Tradisi Dugderan menyambut datangnya bulan suci Ramadan di Kota Kaliwungu tahun 2021 ini, dipastikan ditiadakan. Hal ini mengingat kondisi saat ini masih pandemi Covid-19.
Demikian pula, untuk pasar malam yang biasanya dimeriahkan dengan pedagang gerabah dan mainan anak-anak seperti komedi putar, bianglala, tong stand, juga ditiadakan karena masih pandemi Covid-19.
Rangkaian prosesi Dugderan, termasuk pasar malam yang biasa digelar selama sepekan akan ditiadakan. Biasanya pedagang menggelar lapaknya di alun alun Kaliwungu dan kawasan Masjid Besar Al-Muttaqin.
Sebagai informasi, Dugderan merupakan festival khas Kota Kaliwungu yang menandai dimulainya ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Biasanya Dugderan dibuka oleh Bupati dan dimeriahkan dengan menyalakan petasan (mercon) dan kembang api. Nama "dugderan" merupakan onomatope dari suara perayaan.
"Dug" yang berarti bunyi yang berasal dari bedug masjid yang dipukul saat ingin salat Maghrib. Sementara "der" adalah suara dari petasan yang kerap dinyalakan untuk memeriahkan acara ini.
Tradisi Dugderan telah diadakan sejak tahun 1882 di bawah kepemimpinan Bupati RM Tumenggung Ario Purbaningrat.
Perayaan yang telah dimulai sejak zaman kolonial ini dahulu dipusatkan di alun-alun Kaliwngu.