Mohon tunggu...
Saumiman Saud
Saumiman Saud Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

Coretan di kala senja di perantauan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

1.000.000 Orang Jakarta Itu Tidak Waras Karena Dukung Ahok, Benarkah Itu?

10 Maret 2016   11:24 Diperbarui: 10 Maret 2016   20:00 2253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="1.000.000 orang Jakarta kurang waras karena dukung Ahok, benarkah itu?"][/caption]Kadang sebagai pemirsa kita terpancing emosi apabila menyaksikan diskusi di televisi yang isinya berat sebelah dan beritanya miring-miring. Tentu sudah pasti sebagai pihak lawan tidak bakal memuji musuhnya, karena jikalau mereka memuji musuh artinya bunuh diri. Itu sebabnya mereka harus mematikan hati nuraninya sendiri dan bakan tutup sebelah atau dua-duanya dan telinga untuk mencela dan mencari kesalahan lawannya. Pihak lawan akan menjadi orang yang kurang waras apabila mereka itu berdomisili di Jakarta dan menikmati hasil pembangunan serta perubahan Jakarta. Dalam diskusi itu mereka hanya pura-pura tidak tahu bahkan membohongi diri sendiri apabila tidak melihat apa yang Ahok sudah kerjakan untuk kota Jakarta.

Acap kali kita juga bosan mendengar tuduhan yang menyebut bahwa Ahok itu tidak sopan memimpin Jakarta. Coba kita pikir saja, apabila kita menghadapi seorang pencuri ,sudahlah pasti kita teriak maling, dan Ahok bukan menutup-nutupi, ia rekam dan videonya diperlihat kan secara umum supaya semua ini bisa dilihat orang banyak. Artinya ia tahu bahwa untuk masyarakat Jakarta yang cerdas, pasti mereka tidak sembarang menilainya. Beraopa banyak orang yang mengangguk-angguk membenarkan Ahok, itu tandanya untuk menghadapi masyakarat Jakarta yang ngeyel, yang tidak jujur memang harus pakai cara yang cukup keras. Yang herankan ada seorang nenek yang ngakunya aktifis sosial yang senantisa mengoceh dan membesar-besarkan masalah ini, bahkan gara-gara sikap nenek yang aneh itu setiap komentarnya mendapat bully dari orang banyak, jarang ada komentar orang yang memuji nenek itu. Itu pertanda memang masyarakat Jakarta tidak mempermasalahkan apa yang dilakukan Ahok, justru mereka mempermasalahkan si nenek yang ngoceh itu. Ia bahkan sangat kebakaran jenggot kalau ada jenggotnya gara-gara seorang pemilik sosial media menuduhnya bahwa jikalau Ahok maju independen ia akan menari dengan tidak berpakaian.

Sementara itu kita juga selalu mendengar komentar bahwa Ahok terlibat masalah korupsi di RS Sumber Waras, namun KPK sudah menjelaskan kepada khalayak banyak bahwa Ahok tidak terindikasi korupsi. KPK tentu tidak mau mempertarukan reputasi mereka untuk bela Ahok, sudah pasti mereka telah menyeledikinya dengan baik dan seksama. Hanya saja orang-orang yang sirik selalu saja mengangkat masalah ini hendak menjatuhkan Ahok. Disamping itu Ahok juga dituduh mau menjadikan Jakarta seperti Singapura? Kalau memang demikian mesti bangga dong, selama ini orang Indonesia memnghabiskan banyak uang hanya untuk shoping di Singapura dan berobat di sana, padahal Jakarta sendiri tidak kalah dari SIngapura asal masyarakatnya harus kerja keras, bukan hanya mengkritik sana-sini. Jakarta itu luasnya dua kali Singapura, jikalau masih ada belum tersaingi harap dimaklumi; semestinya kan Jakarta itu harus memebihi Singapurra, semua ini akan menjadi tugas tambahan bagi anda yang dukung Ahok dan pengin Jakarta berubah.

Penulis sendiri bukan orang Jakarta, penulis juga tidak punya KTP Jakarta, penulis juga tidak kenal pada Ahok dan keluarganya, penulis bukan orang terkenal, maka Ahokpun tidak bakal kenal penulis, itu artinya tidak ada kepentingan apa-apa bagi penulis dalam hal ini. Tetapi dari hasil karya Ahok yang dahsyat itu, penulis tidak dapat menahan diri dan terdorong begitu kuat untuk mengungkapkan kebenaran lewat tulisan ini, apalagi boleh mengisi tulisan ini di dalam blog kompasiana.com yang sudah terkenal dan bisa diakses dan dibaca oleh masyarakat di seluruh dunia. Anda mau menjadi penulisnya juga boleh.  Penulis begitu yakin bahwa orang Jakarta itu adalah orang yang berpikiran waras dan sehat, mereka tidak mungkin bersusah payah macet dijalanan ditambah antri menyerahkan KTP mereka hanya untuk mendukung dan menjadi teman Ahok jikalau memang Ahok selama ini kerjanya kurang beres. Jakarta yang terkenal dengan macet dan kota yang sibuk, satu jam saja sudah dapat menghasilkan banyak uang, tetapi ada orang Jakarta yang berbondong-bondong datang ke posko teman Ahok hanya untuk menyerahkan foto copy KTP , mereka mendukungnya tanpa pamrih. Bahkan ada ibu-ibu di Jakarta yang penulis kenal dengan baik, dengan suka-rela dan mengeluarkan kocek sendiri membeli mesin foto copy untuk support teman Ahok dan turun tangan ikut volunteer. Apakah si ibu itu kurang kerjaan? Apakah si ibu itu penganguran? Apakah si ibu itu kurang waras? Tidak, siibu itu masih ngerti apa itu uang, apa itu rupiah, apa itu dolar, tetapi mereka mendukung dengan suka-rela karena mereka begitu cinta dan rindu serta menaruh harapan pada Ahok agar kota Jakarta menjadi kota yang benar-benar dibanggakan seperti sebahagiannya sudah terlihat di sini.

Orang Jakarta itu orang yang cerdas, sehat dan waras; hanya saja masih ada sisa mereka yang kurang waras yang senantiasa mempermasalahkan kepemimpinan Ahok. Pertanyaannya, seandainya dari awal kerja Ahok itu lemah lembut, apakah dia tidak dipermasalahkan? Rasa sentiment para pembencinya terkuak saat beliau hendak dilantik menjadi Gubernur, itu artinya belum bertugas saja mereka sudah mencari kesalahannya, semakin kesallah mereka apabila ternyata apa yang dikerjakan Ahok cukup berhasil di Jakarta. Memang kita perlu mengaku bahwa masalah kemacetan itu bukan masalah yang gampang diselesaikan. Bila hendak menjadi kota Metropolitan dan Megapolitan maka kemacetan itu ciri khasnya, justru kalau jalanan sepi itu artinya masyrakat Jakarta lagi mudik atau karena baru saja muncul bom bunuh diri.

Bila mau melihat Jakarta benar-benar berubah, harus dukung Ahok. Bila mau lihat Jakarta begitu-begitu saja maka anda akan menyesal mendukung Ahok. Para pengkritik Ahok itu rupanya pengin Jakarta tetap kumuh, tetap banjir, tetap kacau, tetap ada korupsi, tetap ada prostitusi, itu namanya stagnasi. Oleh sebab itu masyarakat Jakarta mau perubahan, maka harus memegang teguh keputusan kalian, bila sudah menjadi teman Ahok dan ternyata Ahok itu berhasil dalam kerjanya , maka anda harus tetap hendak memberi dukungan. Walaupun anda harus menghabiskan waktu sedikit supaya mengisi ulang formulirnya, sapaya dukungan anda benar-benar sah terhadap calon Gubernur dan wakilnya. Demikian kita boleh menjadi saksi bahwa calon Gubernur dan wakilnya di DKI dapat bertarung dan menang walaupun tidak mendapat usung dari partai. Semoga.

Saumiman Saud, SF

Media 10 Maret 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun