nantinya, bukan tipe manusia biasa melainkan manusia setengah dewa. Syaratnya adalah

Turunkan harga secepatnya, berikan kami pekerjaan

pasti kuanggkat engkau menjadi manusia setengah dewa.

 Masalah moral, masalah akhlak

Biar kami cari sendiri

urus saja moralmu, urus saja akhlakmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun