Mohon tunggu...
Samsul Bahri Sembiring
Samsul Bahri Sembiring Mohon Tunggu... Buruh - apa adanya

Dari Perbulan-Karo, besar di Medan, tinggal di Pekanbaru. Ayah dua putri| IPB | twitter @SBSembiring | WA 081361585019 | sbkembaren@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Harapan Pada Kabinet Jokowi, Mempersempit Jurang antara Kaya dan Miskin

9 Juli 2019   05:00 Diperbarui: 9 Juli 2019   07:23 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas/ Ferganta Indra Riatmoko/Pos-Kupang.Com

  

Beberapa bulan lagi Pemerintahan Presiden Jokowi pertama akan berakhir, nanti tanggal 20 Oktober  2019 beliau dilantik lagi sebagai Presiden RI periode 2019-2024. Hari itu  juga diharapkan  beliau sudah mengantongi nama-nama menteri kabinetnya untuk diumumkan. Jangan berlama-lama, banyak pekerjaan kabinet barunya sudah menanti, antara lain yang utama adalah bidang ekonomi. 

Peningkatan pertumbuhan ekonomi sudah pasti menjadi perhatian tim ekonominya, tapi soal pemerataan ekonomi bisa jadi kurang mendapat perhatian sepantasnya. 

Riset International Forum on Indonesian Development (Infid) menyebutkan kekayaan 1% penduduk di Indonesia setara dengan 45% kekayaan nasional dan ketimpangan kekayaan tersebut terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Siti Khoirun Ni'mah, Program Manager Infid mengatakan, selama lima tahun terakhir, kekayaan 50% penduduk di Indonesia terus turun dari 3,8% terhadap total kekayaan nasional menjadi 2,8%. (Bisnis.com, 23/1/ 2018).

Sementara itu, menurut Badan Pusat Statistik (BPS),  Tingkat kemiskinan rakyat Indonesia pada September 2018 adalah 9,66 persen atau sejumlah 25,67 juta orang, atau orang kaya sejumlah 240,06 juta orang.  Sedangkan  tingkat ketimpangan penduduk Indonesia, yang diukur dengan Gini rasio,  adalah sebesar 0,384. Gini rasio 0 menyatakan semua penduduk berpenghasilan sama, sedangkan bila  rasio 1, hanya satu penduduk yang menguasai seluruh penghasilan.

Siapa orang miskin itu?  Pemerintah menetapkan suatu garis yang disebut garis kemiskinan dimana terletak  orang berpendapatan Rp.401.220/kapita/bulan. Orang yang penghasilannya dibawah garis itu, disebut miskin, selainnya tidak miskin.  Dari mana munculnya angka Rp.401.220? Pemerintah mengukur dengan uang Rp.401.220/orang/bulan, maka orang tersebut dapat hidup di Indonesia, dalam hal ini sudah menghitung jumlah kalori  dibutuhkan tubuh manusia Indonesia, pakaian dan tempat berteduh agar dapat bertahan hidup. Orang termiskin adalah orang yang mati disebabkan tidak punya daya beli untuk memenuhi kalori tubuhnya dan melindungi badannya dari cuaca.

Jumlah orang miskin selalu jadi polemik politik karena penentuan garis kemiskinan dapat diubah-ubah sesuai standard pemerintah atau lembaga lain seperti Bank Dunia. Selain dari indikator jumlah penduduk miskin dan Gini rasio, secara kasat mata dalam kehidupan sehari-hari mudah ditandai ciri-ciri kesenjangan kekayaan dan penghasilan, antara lain meningkatnya produksi barang-barang mewah. Barang mewah merupakan esensi dari kesenjangan kekayaan dan pendapatan. Pada kondisi seluruh penduduk memiliki kekayaan dan penghasilan sama, tidak menguntungkan bagi investor memproduksi barang mewah.

Tanda-tanda lainnya;  urbanisasi, pengangguran dan kejahatan meningkat. Pertambahan penduduk kota menambah persoalan kota yang sudah pelik. Kepolisian semakin hari semakin kewalahan menangani kriminalitas jalanan kota yang persoalannya berakar pada kemiskinan dan kesenjangan ekonomi.  Sumberdaya kepolisian tidak akan mampu menanggulangi peningkatan kejahatan bila sumber kejahatan tersebut tidak diatasi.

Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi dapat memicu pemuda-pemudi merasa  rendah diri tidak mampu memenuhi gaya kehidupan konsumerisme modern, akan mencari  tempat perlindungan dan kenyamanan pada paham radikalisme yang dengan bangga akan memberikan  identitas harga diri dan kehormatan.

Memori bangsa tidak akan pernah melupakan peristiwa kerusuhan 28 Mei 1998,  dipicu oleh krisis moneter menyebabkan rakyat miskin tidak mampu memperoleh bahan pokok, akibatnya penjarah toko dan gudang-gudang disertai kekerasan yang menimbulkan korban jiwa  etnis Tionghoa tidak sedikit di kota-kota besar. Kemiskinan dan kesenjangan kekayaan seperti  bom waktu yang setiap saat dapat meledak dipicu oleh 'perut lapar".

Dari sisi ekonomi, kesenjangan yang terlalu besar cenderung merugikan karena kesenjangan pendapatan dan pemusatan kekayaan mampu menghambat pertumbuhan ekonomi jangka  panjang. Jadi jangan terlena dengan angka-angka pertumbuhan ekonomi yang selama ini selalu dibanggakan Pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun