Mohon tunggu...
Save Master
Save Master Mohon Tunggu... -

Kanal tulisan-tulisan untuk perjuangan #SaveMaster.\r\nIngin tulisanmu dimasukkan disini? \r\n\r\nKirim ke tulisan.savemaster@gmail.com.\r\n\r\nCek @SaveMasterID

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

MASTER : MASihTERancam

8 Januari 2015   15:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:33 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebuah tulisan untuk mengingat bahwa masih ada yang terancam.

Masih tergambar jelas di ingatan kita, pertengahan 2013 lalu, bagaimana Sekolah Master bertahan dari proses penggusuran dari tempat mereka sekarang, di daerah sekitar terminal Depok. #Savemaster, sebuah gerakan yang lahir dari empati dan kepedulian atas peristiwa penggusuran sebuah sekolah. Sekolah yang sudah berdiri belasan tahun, lalu tiba-tiba diwacanakan akan digusur dan digantikan apartemen, mall dan hotel tinggi pencakar langit, demi kepentingan bisnis semata. Tetapi, berkat kerjasama dari berbagai pihak, seperti lembaga mahasiswa, NGO dan komunitas independen yang peduli dengan pendidikan anak jalanan, penggusuran berhasil dibatalkan sehingga anak-anak sekolah master dapat kembali tenang belajar dan melatih keterampilan di sekolah. Di master lah, anak-anak ini merangkai mimpi, menciptakan masa depan penuh harapan. Di master ini, anak-anak hidup dipenuhi dengan canda, tawa dan senyum kebahagiaan.

Senyum bahagia ini tidak hanya karena pembatalan penggusuran, melainkan karena sebuah janji penuh harap yang diucapkan oleh Yang Terhomat Bapak Walikota Pak Nur Mahmudi yang pernah mengatakan “ Yang jelas, pemerintah memerlukan  keberadaan sekolah. Baik itu yang namanya TKB maupun PKBM. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Depok tidak ada sedikitpun untuk merencanakan penggusuran, bahkan kita juga akan merencanakan terus menerus, master akan berfungsi menjadi percontohan kombinasi antara pengelolaan sekolah terbuka dan PKBM. Pemerintah Kota Depok bertekad meningkatkan peranan mereka. Kegiatan belajar mengajar tetap dilanjutkan bahkan harus ditingkatkan fungsinya.” (disiarkan langsung oleh TV One edisi Kamis, 18 Juli 2013 dan dapat diakses melalui youtube di alamathttp://youtube.com/watch?v=FoJQHDRim0w )

Sayangnya, janji tinggalah janji. Anak-anak master yang secara struktural, baik oleh ekonomi dan pendidikan, sudah termarjinalkan kini harus kembali menelan pil pahit. November 2014, sekitar dua bulan yang lalu Pak Rohim (Kepala Sekolah Master) mendapat pemberitahuan bahwa tanggal 15 Januari akan dilaksanakan eksekusi penggusuran. Hal ini tentu menjadi berita yang sangat mengejutkan bagi Sekolah Master, sebab komunikasi yang terakhir dilakukan disepakati bahwa Master akan terus berdiri dan lahannya dipakai bagi kepentingan publik atas nama sosial. Lain dulu, lain sekarang. Keberadaan sekolah master ternyata dianggap oleh Pemerintah Kota Depok tidak sesuai dengan Peraturan Pemkot Depok mengenai  Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Pemerintah mengatakan bahwa Sekolah Master ini dianggap mengganggu revitalisasi terminal Depok. Namun, setelah dikonfirmasikan kepada Pak Rohim, Beliau mengatakan bahwa sebetulnya Sekolah Master siap pindah jika memang Pemerintah menangan relokasi Sekolah Master secara serius. “Kami tidak menolak aturan negara. Kami akan ikut. Silahkan saja kalau memang Pemerintah, Negara mau pindahkan Sekolah Master. Toh, Pendidikan juga jadi tanggung jawab negara. Tapi tanah wakaf disini ya biar saja, tidak usah diambil. Biar jadi milik kami, biar kami kelola untuk menghidupi sekolah dan pesantren gratis.” Pak Rohim meyakinkan bahwa dia tidak pernah bermaksud untuk melawan negara. Hanya yang disayangkan, jika memang Sekolah Master dianggap tempat para “gembel” dan hanya bikin kumuh Kota Depok, mengapa di dalam Grand Design Pembangunan Kota Depok menunjukkan bahwa tempat tersebut tidak hanya menjadi terminal, tetapi juga apartemen, hotel dan mall. Secara tidak langsung, tindakan ini menunjukkan bahwa seolah-olah kepentingan binis jauh lebih penting dibanding kepentingan pendidikan. Hal ini tentu kontradiktif dengan cita-cita mulia Kota Depok sebagai Kota Layak Anak. Layak untuk digusur dan ditelantarkan, kah?

Celah ini dimanfaat kan oleh PT sebagai pengembang untuk memperluas lahan bisnisnya dengan berdiri dibelakang tameng “program pemerintah.”  Lahan yang akan dieksekusi tanggal 15 Januari nanti kira-kira adalah sekolah untuk TK, SMP dan juga asrama untuk para pengajar Sekolah Master yang kurang lebih luasnya sekitar 500 m2. Wilayah asrama sendiri sebetulnya sudah menjadi milik Master secara legal, terdapat kelengkapan sertifikat dan surat tanah. Namun PT menginginkan lahan itu untuk menjadikan lahan bisnis agar memeperoleh keuntungan yang semakin besar. Sebetulnya pernah akan dilakukan dialog antara Master dan PT, master bersedia jika memang PT ingin mengambil lahan TK, SMP dan asrama dengan ganti  PT membangunkan ruang kelas untuk bangunan yang telah digusur di tempat lain (masih tidak jauh dari situ). Istilahnya adalah tukar guling tanah. Juga, Master tidak mau jika PT hanya membeli lahan dengan harga murah dan tidak sesuai dengan pasaran tanah di sana. Jika dihitung-hitung, dari TK, SMP dan asrama pengajar total ada 800 orang yang bergantung dengan ketiga bangunan tersebut. Lalu jika digusur, mereka akan kemana?

Sama seperti anak-anak lainnya, anak-anak jalanan ini pun butuh orangtua. Pemerintah Kota Depok lah orangtua bagi anak-anak ini. Pemberian tempat tinggal dan pendidikan adalah kebutuhan primer yang perlu diperhatikan jika bangsa ini memang membutuhkan regenerasi pemimpin.

Semoga, slogan “Mari Wujudkan Kota Depok sebagai Kota Layak Anak” yang selalu terpampang di jembatan penyebrangan Margo City bukan hanya sekedar hiasan. Lebih dari itu, slogan itu adalah pengingat. Ya, di Depok negeri “layak anak” ini masih ada yang terancam. Mereka teman kita, adik kita, saudara kita. Mereka adalah kita. Masa Depan Indonesia.

Maka, kita siap untuk #SaveMaster lagi.

-f
SIAGA FISIP UI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun