Mohon tunggu...
Rasyid Sayyari
Rasyid Sayyari Mohon Tunggu... Musisi - Musisi

https://open.spotify.com/artist/6LzwX8hJ1v0i4he5aiHc7O?si=dgmFzPdySY2lN2EEXvNmbA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menulis Itu Bisa Bikin Sakaw

10 Agustus 2012   10:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:59 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jangan buru-buru mengambil kesimpulan terlalu cepat, ketika membaca judul di atas. Judul di atas memang benaradanya. Menulis itu bisa bikin sakaw. Kata biasanya berhubungan dengan narkoba. Sekali coba pasti ketagihan. Ingin coba lagi dan lagi.

Menulis bisa bikin ketagihan karena efek “plong” yang dihasilkannya. Kalau biasanya para pengguna narkoba mengonsumsi narkoba sebagai cara pelarian dan ingin relaks, maka menulis juga bisa menghasilkan efek seperti itu. Bedanya, kalau makan narkoba, bikin kanton kering, bikin badang kurus kerempeng, bikin perilaku jadi ngaco.

Kalau menulis, efeknya malah sebaliknya. Bisa dapat rejeki dari apa yang kita tuliskan. Rezeki tidak selalu berhubungan dengan uang, apapun anugerah yang kita dapat bisa kita sebuh sebagai rezeki. Rezeki yang bisa kita dapat dari menulis, misalnya hati jadi lega, plong karena menulis adalah pelampiasan yang baik.

Selain itu dengan menulis, kita senantiasa melatih otak supaya terus bekerja. Mencari ide baru, mengolah dan merangkai kata. Ini pekerjaan yang dilakukan otak dan hati. Orang yang menulis tidak membiarkan otaknya kosong, melainkan terus menjejalinya dengan informasi, lalu mengolahnya dan mengeluarkan output berupa tulisan.

Mengapa bisa bikin sakaw?

Mungkin karena efek menenangkan yang dihasilkannya. Ini berhubungan dengan masalah stress, depresi dan lain-lain. Menulis bisa jadi penyaluran perasaan yang terpendam. Perasaan yang entah kita harus keluarkan dengan cara apa. Dengan menuliskan perasaan itu, tidak ada sesuatu yang kita sembunyikan lagi. Telah dikeluarkan dengan cara yang baik.

Apalagi, menulis di kompasiana ini. Menulis apapun, pasti dibaca oleh kompasianer aktif maupun yang hanya silent reader. Tulisan apapun pasti dibaca entah itu jelek atau bagus. Ukuran jelek atau bagusnya tulisan ada pada pembaca, tapi setiap penulis di sini berusaha menampilkan tulisan terbaiknya.

Dengan semakin banyak menulis, semakin banyak ilmu yang terikat. Semakin banyak catatan ‘sejarah’ yang kita torehkan. Ilmu dan sejarah itu bukan hanya bermanfaat buat diri kita sendiri, melainkan juga untuk pembaca. Manfaat itulah yang bisa membuat penulis ketagihan dan sakaw menulis.

Kalau sudah sakaw, solusinya cuma satu : menulis. Siklusnya biasanya seperti ini, baca-baca kompasiana, bikin akun, coba bikin satu tulisan, dapat banyak apresiasi dari pembaca, semakin semangat menulis, lalu terus menerus menulis walaupun tidak setiap hari. Bahkan ada yang benar-benar menulis setiap hari. Buat yang menulis setiap hari, ini sudah masuk “sakaw” tingkat lanjut. Sakaw yang hanya punya satu solusi yaitu menulis.

*Ini hanya sebuah celotehan sore menjelang berbuka puasa. Selamat menunggu Beduk Maghrib, buat yang udah enggak kuat puasa. Dilarang adzan sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun