Mohon tunggu...
Ahmad Mustain
Ahmad Mustain Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ahok Kalah, Sinyal Kekalahan PDI P dan Jokowi Tahun 2019?

19 April 2017   16:56 Diperbarui: 19 April 2017   17:04 6504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: Tirto.id

Berdasarkan hasil Quick Count berbagai lembaga survei, Jakarta akan dipimpin Gubernur baru yaitu Anies Baswedan dengan didampingi Wakil Gubernur Sandiaga Uno. Meski hasil tersebut belum resmi KPUD, tapi sebagai landasan kalau Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat tidak mendapatkan amanah kembali untuk melanjutkan  kepemimpinan di Ibu Kota Negara.

Rata-rata hasil QC menunjukkan kalau pasangan nomor urut 3, memperoleh dukungan diangka 54-55 persen. Angka tersebut sudah melewati ambang batas kemenangan yaitu 50 persen + 1. Hasil QC tidak berbeda jauh dari hasil Exit Poll yang sudah ditayangkan sebelumnya oleh beberapa lembaga survei.

Kekalahan sementara Ahok ini akan memukul perasaan PDI P dan partai pengusung Cagub nomor dua tersebut. Meski telah mengerahkan kemampuan maksimal dan sumber daya yang ada, namun hasilnya tetap seperti yang diharapkan. Kekalahan Ahok ini semakin memperjelas posisi PDI P saat ini mulai kehilangan kepercayaan dari masyarakat.

Walaupun menjadi partai pemenang di DKI Jakarta dan nasional, kandidat yang diusung PDI P tetap KO. Pengerahan kader dari luar Jakarta juga tidak mampu mendongkrak suara Ahok, padahal pada putaran pertama berhasil unggul diangka 42 persen.

Lalu apakah kekalahan Ahok-Djarot di Jakarta menjadi pertanda kalau suara PDI P bakal terjun bebas pada Pileg 2019?. Kemungkinan itu bisa saja, karena kekalahan Ahok-Djarot ini menambah daftar kekalahan PDI P didaerah yang berpotensi besar menjadi referensi politik nasional. Sebelumnya PDI P juga kalah di Banten, dan posisi kandidat yang mereka usung adalah petahana. Ini menunjukkan kalau kekalahan mereka karena mayoritas pemilih merasa ada yang lebih baik dari kandidat usungan PDI P dalam memimpin daerah tersebut.

Kekalahan Ahok mungkin saja karena PDI P ikut mengusung. Padahal sebelum PDI P mendukung Ahok, elektabilitasnya cukup tinggi dan berpeluang menang. Saat masih menyatakan diri maju dari jalur independen, pendukung Ahok dan petinggi PDI P sempat terjadi aksi saling serang. Seperti yang disampaikan politisi PDI P, Masinton pada bulan Agustus 2016 yang lalu. Saat itu Masinton mengatakan kambing dibedaki saja bisa menang melawan Ahok. Politisi PDI P lainnya juga menyerang Ahok sebagai sosok yang tidak punya etika.

Namun, jangan lupa tentang arti penting PDI P. Kalau saja tidak didukung PDI P. Mungkin Ahok lebih cepat masuk bui ataupun di non aktifkan dari jabatannya sebagai Gubernur DKi Jakarta. Karena dengan status sebagai partai penguasa yang kadernya menjadi Presiden dan Menteri Dalam Negeri, Ahok masih bisa menikmati jabatan Gubernur walau sudah berstatus sebagai terdakwa.

Kembali ke sinyal kekalahan PDI P pada Pemilu 2019. Dengan kekalahan yang dialami Ahok, tentu menjadi pertanda kalau PDI P kian tidak dipercaya. Dengan mereka bekerja maksimal dan mengerahkan kader se Indonesia untuk memenangkan satu daerah saja tidak bisa menang, apalagi memenangkan kepercayaan masyarakat secara keseluruhan.

Lalu, apakah kekalahan Ahok juga jadi pertanda Jokowi akan terkena imbasnya?. Jawabannya tentu saja, karena dengan kekalahan Ahok ini maka akan berpengaruh kepada Jokowi. Karena gara-gara Ahok, Jokowi dianggap tidak netral dan melindungi Ahok. Meski telah dibantah berkali-kali, tapi sikap Jokowi menunjukkan hal sebaliknya.

Pertama Jokowi belum pernah mengatakan penistaan agama itu dapat memecah belah NKRI, kedua, Jokowi tidak memberhentikan Ahok meski telah berstatus terdakwa. ketiga, Jokowi mengajak Ahok naik mobil Kepresidenan meski statusnya sudah menjadi terdakwa. Keempat, Jokowi mengeluarkan pernyataan agama dan politik untuk dipisahkan betul. Itu belum termasuk pembiaran yang dilakuakan Jokowi terhadap adanya dugaan permainan penegak hukum dalam Pilkada DKI. Jokowi tidak mungkin tidak mengetahui bagaimana Polri terlalu jauh ikut dalam Pilkada, dan beberapa tindakan Polri disinyalir berpihak. Jokowi kan sangat gampang memanggil Kapolri dan mengeluarkan perintah, bukan hanya diam seperti tidak tahu apa-apa.

Deretan apa yang dilakukan Jokowi tersebut dinilai tidak sesuai dengan ucapannya kalau dia tidak membela atau memihak Ahok. Dengan bukti tersebut, masyarakat akan semakin yakin kalau Jokowi dan Ahok itu satu paket. Dengan kekalahan Ahok ini, tentu juga akan membuat rasa was-was Jokowi semakin tinggi. Tidak tertutup kemungkinan kekalahan Ahok ini akan merembes kepada dirinya pada Pilpres 2019 mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun