Mohon tunggu...
Satwika Wisanggeni Pramono
Satwika Wisanggeni Pramono Mohon Tunggu... Pelajar Kolese Kanisius

Hai! Perkenalkan nama saya Satwika Wisanggeni Pramono. Saya adalah pelajar di Kolese Kanisius, hobi saya bermain game, membaca buku, dan menonton film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Logika Aneh Farel

12 Agustus 2025   13:34 Diperbarui: 12 Agustus 2025   13:34 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku sering bertanya-tanya, apa yang sebenarnya berputar di kepala Farel, sahabatku sejak SMP. Dia bukan tipe orang yang mudah ditebak. Kalau pikirannya diibaratkan jalur kereta, maka relnya bengkok ke segala arah, saling bersilang, bahkan kadang hilang di tengah jalan. Aku sering mencoba mengikutinya, tapi ujung-ujungnya malah tersesat di logika yang hanya dia mengerti.

Hari itu contohnya. Semua anak di kelas panik karena besok ada ujian matematika. Guru sudah mengingatkan, "Belajarlah sungguh-sungguh, karena ini menentukan nilai akhir." Semua sibuk mencatat, menghafal, dan latihan soal. Tapi Farel? Dia malah sibuk mengukur panjang meja dengan tali rafia, sambil sesekali mencoret-coret kertas dengan angka-angka yang tak ada hubungannya sama sekali dengan soal ujian.

"Apa yang kamu lakukan, Rel?" tanyaku heran.
"Kalau aku tahu panjang meja ini, aku bisa menghitung kecepatan rata-rata nyamuk yang terbang di atasnya," jawabnya serius. Aku hampir melempar penggaris ke mukanya. Bagaimana nyamuk bisa membantu ujian matematika besok? Tapi di matanya, semua itu masuk akal.

Itu belum seberapa. Pernah suatu sore, sehari sebelum presentasi kelompok, aku mengajaknya berdiskusi materi. Kami sepakat untuk belajar di rumahnya jam tujuh malam. Tapi saat aku datang, Farel justru sudah tidur nyenyak, lampu kamarnya mati, dan pintu sedikit terbuka. Aku sempat berpikir dia sakit, tapi ternyata jam tiga pagi dia mengirim pesan singkat: "Ayo belajar, otak lebih segar saat dunia sedang tidur." Aku hampir menutup buku dan tidur lagi, tapi entah kenapa aku tetap ikut. Dan anehnya, presentasi kami berjalan lancar.

Kadang aku benar-benar kesal padanya. Dia bisa muncul dengan ide-ide yang sama sekali tidak sesuai konteks. Seperti waktu lomba kebersihan kelas, semua orang sibuk mengepel, menyapu, dan menata buku. Farel malah membuat origami burung dari kertas bekas ujian. Katanya, itu untuk "meningkatkan estetika ruang". Anehnya, kelas kami menang. Mungkin juri memang terkesan dengan burung-burung kertas itu, atau mungkin mereka hanya ingin memberi hadiah hiburan.

Semakin lama, aku mulai melihat pola yang tak pernah kusadari sebelumnya. Farel memang edan, tapi ke-edan-annya selalu punya arah. Dia memilih tidur lebih awal dan bangun dini hari karena dia tahu suasana itu membuat pikirannya jernih. Dia memandikan kucing liar di sekolah karena ingin membuat halaman sekolah terasa hidup. Dia membuat origami di tengah lomba kebersihan karena ingin orang melihat sesuatu yang berbeda.

Mungkin dunia ini memang butuh orang-orang seperti Farel---mereka yang berani menertawakan hal-hal yang dianggap serius, dan menganggap serius hal-hal yang dianggap sepele. Orang yang tidak terikat oleh cara pikir kebanyakan, yang logikanya mungkin membingungkan, tapi sering kali justru membuka jalan baru yang tak terpikirkan.

Aku tak selalu mengerti caranya berpikir, dan mungkin aku memang tak perlu mengerti. Ada kalanya, membiarkan seseorang menjadi dirinya sendiri adalah cara terbaik untuk menghargai mereka. Sekarang, setiap kali dia melakukan hal yang "edan", aku tak lagi sekadar menggelengkan kepala. Aku mencoba melihat dari sudut pandangnya---sudut pandang yang penuh warna, kadang absurd, tapi selalu jujur. Dan di situ, aku belajar satu hal: kadang, sedikit edan adalah yang membuat hidup ini jadi jauh lebih menarik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun