Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

"Ternyata Benar, Korupsi itu Oli Pembangunan"

1 Desember 2015   23:53 Diperbarui: 2 Desember 2015   01:46 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“ Ternyata Benar Korupsi itu Oli Pembagunan”

 "Zaman dulu korupsi sudah ada, pelakunya yang disebut koruptor itu bertampang jelek, kelihatannya sudah tua, kalau koruptor sekarang muda, cantik, background bintang film, itu hal yang kurang menggembirakan. Koruptor sekarang sudah dilakukan suami istri, ada yang bapak dan anak, sangat mengkhawatirkan," kata Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK, Sudjanarko saat memberikan materi di acara Youth Camp anti korupsi di Yogyakarta. Jikalau dahulu korupsi mungkin hanya sekadar mengurangi jumlah Kg, dari satu Kg bawang dikurangi satu ons, maka sekarang yang namanya korupsi bukan lagi berhubungan dengan itu lagi, langsung saja memakai angka Milyar dan Triliun, yang jumlah nolnya kadang kita lupa.

Korupsi berasal dari hati yang tidak jujur dan kepentingan diri sendiri atau kelompok, celakanya di negeri nusantara telah merebak di dalam berbagai bidang. Coba lihat saja, untuk bagian pendidikan kita mendengar adanya UPS, untuk polisi lalu-lintas, sudah biasa, untuk bagian daging kita mendengar adanya Daging Sapi, untuk pemilu kita mendengar adanya Dana Kampanye, untuk bidang Olah Raga (PON) kita mendengar adanya korupsi, untuk Bank kita dengar adanya Century &BLBI, untuk pengadaan buku kitab firman Tuhan juga korupsi, untuk tour rohani juga korupsi, hingga merebak ke swasta para rohaniwan diisukan ikut-ikutan korupsi. Mungkin saking banyaknya korupsi, maka ada pejabat yang latah berkata begini : “korupsi itu adalah Oli Pembangunan.” Ternyata benar juga pernyataan ini, korupsi bakal jadi Oli Pembangunan Mental yang menjadi lebih Bobrok, Korupsi Pembangunan Mental yang menjadi lebih Malas, Korupsi Menjadi Oli Pembagunan Mental yang lebih amburadul. Bila korupsi dilakukan berjamaah, maka merebaklah ke bidang politik dan melibatkan banyak pihak.

Bicara soal politik maka semua ini menyangkut kepentingan diri, jikalau hal itu menguntungkan aku atau kelompokku maka aku akan lakukan apa saja, walaupun orang lain dikorbankan. Jikalau menguntungkan aku maka aku akan melakukan apa saja walau Republik ini yang dirugikan. Itu sebabnya masalah Freeport, walaupun mendapat protes bertahun-tahun, tetap saja dikuasai pihak asing, rupanaya ada orang-orang tertentu yang mengeruk hasilnya. Politik begitu dahsyat, ia bisa membuat kawan menjadi lawan, dan sebaliknya lawan menjadi kawan hanya karena kepentingannya sama. Contoh, sama-sama ingin mengecap hasil korupsi, maka walaupun bendera partai kita tidak sama, namun karena kepentingannya sama, maka nada suaranya menjadi sama. Begitu mengerikannya hidup seperti begini, dan hingga hari ini masih ada di negeri nusantara. Seruan dengan puisi dari para budayawan, seruan lagu pari para pencipta lagu, tentang anti korupsi, bahkan ancaman penjara dari KPK ternyata tidak mempan, sehingga hal ini menjadi pikiran kita bersama, mengapa demikian? Bahkan ada orang mengatakan jikalau koruptor itu dipenjarakan 15 tahun, paling saja ia menikmati penjara selama 15 tahun, dikurangi remisi ini itu, hari-hari besar bisa saja menjadi 12 tahun; lalu hasil korupsinya ber trilyun, begitu keluar dari penjara tetap saja menjadi orang kaya. Rasanya susah memiskinkan para koruptor, sebab dengan uang hasil korupsinya yang banyak ia bisa membeli siapa saja, bahkan ia dapat membeli gembok pintu penjara.

Namun jaman sekarang adalah jaman transparan, semua terbuka. Jaman sekarang jaman online semua bisa diakses dengan gampang. Jaman sekarang jaman teknologi, CCTV bisa dipasang di mana-mana, recording suara bisa dipasang juga, hidden camera bisa diletakkan dengan gampang, koneksi informasi bisa menyebar hanya dengan hanya satu kali klik, oleh sebab kecanggihan seperti ini, maka jikalau ada rahasia jahat, bagaimanapun disimpan maka dengan tanpa disadari pasti terditeksi dan terungkap. Rakyatpun harus celik, mereka yang merugikan rakyat ,negara dan bangsa, tahun mendatang tidak perlu dipilih lagi. Supaya ingat mari kita ambil sebuah buku catatan, catat nama-nama mereka dan nama partainya. Seorang jaksa misalnya bermain ke kantor seorang pengacara atau sebaliknya dengan gampang akan tercium, apalagi wartawan dan camera digital ada di mana-mana. Oleh karena itu jikalau dulu kita pernah dengar dinding itu bisa berbicara maka sekarang ini mulai real terlihat. Tetapi semua ini rasanya tidak ada gunanya, jikalau kejujuran itu tidak ada, para pejabat yang mestinya bisa mengambil keputusan untuk menghukum orang-orang yang bersalah, ntah karena mulutnya sudah dibeli dan disumpel dengan nuang, maka ia bisa saja dibeli oleh mereka yang bersalah itu.

Politik bisa membuat orang bingung, karena kepentingan maka mereka bersama bisa saja bermain sandiwara; namun kalau salah satu kepentingannya terganggu maka terkuaklah kebobrokannya. Oleh sebab itu Gubernur Ahok menstafkan seorang PNS, supaya dia merasa sakit hati dan bernyanyi, artinya dia pasti tidak bisa terima jikalau ia sendiri yang menjalani hukuman, maka ia akan membuka rahasia. Politik yang dijalankan dengan berbagai kepentingan diri, dan hanya memuaskan diri sendiri, misalnya korupsi memperkaya diri, maka kita tidak akan heran malam ini orangnya nginap di hotel besoknya sudah berada di penjara. Tetapi jikalau korupsi tetap merajarela, maka bisa saja terjadi mestinya mala mini ia tinggal di penjara, tetapi ternyata nginap di rumah. Kejujuran itu bersifat transparan, tidak ada rahasia yang disimpan; cara penyampaiannya apa adanya, tidak ada yang perlu ditutup-tutupi. Kejujuran mungkin bisa merugikan orang lain, dan yang paling dirugikan adalah mereka yang tidak jujur.

Belakangan kita mendengar bahwa APBD DKI Jakarta itu penyerapannya sedikit, lalu ada suara-suara yang berkoar bilang hal ini tidak mencapai target, artinya uang yang dianggarkan selama ini banyak yang sisah. Kejujuran memang bukan berarti membuat kita berhemat, tetapi kejujuran membuat kita tidak mempergunakan uang itu dengan semena-mena, dan masuk kantong sendiri. Nah, bila penyerapan sedikit disertai dengan tidak kelihatannya perubahan apa-apa di suatu daerah, itu berarti pemimpin atau yang bertanggung jawab dengan pemakaian uang itu tidak bekerja apa-apa ia hanya berleha-leha, bermalas-malasan serta santai-santai. Tetapi yang kita lihat jelas di sini, pembangunan di mana-mana, projek berbagai tempat dikerjakan dengan baik, semua kelihatan dengan adanya perubahan dan lebih baik, dan dana yang dikeluarkan juga tidak banyak; itu artinya pada masa-masa lalu ada uang keluar yang banyak, tetapi ntah apa saja yang dikerjakan. Coba kota atau propinsi lain, mungkin kita perlu membentuk semacam Paguyuban Pengawalan Pembangunan, sehingga team ini menjadi petugas suka-rela mengawal pembangunan di daerah masing-masing, dari pada berbagai organisasi masa sekarang hanya bisanya unjuk rasa dan berbuat ulah, yang membuat kita orang Indonesia tidak kompak. Saat orang Indonesia itu tidak kompak, maka perhatian yang tadinya ditujukan nuntuk membrantas korupsi, hanya habis teralih hanya  untuk mengurus perselisihan sesama rakyat, padahal kita tidak mendapat bagian apa-apa dari hasil korupsi itu.

Sekali lagi bila kita bicara soal kejujuran dalam pemerintahan, orientasinya bukan lagi kepentingan diri sendiri lagi tetapi orientasinya adalah kepantingan masyarakat banyak. Kejujuran mencoba agar masyarakat atau istilahnya rakyat mendapatkan dampak yang terbaik dalam pembangunan ini. Walaupun di dalam mempraktekkan kejujuran ini tidak semua masyarakat merasakan “lebih baik” karena kepentingannya terganggu. Biasanya pada masa lalu mendapat uang lancar-lancar saja jikalau memark-up pembelian barang-barang, tetapi sekarang tidak bisa lagi.

Coba kita bayangkan bila hidup kita ini dipengaruhi dampak besar dengan kejujuran, otomatis hati nurani kita bekerja. Indonesia tentu pengin belajar kehidupan seperti di luar negeri yang maju, walaupun di luar negeripun tidak sempurna; namun paling sedikit buang sampah tidak lagi sembarangan, budaya antripun akan kita lakukan, bila mobil kita menyenggol mobil orang lain diparkiran dan mobil yang disenggol orangnya tidak di tempat, kita menempelkan nomer telpon dan nama kita, serta asuransi kita, mereka yang ditabrak tinggal mengklaim, dari pada ntar dicari CCTVnya, lalu baru ketahuan mobil anda yang menyenggol anda malah menjadi buronan; belum lagi di masukkan ke Youtube, selama-lamanya tidak bakal terhapus; walaupun akhirnya anda ganti rugi. Negara maju tidak lagi bicara soal Agama, dan warna kulit, yang penting engkau adalah orang yang jujur dan berpotensi. Nah hal-hal ini baru sebagian kecil dari kehidupan kejujuran kita secara praktis.

Politik itu penting, kejujuran itu juga penting, namun korupsi harus diberantas. Apakah karena hukuman di negeri kita masih ringan sehingga koruptornya tidak kapok? Ada issue yang koruptor sudah di dalam penjara masih bisa keluyuran ke mana-mana, mudah-mudahan hanya issue. Ada issue juga para koruptor kamarnya mewah di penjara, lebih mewah dari hotel, mudha-mudahan hanya issue. Ada issue di dalam penjara masih bisa bisnis, masih bisa lakukan apa saja, mudah-mudahan hanya issue. Istilah koruptor bukan pangkat, yang dalam jangka waktu beberapa tahun bisa diturunkan sehingga namanya mantan koruptor. Saya tidak setuju dengan istilah “Mantan koruptor” ini, yang namanya koruptor, ya koruptor kenapa ada istilah mantan? Gelar koruptor akan disandar seuumur hidup., dan akan adil bila yang si koruptor itu benar-benar dimiskinkan. Masalahnya canggihkah pemerintah Indonesia untuk mendeteksi hartnya yang di luar negeri? Caranya barang kali si koruptor itu diasingkan dalam penjara di sebuah pulau jikalau masih ngak mau dihukum mati, putus segala hubungan komunikasi, dan jikalau pun ia mau bertobat ia harus kembalikan segala harta bendanya. Dari tulisan ini kita boleh berkesimpulan bahwa ternyata benar korupsi itu benar adalah oli pembangunan, yakni pembangunan memperkaya diri sendiri dan pembengunan menghancurkan negeri ini. Kita perlu Revolusi Mental, mental korupsi harus diulek seperti rujak, dihancurkan dan ubah dengan Mental yang kokoh kuat  penuh kejujuran. 

Sekali lagi, untuk menuntaskan masalah korupsi ini kembali lagi kepada Kejujuran. Para koruptor yang harus diberantas itu tanpa pandang bulu, dan tidak pilih kasih. Mereka yang berwenang untuk memberantas itu harus orang-orang yang sudah terlatih, kuat, penuh penguasaan diri. Orangnya harus cinta Tuhan dan tanah air dan Jujur.  Begitu penting dan mahalnya Kejujuran itu, bahkan mungkin saja menghadapi ancaman. Mudah-mudahan Tuhan bertindak cepat untuk negera kita, supaya yang benar-benar cinta pada negara, bekerja keras, mereka yang hanya cinta pada diri sendiri biar satu persatu tersingkir dan musnah. Jikalau semua tuntas dengan cepat, kita yang hidup saat ini sempat menyaksikannnya. Nah, sampai di sini dahulu, tulisan ini hanya berupa coret-coretan, tidak bersifat akademis, tetapi lahir dari hati seorang yang awam dalam politik dan hukum, namun rindu agar negeri tercinta Indonesia boleh lebih maju. Jikalau engkau dan saya punya beban yang sama, tolong share tulisan ini pada teman-teman, atau anda hendak menulis biar menambah atau mengurangi, sehingga membuat tulisan ini lebih berbobot dan sempurna. Terima kasih.

Saumiman Saud

SFO

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun