"Jatuhnya benih cinta di tempat yang tepat seperti tanah yang subur, pastilah tumbuh perangai terpuji, keikhlasan dan kesucian hati." ( Buya Hamka).
Bayangkan jika jatuhnya di lahan tandus alias cinta yang salah. Bisa dipastikan tumbuh kedustaan, culas dan perkara tercela lainya.
Banyak sastrawan atau filsuf bicara tentang hal cinta dari sisi baik-buruknya.
Bahkan Mario Teguh pun pernah bicara, "cinta bisa merusak logika cara berfikir." mungkin karena saking cintanya memandang pujaannya selalu benar dan tidak pernah salah.
Sesat pikir dan logika melangkah tegap, gagah dengan bodoh, membela pujaannya meski telah salah langkah.
Skenario terburuk pun akan dilakukan demi cinta. Dari mulai menipu, berdusta dan bahkan menghasut menyebarkan informasi menyesatkan orang lain. Jika diperlukan, habisi orangnya.
"Semua atas nama cinta."( kata Rossa ).
Lihatlah para kaum dogmatis! Tanpa berfikir membela sang Tuan, meski sudah jelas bersalah. Ini contoh kaum pemuja radikal dan garis keras mati nalar.
Bagi pemuja, tidak ada kata salah yang dilakukan oleh sang pujaan. Tuan Anda, selalu benar! Siapapun haters atau lawan politik yang kritis  adalah musuh, mumpung kita berkuasa, yang berseberangan habisi. Kira_kira seperti itu pemikiran kaum dogmatis yang ber-halakan manusia.
Caranya sederhana kuasai media dan lembaga institusi negara jadikan alat untuk kelangsungan kekuasaan. Bangun dinasti politik, mumpung kekuasaan absolut presidential.
Dengan media massa beritakan hal baik tentang kinerja pemerintahan, kegagalan pemerintahan jangan sampai ter-ekspos rakyat. Cekoki masyarakat berita sesat dan memabukkan dengan siarkan kebohongan yang berulang-ulang.