Mohon tunggu...
Humaniora

Catatan Pinggir Seorang Muslim Pinggiran

2 April 2017   18:17 Diperbarui: 4 April 2017   15:16 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kebanyakan orang menilai dari apa yg dilihatnya bukan dari apa yg ia mampu rasakan. Memahami dengan kecerdasan rasa bisa menurunkan rahmat Allah SWT yg lebih nyata ke muka bumi. Tapi hanya orang2 yg dikaruniai kepekaan saja yg bs melakukannya. Yaitu orang2 yg telah terbuka penyaksiannya terhadap kenyataan meskipun mungkin baru samar2. Penyaksian yg tidak terhalang oleh penglihatan mata lahir.

Beramal, beribadah, mengabdikan hidup kepada Allah swt akan sia2 tanpa didasari pemahaman yg cukup tentang rasa. Rasa merupakan gerbang pengetahuan yg paling dekat untuk menuju penyaksian kepada yg nyata.

Mengapa agama di zaman modern terasa kering dan sering gagal menjadi oase yg menjawab kehausan dan kegersangan hidup? Jawabnya karena agama sering dijauhkan dari pemahaman terhadap hakekat rasa. Ketidakmampuan manusia modern mencintai Allah SWT, mencintai Rasulullah SAW, dan mencintai makhluq-Nya dengan sebenar-benarnya mencintai adalah karena kurangnya pendalaman ilmu rasa itu tadi.

Jika agama terus mengalami peng-instan-an, pengerdilan, pemprofanan (penduniawian) dan pendangkalan. Maka, tashawuf menjadi barang aneh, thoriqoh menjadi menjadi ilmu yg asing dan ahlaq hanya menjadi konsep di atas kertas, bukannya tumbuh di dalam jiwa dan berkembang di dalam kehidupan sosial masyarakat.

Pendangkalan agama itu terus-menerus terjadi seiring dahsyatnya terpaan virus kapitalisme dan materialisme yg menjangkiti kehidupan manusia modern. Kita lihat saja, agama sekarang sudah menjadi komoditas politik dan komoditas bisnis yg dikendalikan oleh kapitalisme dan materislisme.

Isu politik yang dibelokkan dan digoreng sedemikian rupa, dibumbui dengan kebencian, sinisme dan arogansi menjadi laku keras di media. Agama tampil dg wajah yg sangar seperti bolduser yg siap mendistorsi tatanan moral, sosial dan politik.

Secara sadar atau tidak, hingar-bingar acara2 dakwah di tv2 itu adlh fenomena industrialisasi bisnis keagamaan yg digerakkan oleh kepentingan bisnis kapitalisme yg notabene belum tentu para pelaku bisnisnya itu beragama Islam.Targetnya adalah rating yg tinggi agar bs mendatangkan keuntungan besar. Tidak ada bedanya dg entertainment yg lain. Para pendakwahnya pun tidak penting apakah layak disebut ulama atau hanya sekedar mengandalkan popularitas semata.

Akhirnya, mari sama2 berdoa dg penuh pengharapan hanya kepada Allah SWT agar kita semua diberi kemampuan untuk mengenali hakekat kenyataan yg sesungguhnya sebagaimana yg diajarkan Allah SWT melalui Jibril AS kepada para Rasul-Nya.

Wallohu a'lam bishowab

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun