Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Suasana Ramadan Masa Kecil Sang Introvert, Ramadan-ku Sedikit Berbeda Dari Orang-Orang

19 April 2021   22:38 Diperbarui: 19 April 2021   23:20 1040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menyendiri, sumber : Unsplash.com/Olya Kuzovkina 

Masa kecil adalah masa yang paling menyenangkan untuk diingat. Masa-masa ketika kita bebas melakukan apa saja tanpa perlu takut salah dan masa-masa dimana kita memiliki rasa keingintahuan yang tinggi ada pada masa kanak-kanak. 

Ketika Ramadan, setiap orang pasti punya kisah nostalgia Ramadan masa kecilnya tersendiri. Ada yang iseng kabur dari tarawih dan malah main petasan, ada juga yang selalu mengejar tanda tangan ustadz usai tarawihan. Kalau saya sendiri, ketika tema hari ini adalah tentang nostalgia nuansa Ramadan masa kecil, saya cukup bingung ingin menulis apa.

Setelah saya membaca artikel para kompasianer, saya sedikit iri dengan kisah mereka. Ramadan masa kecil mereka diisi dengan keseruan yang menyenangkan. Berbeda dengan saya, saya sendiri cenderung lebih sering menghabiskan waktu sendirian ketika Ramadan dibanding bersama teman-teman.

Tapi baiklah, saya akan mencoba menulis kisah Ramadan saya ketika masih kecil. Semoga kompasianer dan pembaca tak merasa bosan dengan kisah yang saya hadirkan.

Ilustrasi anak-anak menunggu berbuka, sumber : Commons.wikimedia/Rizkyharis 
Ilustrasi anak-anak menunggu berbuka, sumber : Commons.wikimedia/Rizkyharis 

Pertama kali saya diajarkan puasa adalah ketika masih di jenjang taman kanak-kanak. Itupun saya masih menggunakan metode "Puasa setengah hari", dulu keluarga saya memang tak pernah memaksa saya untuk puasa hingga maghrib. Oleh karena itu, kadang saya suka diam-diam mengambil air minum di kulkas, walau masih di pagi hari. Maklum, anak TK, hehe..

Ketika masuk sekolah Dasar, saya mulai diajarkan untuk berbuka puasa hingga magrib. Selalu ada reward yang saya dapatkan ketika berhasil puasa apalagi jika full sebulan penuh. 

Tapi ketika di sekolah, karena banyak teman-teman yang berbuka puasa secara diam-diam, pernah sewaktu itu saya ditawarkan permen, awalnya saya menolak, namun ketika perjalanan pulang saya lapar, akhirnya saya makan juga permennya.

Memasuki kelas 3 SD, ketika keluarga saya pindah rumah, keluarga kami pun perlahan sedikit berubah. Berkat salah satu tetangga, ibu saya jadi sering mendengarkan ceramah agama dan mulai menggunakan hijab dalam kehidupan kesehariannya. Padahal, dulunya ia hanya menggunakan hijab ketika sedang acara saja.

Karena kondisi keluarga saya yang perlahan berubah, saya juga ikut berubah. Bisa dibilang dengan "Hijrah", dalam artian berubah menjadi pribadi yang lebih baik. 

Oiya, saya adalah anak pertama dari 5 bersaudara. Waktu itu, adik saya hanya satu. Jadilah saya dan orang-tua serta adik saya jadi lebih mudah ketika bepergian jauh. Kami sering pergi ke Masjid Bank Indonesia, dan masjid-masjid di Jakarta lainnya untuk mendengarkan kajian agama. Biasanya, saya dan ibu saya akan menggunakan kereta ketika berangkat, dan pulangnya diantar oleh ayah saya menggunakan motor.

Kajian berbagai ustadz diikuti, keingintahuan saya terhadap agama Islam juga semakin besar. Padahal waktu itu umur saya mungkin sekitar 9 tahunan, tapi semangat saya sudah tinggi. Ketika Ramadan tiba, saya juga mulai menargetkan khatam 30 juz dalam sebulan dan mulai memperbanyak shalat-shalat sunnah.

Sejak masih TK, saya memang lebih suka 'sendirian'. Teman dekat saya bisa dihitung oleh jari, tak banyak. Jadilah ketika Ramadan tiba saat itu, saya lebih memfokuskan untuk memperbanyak ibadah dibanding bermain dengan teman-teman. Dulu masih zamannya Blackberry mesengger, isi status saya juga lebih sering memposting hal-hal yang berbau keagamaan.

Karena hal itu, saya jadi agak sedikit kesulitan berinteraksi dengan teman-teman. Karena jujur saja, tampil berbeda di tengah teman-teman adalah hal yang menyedihkan. Perlakuan mereka ke saya cenderung seperti bukan hubungan pertemanan. Banyak guru juga yang merasa ilfeel karena sikap dan status-status saya yang selalu berbau keagamaan.

Sebenarnya keluarga saya tidak pernah fanatik ke organisasi atau golongan tertentu. Hanya saja karena rasa keingintahuan saya yang dulu begitu tinggi, membuat saya belajar pada semua ustadz dan akhirnya jadi bingung sendiri.

Waktu demi waktu berlalu, karena lingkungan yang perlahan berubah dan semangat yang tak setinggi dulu. Saya sudah tak lagi di cap "Alim" oleh teman-teman saya, kecuali oleh teman SD. Di SMP, saya berubah dan mulai membuka diri saya terhadap pergaulan yang ada di sekolah. Saya memberanikan diri menjadi Ketua OSIS, dan tampil di depan umum.

Ramadan saya tahun ini adalah Ramadan terakhir di masa SMP, karena tahun depan saya sudah melanjutkan ke jenjang SMA. Saya bersyukur bisa bertemu teman-teman baru yang bisa menerima diri saya apa adanya. Saya tak lagi merasa insecure atau dikucilkan. 

Maaf jika nostalgia yang awalnya hanya berfokus pada Ramadan malah jadi kemana-mana. Intinya, suasana Ramadan masa kecil saya terasa tak semenyenangkan yang dialami para kompasianer dulu. Walau begitu, saya juga tetap mendapatkan banyak hal baru yang bisa jadi pelajaran untuk saya kedepannya.

Apakah saya menyesal karena dulu Ramadan saya lebih banyak dihabiskan untuk sendirian? Tentu tidak.

Saya jadi bisa belajar bahwa mencari ilmu tak bisa hanya dicari lewat internet ataupun menonton Youtube. Belajar dengan guru secara langsung itu lebih baik agar kamu tak bingung sendiri. 

Rangkaian peristiwa dan kejadian yang saya lalui di hidup saya selalu saya jadikan sebagai bahan pelajaran dan evaluasi agar bisa lebih baik lagi. Dengan begitu, saya jadi tahu cara menyampaikan kebenaran tanpa perlu merasa paling benar dan dianggap berlebihan oleh orang-orang.

Mari jadikan Ramadan ini sebagai momen evaluasi diri, dari sekian banyaknya kejadian yang kita lalui, hanya diri kita sendiri yang dapat mengetahui kekurangan yang perlu diperbaiki. Yuk, terus berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun