Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Natal yang berfokus pada Dompet!

19 Desember 2015   04:42 Diperbarui: 19 Desember 2015   04:42 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Natal yang berfokus pada dompet!

Bermacam-macam cara merayakan hari Natal, kaum pedagang berusaha merias pertokoan dan perusahaannya untuk menarik perhatian, bahkan di bagian department store dan super market para pegawainya memakai seragam khusus natal; itu sebabnya hingga timbul masalah yang melibatkan MUI yang protes kepada perusahaan yang meminta pegawainya memakai topi Santa, namun tidak melarang mengucapkan selamat Natal; sebab selama ini teman-teman dari agama lain senantiasa mengucapkan selamat Hari raya idul fitri. Sebenarnya topi Santa bukan suatu ritual dalam natal, sebab kitab suci sendiri tidak mencatat tentang Santa, semua itu hanya desain manusia.

Yang pasti liburan Natal bukan musiman, jikalau musiman itu namanya musim durian, rambutan, duku, langsat, layang-layang dan sebagainya. Lalu Natal itu apa? Bagi setiap orang percaya, liburan Natal bukan hanya sekadar digunakan sebagai rekreasi, tetapi lebih dari itu Natal merupakan saat yang tepat untuk merefleksi. Bagi setiap orang percaya, liburan Natal bukan hanya sekadar digunakan sebagai hiburan, tetapi lebih dari itu Natal juga merupakan saat yang tepat untuk syukuran. Bagi setiap orang percaya liburan Natal bukan sekadar disebut Hari besar, tetapi lebih dari itu Natal merupakan karya Tuhan yang besar.

Mengapa dikatakan karya yang besar? Penulis kitab Suci Yohanes mencatat bawa, karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan anakNya tunggal, supaya setiap orang yang percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Nah inilah berita natal yang sesungguhnya, bawa manusia itu sebenarnya sejak Adam dan Hawa sudha berdosa, itu sebabnya putus hubungan dengan Tuhan. Karena dosa manusia maka selangkah-demi selangkah manusia berjalan menuju maut. Uang , pengetahuan, jabatan tidak sanggup menyelamatkan diri manusia dari dosa, oleh sebab itu Tuhan Allah merancang suatu jalan keselamatan bagi umat ciptaanNya. Melalui Maria yang masih perawan itu dilahirkanlah seorang bayi yang kelak menjadi raja di atas segala raja, nama Yesus. Nama Yesus sendiri arinya Juru Selamat.

Nah karena hubungan manusia yang putus dengan Tuhan Allah ini, maka setiap kali manusia hendak komunikasi dengan Allah harus melalui perantara para seorang nabi dan terlebih dahulu memberikan korban bakaran. Kejadian ini berlangsung terus-menerus hingga Allah mengutus anakNya yang tunggal Yesus Kristus harus mati di atas kayu salib sebagai korban menanggung dosa-dosa kita. Pada saat itulah tirai di Bait Allah terbelah, yang artinya hubungan Tuhan Allah dengan dengan manusia sudah tidak terhalang lagi. Oleh sebab itu semenjak Yesus disalibkan, maka manusia sudah boleh langsung komunikasi dengan Tuhan Allah tanpa membakar korban bakaran dan perantara lagi, inilah yang perdamaian itu.

Damai itu indah sekali, karena damai membuat hati bersuka cita. Damai itu meliputi damai dalam rumah, damai dalam pekerjaan dan damai dengan sesama. Untuk menciptakan damai dengan sesame, maka seseorang itu harus damai dengan Tuhan terlebih dahulu, dengan demikian barulah kita dapayt damai dengan diri sendiri. Apabila semua itu sudah lengkap maka kitapun tidak sulit berdamai dengan orang lain. Damai dengan orang lain penting, terutama dengan orang-orang yang dekat dengan kita. Salomo dalam hal ini memiliki pengalaman, maka katanya “Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar.”

Jikalau demikian yang kita pahami tentang makna Natal itu maka, jangan pernah merayakan natal itu dengan apa adanya. Namun jangan salah pengertian, natal juga tidak perlu dirayakan dengan kemewahan. Justru jikalau kita menyerahkan hati ini untuk mengenang kasih Kristus yang lahir itu, maka kita tidak pernah ragu mengeluarkan “dompet “anda. Artinya di natal ini kita dengan hati yang penuh suka-cita memberi. Namun jikalau merayakan Natal dengan fokus pada “dompet”, maka dalam hatimu tidak pernah ada Kristus yang lahir itu, maka di natal itu kita hitung-hitungan dengan Tuhan. Kiranya Natal yang kita rayakan merupakan natal yang murni lahir dalam hati kita yang terdalam, kkita ingin dan rindu bahwa Yesus bukan hanya lahir di Betlehem tetapi juga lahir dalam hati kita masing-masing .

Saumiman Saud

www.cebcindonesia.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun