Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Taksi Online, Ekonomi Kreatif, Taksi Tradisional Berang. Mengapa?

22 Maret 2016   11:28 Diperbarui: 22 Maret 2016   12:59 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Taxi Online"][/caption]Taxi Online, ekonomi kreatif,Taxi tradisional berang? Mengapa?

Melihat para sopir Taxi dengan baju seragam biru beramai-ramai turin ke jalan, bahkan ada yang naik ke atas Taxi dan menginjak-injak kaca dan atapnya,ditambah dengan sweeping ke mobil-mobil pribadi yang dicurigai sebagai Taxi online tentu sangat meresahkan masyarakat, terutama di jaman teknologi canggih ini di Jakarta hari ini.

Masyarakat modern mesti harus hidup dalam dunia modern juga, mereka ingin agar semuanya berjalan cepat, praktis, ekonomis , lancar dan aman. Rupanya Taxi tradional yang selama ini berada dimasyarakat tidak menjanjikan itu. Taxi tradional selain argonya kadang membuat jantung dag dig dug, juga kadang ada yang membuat masyarakat kurang merasa aman. Beberapa tahun yang lalu misalnya ada Taxi merek tertentu dengan warna Taxi tertentu ditakuti oleh penumpang, karena memang terkenal pelayanannya tidak menjamin keamanan penumpang. Selain itu pelayanan sopir Taxi yang tidak memuaskan juga membuat penumpamng beralih pilihan ke tawaran yang lain dalam hal ini Taxi online tentunya. Penulis tahun 2015 berada di sebuah kota di Indonesia, memakai jasa Taxi dari tepi jalan lampu merah, setelah memberitahukan alamatnya maka sang sopir menuju ke tempat tujuan, namun rupanya sang sopir salah, dan alamatnya bukan yang penulis inginkan. Oleh karena itu maka penulis minta sang sopir mencari alamat yang benar, namun sang sopir ngotot tidak mau karena ia sudah menerima panggilan penumpang yang lain, akhirnya dengan menggerutu terpaksa penulis membayar biaya Taxi tersebut dengan alamat yang salah, dan naik lagi Taxi yang lain, inilah ketidak puasan penulis terhadap pelayanan Taxi. Nah, jangan salahkan penumpang beralih ke Taxi online bila mereka tidak merasa Taxi Tradisonil memberi kenyamapan dan kepuasan.

Munculnya Taxi online tentunya merupakan peningkatan mutu ekonomi kreatif dan tantangan jaman yang membutuhkan smart phone dan kartu kredit. Jujur saja tentu cara bisnis Taxi online beda dengan Taxi tradional. Taxi online tidak dapat mengambil penumpang sesuka-hati mereka , lagi pula penumpang juga tidak tahu kalau mobil yang mereka kendara itu adalah Taxi online, jadi mereka mengambil penumpang berdasarkan orderan. Penumpang lebih percaya kepada Taxi online karena selain mobil mereka itu wangi juga mobilnya cukup baru maksimum mobil 5 tahunan, lagi pula bayarnya memakai kartu kredit dan wajah sopirnya sudah jelas terlihat, jikalau kita tidak suka boleh pula membatalnya. Sedangkan Taxi tradional mereka boleh mengambil penumpang kapan saja asal terluihat di mall, jalanan, dan sebagainya, cuma sayangnya harga mereka lebih mahal dan pelayanannya tidak menjanjikan.

Para pengendara Taxi online hanya butuh rajin, dan kerja keras,maka mereka boleh berhasil. Pengendara Taxi online harus memakai mobil pribadi, kalau ada kerusakan mereka harus memperbaiki secara pribadi kantong pribadi, saya tidak begitu tahu bagaimana Taxi tradisinil , sebagian mobil pribadi barang kali , namun ada yang mobil milik perusahaan. Kalau mobil Taxi tradisionil itu milik pribadi maka kasihan sekali ada beberapa Taxi tradisionil yang dirusak oleh kawan-kawan sopirnya sendiri  hanya gara-gara mereka tidak ikutan mengunjuk rasa. Mudah-mudahan Taxinya ada asuransi nya sehingga biaya perbaikan dapat diganti.

Kalau kisruh begini, jalan keluarnya bagaimana? Beberapa hari yang lalu dalam diskusi yang ditayangkan sebuah stasiun televisi tentang Taxi Online Vs Taxi Tradisionil ini diceritakan bahwa biaya Taxi tradisionil cukup mahal, sekali buka pintu pemumpang harus bayar Rp 8500,- lalu mereka mengatakan sejak adanya Taxi online keuntungan mereka berkurang drastis sekali. Nah dalam hal ini tentu kepada pihak yang berwenang harus mengambil jalan keluar yang tebaik. Ada satu masa bukan rahasia lagi, untuk menambah Taxi sepertinya harus bayar mahal jatahnya. Para sopir Taxi online dan Taxi Tradisionil sama-sama mencari makan, lalu jikalau pemegang kekuasaan boleh mengambil jalan keluar yang mempersatukan tantu akan baik sekali. Para sopir Taxi Tradisionil harus sadar bahwa mau tidak mau tuntutan jaman, mereka harusnya lebih baik belajar system seperti Taxi Online, sehingga ada fasilitas yang bisa dipakai oleh konsumen untuk memanggil mereka secara cepat ke rumah dengan harga terjangkau dalam hal ini pihak pengambil keputusan dan penguasa dibutuhkan. Jikalau Taxi Tradisional menerapkan system yang dipakai oleh Taxi online pastilah mereka dapat mengimbangi, bayangkan saja selain bisa mengambil penumpang di mana saja juga ada fasilitas yang sama seperti Taxi Online. Sementara itu Taxi online yang ada di Indonesia rasanya harus menyesuaikan diri dengan keadaan, sehingga mereka juga mengikuti syarat seperti yang Taxi Tradionil sehingga mencapai suatu persamaan dan stanbdard yang adil. Jikalau kedua ini bisa dilebur betapa indahnya, tidak harsu terjadi seperti hari ini.

Penulis pernah bertanya kepada salah seorang sopir Taxi Tradisionil di San Francisco mengapa dia tidak mau menarik Taxi Online saja, dia menjawab dia sudah terbiasa dengan Taxi Tradisonil, dan bisa ambil penumpang di mana saja. Sedangkan pengendara Taxi Online memiliki pergumulan tersendiri, selain biayanya dipotong 30% dari perusahaan, mereka harus mempergunakan mobil sendiri, tidak bisa ambil penumpang sesukanya, penumpang berhak memberi penilaian terhadap si pengendara, dan apabila nilainya rendah, otomatis tidak boleh lagi mengendarai sebelum ambil ujian ulang dan satu lagi mreke harus membayar pajak pendapatannya lagi. Oleh sebab itu maka sopir Taxi Tradisionil tidak merasa begitu tersaingi oleh sopir Taxi Online. Yang pasti adanya sopir online orang lebih gampang kemana saja, tinggal main dipaplikasi maka 3-5 menit Taxinya sudah tiba di depan di rumah dan menjemput kita, seakan-akan kkita punya mobil dan sopir pribadi. Sopir pribadi aja kadang bisa ngomel, kadang bisa ngak masuk, nah kalau sopir taxi online kurang memuaskan penumpangnya, tinggal berikan nilai terendah saja. Sudah saatnya negara Indonesia memiliki cara seperti ini, penulis tidak setuju komentar salah seorang bos TV, katanya Taxi Online tidak boleh di Indonesia, barang kali beliau punya banyak Taxi? Saat ini  becak sudah tidak ada, masyarakat butuh fasilitas yang cepat dan efektif,  tinggal bagaimana para penguasa mengatur kebijaksanaan yang bisa diterima kedua belah pihak.

Saumiman Saud

Media Maret 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun