Mohon tunggu...
Sastya Nabiela Fitria
Sastya Nabiela Fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya suka mendengarkan Musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Resume " Politik yang Terjebak dalam Hiburan: Membaca Demonstrasi melalui kacamata komunikasi kritis"

23 September 2025   21:25 Diperbarui: 23 September 2025   21:25 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama  : Sastya Nabiela Fitria
NIM     : 1251340012
PRODI : Kesejahteraan Sosial


Hari ini, Selasa 23 September 2025. Saya akan memberikan resume terkait tulisan dari dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila, Bapak Drs. Study Rizal LK, MA. dengan judul " Politik yang Terjebak dalam Hiburan: Membaca Demonstrasi melalui kacamata komunikasi kritis" Tulisan ini sangat menarik dan penuh makna karena sering dilihat bahwasan nya demonstrasi hanya dianggap sebelah mata oleh para pemegang politik.

ketika ruang politik bukan lagi berfungsi sebagai ruang perjuangan, melainkan berubah menjadi semacam hiburan. Kegiatan demonstrasi yang dari dulu menjadi simbol perlawanan rakyat kini  diposisikan sebagai "hiburan" yang disorot kamera, dibungkus oleh awak media, dan disebarluaskan publik layaknya drama film. Aksi-aksi tersebut lebih sering terkenal bahkan muncul di beberapa berita, terus? dimana berita tentang politik itu? dimana berita tentang kemajuan nya negara ini? tidak ada lagi makna perjuangan, yang tersisa hanyalah kesan sesaat tanpa jejak perubahan nyata dikemudian harinya.

bagaimana  media memengaruhi pandangan masyarakat terhadap aksi politik? Bukan hanya sekadar meliputi berita berita yang penting, media kini berperan sebagai "produser" narasi kemudian menjadi drama, yang sering kali menyederhanakan kompleksitas tuntutan menjadi potongan gambar atau slogan dramatis.

akibat dari kejadian ini, yaitu keterlibatan masyarakat dalam isu-isu sosial menjadi makin pendek. semua yang melihat, mendengar, bahkan membaca pasti akan mudah sekali terbakar emosi saat melihat video bahkan gambar viral aksi protes, namun juga mudah lupa begitu isu lain muncul menggantikannya, seakan sebagai pengalihan isu yang tak jelas arahnya, bahkan sampai saat ini pun isu pengalihan adalah cara yang terus di lakukan untuk pengalihan berita-berita yang penting. Kesadaran bersama yang seharusnya tumbuh lewat demonstrasi, perlahan digantikan oleh proses perhatian yang cepat berubah. Ketimpangan, ketidakadilan, dan kritik struktural kehilangan pijakan karena lebih sering dibahas dalam konteks popularitas ketimbang urgensi moral atau politik.

kita memerlukan  pembaruan cara kita memandang dan merespons ruang politik di negara ini. Demonstrasi bukanlah pertunjukan semata, melainkan jeritan para masyarakat yang menginginkan perubahan. Baik media, masyarakat, maupun pelaku aksi ditantang untuk lebih jujur dan reflektif. apakah kita sedang memperjuangkan keadilan, atau hanya membangun citra? Jika ingin demokrasi berjalan sehat, maka kita perlu mengembalikan politik pada fungsinya sebagai ruang dialog, aksi nyata, dan keterlibatan yang bermakna bukan sekadar tontonan yang cepat dilupakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun