Mohon tunggu...
Sita Putri
Sita Putri Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah

27 Oktober 2017   22:42 Diperbarui: 27 Oktober 2017   23:14 2529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sistem Pendidikan Nasional Indonesia senantiasa berubah seiring perjalan hidup masyarakat Indonesia serta tuntutan zaman yang senantiasa berubah. Pada masa mengisi kemerdekaan dengan pembangunan, pendidikan nasional berperan emfasilitasi terwujudnya sumber daya manusia pembangunan. Selanjutnya pada masa reformasi, pendidikan juga terkena perubahan sesuai dengan tuntutan-tuntutan era reformasi. Era reformasi juga mencuatkan adanya kebutuhan sosok manusia yang bertaqwa dan berakhlak mulia, berjiwa patriotis, dan memiliki semangat nasionalisme, serta menguasai IPTEK. Pada era ini pendidikan dituntut dapat mefasilitasi terwujudnya sosok manusia dan masyarakat yang reformis.

Peruahan disektor pendidikan tidak saja terkait dengan sister kelembagaan dan program pendidikan, tetapi juga berkait dengan visi, misi, dan peranannya dalam merespon tuntunan baru dewasa ini dengan wawasan global, nasional, regional, dan lokal.

Sampai saat ini permasalhan berkaitan dengan pendidikan di Indonesia sebagai akibat negative perubahan global melahirkan situasi yang tidak kondusif. Proses pendidikan yang selama ini diperoleh belum bisa membangun kesadaran untuk menjadi pelanjut bangsa ini. Kondisi ini menuntut perubahan orientasi pendidikan salah satunya dengan melakukan pembinaan budaya yang kuat berintikan nilai-nilai dinamik yang relevan dengan realita kemajuan di era globalisasi melalui pendidikan.

Dalam proses pendidikan pelajar dan mahasiswa wajib digiring menjadi taat hokum yang dimulai dari lembaga keluarga oleh orang tua, di masyarakat serta melalui pendidikan formal di sekolah yakni dngan membangun kesadaran tanggung jawab terhadap hak dan kewajiban asasi individu secara amanah, penyayang dan adil dalam memelihara hubungan harmonis dengan alam, memperkaya warisan budaya dengan setia mengikuti dan mempertahankan nilai agama yang dianut, tegu politik, kukuh ekonomi, melazimkan musyawarah dengan disiplin dan bijak memilih prioritas pada yang hak sebagai nilai kebenaran.

Dalam proses pembelajaran berdasarkan UUSPN Nomor 20 tahun 2003, paling tidak terdapat empat factor yang mendukung mengapa pendidikan karakter dibutuhkan. Pertama, melalui pemberian wewenang penuh terhadap satuan pendidikan (sekolah) yang didalamnya terdapat unsur guru sebagai pelaku utama pendidikan, diharapakan guru dapat lebih mengembang dan memberdayakan diri untuk emngembangkan potensi dan dimensi peserta didik agar mampu hidup bermasyakat. Kedua, tujuan pendidikan nasional sangat memberi perhatian dan menitikberatkan pada penanaman dan pembinaan aspek keimanan dan ketaqwaan. 

Hal ini sebagai syarat bahwa "core value" pendidikan berkarakter bangsa bersumber dari kesadaran beragama (religious), artinya input, proses dan output pendidikan harus berasal dan bermuara pada pengutan nilai-nilai ketuhanan yang dilandasi keyakinan dan kesadaran penuh sesuai agama yang diyakininya masing-masing. Ketiga, strategi pengembangan kurikulum pendidikan dasar adalah penekanan pada empat pilar pendidikan yang ditetapkan oleh UNESCO, yaitu belajar mengetahui (learning to know), menjadi dirinya sendiri (learning to be), belajar bekerja (learning to do) dan beljar hidup bersama (learning to live together). 

Pengembangan kurikulum (program belajar) pendidikan dasar harus memfasilitasi peserta didik untuk belajar lebih bebas dan mempunyai pandangan sendiri yang disertai dengan rasa tanggung jawab pribadi yang lebih kuat untuk mencapai tujuan hdup pribadinya atau tujuan bersama sebagai anggota masyarakat. Hal ini yang selanjutnya menjadi hakikat pendidikan berkarakter.

Pendidikan berkarakter adalah suatu sistem penanaman nlai-nilai akrakter keoada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Dalam pendidikan berkarakter di sekolah, semua elemen pendidikan harus dilibatkan termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko -- kurikuler, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu pedidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.

Tujuh Alasan Perlunya Pendidikan Karakter

Menurut Lickona ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter itu harus disampaikan:

  1. Merupakan cara terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian yang baik dalam kehidupannya;
  2. Merupakan cara untuk meningkatkan prestasi akademik;
  3. Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain;
  4. Mempersiapkan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam masyarakat yang beragam;
  5. Berangkat dari akar masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah;
  6. Merupakan persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja; dan
  7. Mengajarkan nilai-nilai budaya merupakan bagian dari kerja peradaban.

 Pendidikan bukan sekedar berfungsi sebagai media untuk mengembangkan kemampuan semata, melainkan juga berfungsi untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermatabat. Dari hal ini maka sebenarnya pendidikan watak (karakter) tidak bisa ditinggalkan dalam berfungsinya pendidikan. Oleh karena itu, sebagai fungsi yang melekat pada keberadaan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa, pendidikan karakter merupakan manifestasi dari peran tersebut. Untuk itu, pendidikan karakter menjadi tugas dari semua pihak yang terlibat dalam usaha pendidikan (pendidik).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun