Di lereng Gunung Merbabu yang sejuk, tepatnya di Dusun Jeruk, Desa Jeruk, Boyolali, terhampar ladang-ladang subur yang menjadi sandaran hidup sebagian besar warganya. Sayuran seperti kubis, wortel, dan kentang tumbuh melimpah. Namun, di balik kekayaan alam tersebut, ada sebuah ironi. Harga jual hasil panen seringkali tak sebanding dengan peluh para petani. Mereka berada di posisi tawar yang lemah, sepenuhnya bergantung pada harga yang ditentukan oleh tengkulak.
Melihat kondisi ini, sekelompok mahasiswa dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tidak tinggal diam. Para mahasiswa membawa sebuah misi: mengubah tantangan menjadi peluang, tidak hanya dengan meningkatkan nilai tambah produk pertanian, tetapi juga dengan membuka gerbang digital bagi para petani.
pengemasan dan pelabelan produk olahan.Â
Tujuannya bukan hanya untuk melindungi produk dari kontaminasi, tetapi juga sebagai strategi untuk meningkatkan daya tarik dan nilai jual.Dalam pelatihan ini, kami mengenalkan berbagai teknik pengemasan yang disesuaikan dengan karakteristik produk, bahkan dengan peralatan sederhana yang mudah diakses oleh masyarakat. Misalnya, untuk produk cheese stick pakcoy, kami menggunakan plastik klip yang praktis dan dapat ditutup kembali untuk menjaga kerenyahan. Kami juga menjelaskan pentingnya label produk, yang berfungsi sebagai identitas merek dan sarana promosi. Label yang mencantumkan nama produk, bahan baku, dan identitas produsen dapat membangun kepercayaan konsumen.
Dengan bekal keterampilan ini, diharapkan masyarakat Dusun Jeruk dapat menciptakan produk-produk olahan lokal dengan standar kualitas yang lebih baik, daya simpan lebih panjang, dan identitas merek yang jelas agar bisa bersaing di pasar yang lebih luas.Secara keseluruhan, kegiatan KKN ini telah berhasil memberikan dampak positif yang signifikan. Dengan pemahaman baru tentang pemasaran digital dan pengemasan produk, petani di Desa Jeruk kini memiliki alat yang kuat untuk memutus rantai ketergantungan pada tengkulak dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.
Membuka Jendela Dunia Lewat Genggaman
Namun, produk inovatif tak akan berarti tanpa pemasaran yang efektif. Ini menjadi tantangan berikutnya, mengingat mayoritas petani masih mengandalkan cara-cara konvensional. Mahasiswa KKN kemudian menggelar program sosialisasi pemasaran digital.
Dengan sabar, mereka memperkenalkan dunia media sosial seperti Instagram dan Facebook bukan lagi sekadar tempat berbagi foto, melainkan "etalase" untuk mempromosikan hasil panen dan produk olahan mereka. Pelatihan ini mencakup cara mengambil foto produk yang menarik, menulis keterangan yang menjual, hingga berinteraksi dengan calon pembeli. Bahkan, sebuah situs web sederhana untuk kelompok tani "Tani Mulyo II" juga dikembangkan sebagai pusat informasi dan galeri produk.