Mohon tunggu...
sariyatul ilyana
sariyatul ilyana Mohon Tunggu... Researcher, Volunteer, Financial Planner wanna be, Lecture wanna be. -

Sariyatul Ilyana Accounting Education/Yogyakarta State University ~~Penikmat perjalanan hidup~~

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Financial Management Education Sebagai Langkah Dini Meningkatkan Literasi Keuangan Masyarakat

22 November 2014   05:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:09 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perekonomian suatu negara merupakan salah satu hal yang menarik untuk dibahas, terutama masalah stabilitas sistem keuangan. Stabilitas sistem keuangan berkaitan dengan pengelolaan keuangan yang baik oleh pemerintah dalam menghindari terjadinya krisis moneter. Seperti yang kita ketahui bahwa instabilitas sistem keuangan akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kehidupan bangsa.

instabilitas sistem keuangan sebagian besar bersumber dari ketidakseimbangan yang terjadi di sektor keuangan, terutama industri perbankan sebagai sumber utama pembiayaan ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia. Ketidakseimbangan industri perbankan terjadi terutama akibat ketidakmampuan menilai, meminimalisir dan memitigasi risiko kegiatan usahanya sehingga menciptakan perilaku prosiklikalitas yang berlebihan. (Bank Indonesia, 2014). Ketidakseimbangan antara pengucuran dana kredit yang diberikan oleh perbankan dengan tingkat investasi yang dilakukan oleh masyarakat tentunya mengganggu kestabilan kegiatan perekonomian negara. Rendahnya tingkat investasi yang dilakukan oleh masyarakat diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai produk dan jasa keuangan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta rendahnya kesadaran diri pentingnya mengelola keuangan pribadi.

Selayaknya, pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan ini diajarkan sejak dini ketika anak masih kecil. Hal tersebut dikarenakan anak lebih mudah dibentuk mindset nya daripada orang dewasa. Pengetahuan ini dapat diberikan melalui Financial Management Education. Financial Management Education merupakan pendidikan yang ditujukan kepada anak mengenai cara mengelola keuangan dengan baik, dimana pengelolaannya dilakukan dengan memanfaatkan produk-produk keuangan yang kini ada di tengah-tengah masyarakat.

Financial Management Education dapat diajarkan di sekolah maupun di rumah. Anak diajarkan untuk mengelola uang yang ia terima agar dapat terkelola dengan baik. Dengan pengajaran prinsip ekonomi Y= C+S kepada anak, anak akan mengetahui betapa pentingnya mengelola keuangan dengan mempertimbangkan antara fungsi konsumsi (C) dan fungsi saving (S) dari uang yang ia terima, baik dari orang tua ataupun pihak lain (Y). Berikut unsur-unsur yang perlu diajarkan kepada anak dengan berprinsip pada Y= C+S:

1.Kebutuhan dan Keinginan

Anak harus mampu membedakan hal yang termasuk kebutuhan dan hal yang termasuk keinginan. Kebutuhan merupakan sesuatu yang dibutuhkan seseorang dalam mencapai tujuannya. Sedangkan keinginan cenderung pada hasrat seseorang untuk memuaskan dirinya dalam sesaat. Anak perlu memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan agar fungsi C yang digunakan oleh anak tidak berlebihan sehingga Y yang didapatkan dapat memenuhi fungsi S. Ilustrasi penerapannya adalah sebagai berikut:

Anak diberikan sejumlah uang tertentu. kemudian guru/orang tua memberikan beberapa opsi yang bisa dipilih oleh anak. Opsi tersebut berkaitan dengan mana yang termasuk kebutuhan dan mana yang termasuk keinginan. Guru/orang tua membiarkan anak memilih opsi tersebut sesuai keinginannya. Setelah anak memilih opsi tersebut, guru/orang tua menanyakan apakah uang yang dimiliki cukup untuk memenuhi semua opsi tersebut atau tidak. Apabila tidak, anak diminta membuang beberapa opsi yang dianggap tidak begitu penting. Setelah anak berpikir bahwa uangnya cukup untuk membeli pilihan tersebut, guru/orang tua mulai menjelaskan tentang opsi yang termasuk kebutuhan dan keinginan. Kemudian, guru/orang tua memberitahu anak bahwa ada yang lebih penting dari pilihan-pilihan tersebut, yaitu tabungan.

2.Masa depan dan masa sekarang

Anak perlu mengetahui apa yang terjadi sekarang dan apa yang akan terjadi di masa depan. ibarat sebuah permen, permen tidak memiliki nilai rupiah yang sama dari tahun ke tahun. misal pada tahun 2000, dengan uang Rp. 500 kita dapat memperoleh 20 permen, pada tahun 2007, dengan uang tersebut kita dapat memperoleh 5 permen, dan pada tahun 2014 dengan uang tersebut kita dapat memperoleh 3 permen. Dari penjelasan tersebut anak perlu memahami pentingnya uang di masa depan sehingga tidak shock apabila terjadi perubahan harga.

3.Perencanaan keuangan

Ketika anak menerima uang, maka anak perlu merencanakan hal-hal yang harus dilakukan dengan uang tersebut, tentunya dengan mempertimbangkan fungsi C dan fungsi S. Anak diajarkan untuk menyisihkan uang yang diterimanya sebagai fungsi S sebelum digunakan untuk konsumsi dan menggunakan sisa uangnya untuk konsumsi sesuai dengan apa yang ingin diperolehnya sebagai fungsi C.

4.Akuntabilitas terhadap uang yang diterima

Selain dilatih untuk menggunakan uangnya, anak juga dilatih untuk mempertanggungjawabkan uang yang ia terima kepada orang tuanya.

5.Pembuatan tabungan untuk anak

Dalam rangka mencapai kesuksesan anak dalam memahami pentingnya mengelola keuangan, orang tua secara sadar membuatkan tabungan untuk anak. Saat ini banyak produk keuangan yang khusus diberikan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengelola keuangannya dan mengoptimalkan fungsi saving dalam penggunaan uang yang ia terima.

Financial Management Education akan memberikan efek positif terhadap masa depan generasi bangsa. Terbiasanya anak mengelola keuangan sejak dini, akan menghasilkan generasi yang tahan terhadap isu-isu negatif di sektor keuangan karena generasi tersebut sudah memahami risiko-risiko yang terjadi terhadap keuangan nasional serta terhindar dari kejahatan keuangan, baik penipuan ataupun yang lainnya. Kemampuan mengelola keuangan atau literasi keuangan yang baik oleh masyarakat pun akan menghindarkan masyarakat dari perilaku overreaktif terhadap isu-isu keuangan seperti yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang mengakibatkan perbankan kolaps karena kepanikan masyarakat terhadap isu-isu yang terjadi. Apabila literasi keuangan sudah dicapai dengan baik, maka stabilisasi keuangan nasional akan tercapai.

Sumber:

Bank Indonesia. 2014. Kajian Stabilitas Keuangan. KSK No. 23 tanggal 23 September 2014

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun