Mohon tunggu...
Rasyid Sayyari
Rasyid Sayyari Mohon Tunggu... Musisi - Musisi

https://open.spotify.com/artist/6LzwX8hJ1v0i4he5aiHc7O?si=dgmFzPdySY2lN2EEXvNmbA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aku Malas Menulis

26 Agustus 2012   02:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:19 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13459497731045189985

[caption id="attachment_208699" align="aligncenter" width="425" caption="sumber gambar : sharazz.wordpress.com"][/caption]

“Males ah, entar aja nulisnya. Plis deh, nanti aja ya jangan sekarang. Lagi males” itulah kata hati ketika malas melanda kita.

Kemalasan adalah penyakit yang melanda setiap kita. Setiap orang ingin menjadi sukses, tetapi belum bisa mengalahkan kemalasan. Mengalahkan kemalasan bukanlah hal yang mustahil. Mengalahkan kemalasan adalah mungkin, asal kita mau berusaha.

Ketika datang rasa malas untuk menulis, kita cenderung menunda-nunda. Kita akan mengalihkan perhatian dan kegiatan kita pada kegiatan lain. Menjadikannya alasan untuk berhenti menulis.

“Alasan? Please deh, kan cuma sehari aja enggak nulis. Kok lebay banget kesannya. Besok-besok kan bisa nulis lagi. Libur sehari dulu enggak papa lah” itulah jawaban hati kita ketika kita malas menulis.

Setelah menunda, lima jam berlalu lapar datang. Keinginan makan lebih besar dari menulis, akhirnya kita makan.  Setelah makan, serangan kantuk datang. “Tidur dulu sebentar enak kali ya, dua jaaaam aja” kata-kata hati kita setelah kekenyangan makan.

Rencana tidur dua jam gagal. Kita terbangun menjelang sore, kita memilih jalan-jalan. Setelah capai jalan-jalan, mandi sore lalu santai-santai lagi. Acara di televisi begitu menggoda. “Cuma setengah jam kok, abis itu enggak nonton lagi. Janji deh” lagi-lagi hati mencoba membujuk.

Kekuatan televisi begitu luar biasa. Karena dia menguasai tiga modalitas kita (mata, telinga dan tangan), ia menjadi menguasai kita. Ganti-ganti saluran televisi. “Ah, ada acara lagi yang menarik.” Kata kita sambil memperbaiki posisi duduk, atau menarik bantal supaya lebih santai.

Setelah terbuai dengan tayangan televisi, kini giliran kantuk yang datang. Acara televisi membuat mata kita lelah, seringkali kita tertidur saat televisi masih menyala. Menyala, tetapi sudah kita tidak nikmati lagi acara-acaranya.

Esok pagi pun datang, matahari keluar malu-malu dari timur. Begitu juga embun yang menyegarkan muncul lagi, suara kokok ayam menambah riangnya pagi ini. Tak sadar kita bahwa satu hari telah terlewat, dan kita tidak menulis.

**

Cerita di atas hanya fiksi belaka. Ya, itulah yang terjadi ketika kita menunda sesuatu, menunda menulis. Kita lebih asyik memilih yang lain, selingkuh. Padahal, kita sudah berjanji pada diri kita, untuk setia pada dia. Selingkuh dari menulis terasa lebih manis daripada menulis.

“Duh, kenapa menunaikan janji begitu sulit ya? Apa yang harus aku lakukan?” Renung kita.

Ada banyak sekali tips untuk keluar dari masalah ini. Salah satu yang saya ingat tips dari Pak Rasyid Nur. Tipsnya adalah kita harus memaksa diri kita untuk menulis. Memaksa, mungkin kedengaran enggak engak di telinga. Tapi, itulah yang harus kita lakukan.

Seorang pemain sepakbola yang malas, akan menurun kualitas kemampuan dan fisiknya. Begitu juga pebalap yang sehari-harinya pasti berkutat dengan motor atau mobilnya. Komitmen dan janji kepada diri sendiri, setia. Itulah yang membuat mereka menjadi sukses.

Ketika rasa malas mulai hinggap, paksa diri kita untuk menulis. Bingung nulis apa? tuliskan kebingunganmu. Lagi galau? Tuliskan kegalauanmu. Lagi jatuh cinta (kayak bang Su He)? Tuliskan perasaanmu. Menulis itu enggak ribet kok, asal kita mau sedikit “memaksa” diri. Kita bisa mengalahkan kemalasan jika kita berusaha memacu diri kita, ingat pada komitmen kita dan melakukan. Bukan sekadar berjanji.

Semoga bermanfaat.

Salam semangat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun