Mohon tunggu...
Alam Saubil
Alam Saubil Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh Pertanian

Program Pascasarjana Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pertanian dalam Perspektif Cinta

2 Januari 2018   21:00 Diperbarui: 25 Januari 2018   14:34 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hal pertama yang perlu kita dudukkan bersama adalah tentang definisi pertanian itu sendiri. Di sini saya mendefinisikan pertanian sebagai segala usaha pembudidayaan/perkembangbiakan, baik itu tumbuhan maupun hewan dengan campur tangan manusia untuk tujuan memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri.

Definisi di atas merupakan pengertian pertanian secara umum. Karena dalam perkembangannya, definisi pertanian dikerucutkan menjadi hanya tentang pembudidayaan tanaman. Dan dalam tulisan ini kita akan menggunakan definisi pertanian secara umum.

Pertanian selalu dibicarakan di berbagai sudut kehidupan karena berbagai macam persoalan serta urgensi yang terdapat di dalamnya. Bahkan dari kurang lebih 260 juta penduduk Indonesia saat ini, hampir 50% di antaranya adalah petani. Bayangkan jika kita meninjau dari aspek politik, siapa saja yang mampu menguasai hati kaum tani, maka akan berpeluang cukup besar menjadi pemimpin yang diamanahkan tanggung jawab tertinggi di negara ini.

Namun, kali ini kita tidak akan membicarakan persoalan politik maupun demokrasi, apalagi hukum perundang-undangan. Kali ini kita akan coba memandang pertanian melalui perspektif cinta. Iya, cinta.

Apa yang paling indah selain cinta? Apa pula yang paling menyakitkan selain jauhnya sang pencinta dari kekasihnya? Sungguh tak ada hal yang mampu mengalahkan itu. Karena cinta membuka jalan yang tak pernah disangka-sangka oleh akal.

Cinta adalah cahaya yang menerangi jauh di kegelapan saat semua perangkat rasio telah dibutakan. Cintalah esensi dari kehadiran makhluk di muka bumi. Karena hanya dengan cinta, Rasulullah Muhammad SAW ditakdirkan oleh Tuhan untuk berada di bumi bersama manusia-manusia yang lainnya. Bahkan keberadaan alam semesta dan seisinya tak mungkin terwujud tanpa cinta dari Sang Pencipta.

Lalu menjadi mustahil ketika berbicara tentang pertanian, dan cinta tak mengambil peran yang indah di dalamnya. Dalam salah satu Hadist Rasulullah SAW, "Jika kiamat terjadi dan salah seorang di antara kalian memegang bibit pohon kurma, lalu ia mampu menanamnya sebelum bangkit berdiri, hendaklah ia bergegas menanamnya."

Sebegitu dekatnya petanian dengan hal baik yang Tuhan perintahkan dan sebegitu dalamnya keutamaan yang diberikan Tuhan kepada para petani. Secara umum kepada siapa pun yang menjaga bumi dengan hati yang penuh ketulusan.

Pertanian itu adalah gerak-gerak cinta yang menyatu dengan alam. Sehingga menghasilkan ragam kehidupan yang baru. Bunga, buah, ternak, dan sebagainya adalah segala yang membaikkan kehidupan manusia dan manfaatnya akan membawa manusia pada kedekatan yang lebih tinggi dengan sang pencipta.

Andai pertanian dibiarkan terbengkalai pada suatu negeri, maka ketika itu juga runtuhlah negeri tersebut. Sebagai konsekuensi dari penolakan mengaktualisasikan cinta yang dalam dari Tuhan pada semesta. Sejauh keindahan yang mampu ditangkap dari gerak-gerak pertanian adalah segala yang meniscayakan keindahan wujud makhluk dan kemuliaan sang pencipta dalam mengatur keseimbangan di dunia.

Cinta dan pertanian adalah dua hal yang saling mengisi. Walaupun lapisan terluar tetap adalah cinta, lalu di dalamnya ada lapisan pertanian, kemudian di dalamnya lagi ada lapisan cinta, dan seperti itu seterusnya saya menganalogikannya. Pertanian adalah eksistensi cinta yang meniscayakan keterkaitan antara makhluk yang disebut manusia dengan makhluk lain (tumbuhan maupun hewan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun