Mohon tunggu...
Sastro Admodjo
Sastro Admodjo Mohon Tunggu... Musisi - babaasad.com

Seorang pengembara edan. Mencari keindahan alam semesta Tuhan. Menorehkan tulisan untuk saling berbagi pengalaman. Menikmati kopi hitam, menjadi tuntutan dengan kawan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Globalisasi dan Toleransi dalam Islam

25 Desember 2017   03:00 Diperbarui: 25 Desember 2017   03:12 1336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tercatat dalam sejarah Arab kuno, semisal di Mekah, firman-firman tuhan ternyata lebih diarahkan kepada teologi, sebaliknya Madinah, masyarakat disana kala itu lebih menerima titah tuhan dari segi syariah (dirosah fi ulumil quran;Red).

Lantas dan bagaimana metodologi Islam agar bisa diterima dalam kontek kekinian?

Al-quran menggambarkan metode itu dengan matang dan terukir rapi dalam surat an-nahl, ayat 125, yang berbunyi: ud'u ila sabili robbika bil hikmati wal mau'idhotil hasanah wa jadilhum billati hiya ahsan. 

Konsep ini sangat penting untuk direnungkan dalam penyebaran Islam agar tidak terdapat radikalisasi, terorisme dan paham-paham yang merusak sejatinya citra Islam. Konsep ini diungkap dan ditelisik oleh Qordlowi di sub-judul yang bertuliskan, manhajul khitob addini kama rossamahu al-quran,hal 31.

Setelah menawarkan konsep yang mapan itu, Qordawi langsung beranjak ke titik permasalahan inti. Bagaimana menguraikan Islam, khususnya pada zaman globalisasi ini?

Diantaranya: Pertama, mengajak mereka mengimani pada tuhan satu (Allah) dan tidak mengkafirkan orang lain. Kedua, mempercayai wahyu dan menghormati akal, karena dengan akal kita bisa memahami khitob addini.Ketiga, menjaga etika dalam Islam, karena etika adalah buah dari iman kepada Allah. Kelima, adanya toleransi terhadap kesamarataan hidup dalam bermasyarakat. 

Dipembagian yang ke lima ini, memang sangat dibutuhkan dalam kontek kekinian. Karena perbedaan pendapat dan cara pandang dalam masyarakat modern sangatlah beragam, solusinya, Islam harus menggambarkan dan mencerminkan toleransi kepada non-muslim. Keenam, menghargai dunia ke-masadepan-an dan tidak memungkiri masa silam. Ketujuh, adanya dinamisasi, dan tidak boleh menciptakan stagnasi dalam Islam. Kedelapan, menjaga hak-hak kaum minoritas.

Dari sini, dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa seorang muslim-sejati dalam kancah era globalisasi seyogyanya mengedapankan toleransi dan kesetaraan hidup. Dan inilah sebenarnya Islam. Agama ini tidak pernah mengajarkan kekerasan dalam penyebarannya dan tidak pula terorisme dalam ajarannya. Islam yang kaffah adalah Islam yang menjunjung tinggi sebuah toleransi, sebagaimana yang digambarkan dalam buku ini.

S. A.

Salam SASALI  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun