Mohon tunggu...
Rasyid Sayyari
Rasyid Sayyari Mohon Tunggu... Musisi - Musisi

https://open.spotify.com/artist/6LzwX8hJ1v0i4he5aiHc7O?si=dgmFzPdySY2lN2EEXvNmbA

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Belajar Musik dan Menulis = Belajar Jujur

14 Juli 2012   12:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:57 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini saya akan menuliskan sesuatu yang berbeda. Ini sedikit pengalaman saya tentang belajar musik. Belajar musik bukanlah sesuatu yang mudah dan enak. Tetapi memerlukan pengorbanan waktu yang besar, disiplin, kerja keras dan toleransi antar sesama pemain musik. Belajar musik mengajarkan kejujuran.

Karena saya belajar gitar, maka yang saya akan bahas hanya alat musik gitar saja. Seorang yang ingin menjadi gitaris handal ataupun virtuoso harus selalu menjaga level permainannya. Level permainan ini tidak bisa dicapai dalam waktu yang sebentar, paling cepat sepuluh tahun.

Kok lama banget? Ya memang rata-rata seseorang yang belajar gitar baru bisa gape memainkan alat musik setelah sepuluh tahun. Itupun dengan latihan keras dan disiplin setiap hari. Menurut sebuah majalah musik, Balawan saja melatih teknik two handed tapping, terutama tangan kanannya selama 5 tahun. Hanya untuk tangan kanan. Pengorbanan besar yang dia lakukan selama bertahun-tahun berbuah pada karya-karyanya yang unik dan tidak sembarang orang bisa memainkannya. Yang mau memainkan karya Balawan, harus belajar teknik yang sama seperti beliau.

Proses latihan ini yang harus selalu dijaga. Inilah yang membuat pemain belajar jujur. Jujur pada dirinya sendiri. Jujur bahwa level permainannya belum mencapai tingkat yang diinginkannya. Jujur bahwa masih kurang jam terbang dan masih kurang giat berlatih. Jujur bahwa jari gak bisa dibohongin.

Mau bukti? cari video lagu Always with you always with me karya Joe Satriani. Tentu ada banyak orang yang mengcover lagu ini. Satu hal yang membedakan Joe Satriani dan pemain yang mengcover lagunya adalah touch. Teknik gitar ada berbagai macam. Tetapi sentuhan pemain yang hidup bersama gitar dari kecil dan baru belajar akan berbeda. Beda feel­­-nya. Sentuhan virtuoso dan pemula tentu berbeda.

Contoh lain misalnya, seorang kontestan pencarian penyanyi di televisi. Biasanya si kontestan akan ditantang untuk menyanyikan lagu-lagu yang sudah mendapat tempat di hati pendengar. Gaya bernyanyi yang khas tidak akan bisa digantikan. Makanya sulit sekali menemukan cara bernyanyi yang berbeda untuk sebuah lagu yang sama. Apalagi jika si kontestan memaksakan teknik yang sebetulnya belum dia kuasai. Akan terdengar maksa.

Si kontestan juga bisa mencoba bernyanyi dengan nada dasar yang lebih tinggi dari aslinya. Supaya suaranya bisa keluar. Tapi ternyata, suaranya malah terdengar tidak enak karena dipaksakan. Ingin menjangkau nada-nada tinggi yang sulit malah jadi tidak maksimal.

Itulah beberapa contoh belajar jujur dari belajar musik.

Belajar Menulis

Dalam hal menulis, kita bisa menarik benang merah yang sama. Seseorang yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam dunia kepenulisan tentu akan memiliki gaya bahasa yang berbeda dengan penulis muda yang masih mencari gaya tulisan, mencari jati diri.

Gaya menulispun tidak bisa dipaksakan, dan tidak bisa meniru-niru penulis lain. Kalaupun memaksakan, pasti para pembaca merasa ada yang tidak beres dengan tulisannya. Tulisannya jadi terkesan dipaksakan agar enak dibaca. Tetapi malah mencederai tulisannya sendiri, karena gaya bahasa yang dipaksakan akan terasa berbeda dengan gaya tulisan yang otentik.

Kita juga tidak bisa membohongi diri sendiri dengan memaksakan menulis hal-hal yang ada di luar kemampuan dan minat. Misalnya seseorang yang minat bola memaksakan menulis tentang renang, padahal minat ke dunia renang sangat kecil. Tentu hasil tulisannya akan berbeda. Karena tidak ada rohnya.

Dalam hal diksi, atau pemilihan kata. Seorang penulis bisa saja menulis satu tema yang sama, tetapi tentu hasilnya akan berbeda. Ini menunjukkan kepribadian  penulisnya. Tidak bisa ditutup-tutupi ataupun dibohongi. Diksi adalah cerminan diri penulisnya.

Belajar menulis juga menyelami diri sendiri. Juga merefleksikan tulisan buat diri sendiri. Kita memang menulis untuk orang lain. Tetapi sebenarnya “tamparan” ataupun amanat yang ingin kita sampaikan sebenarnya mengarah pada diri  kita sendiri.

Belajar Menulis dan Musik = Belajar Jujur

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun