Mohon tunggu...
Erni Lubis
Erni Lubis Mohon Tunggu... Guru - Pengajar dan pembelar

Mencoba menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Petugas Rumah Sakit Seharusnya Lebih Berjiwa Besar

4 Desember 2019   00:05 Diperbarui: 5 Desember 2019   23:48 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi petugas di rumah sakit. (sumber: shutterstock)

Di antara kita hampir semua pernah ke rumah sakit, entah hanya sebagai pengantar orang sakit atau sebagai pasien. Sudah dalam waktu dua tahun ini saya harus bolak-balik ke rumah sakit.

Rumah sakit yang telah saya kunjungi diantaranya yaitu klinik Muhammadiyah Medical Center Universitas  Muhammadiyah Surakarta (MMC UMS), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Pabelan, Puskesmas Kartasura, Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta, Puskesmas Wonogiri, dan Rumah Sakit Mulia Hati Wonogiri.

Dari beragam rumah sakit yang saya datangi, tentu pelayanan yang saya dapatkan berbeda-beda. Baik pelayanan dari bidang registrasi (pendaftaran), pemeriksaan dengan dokter, pengambilan obat, rawat inap, kontrol, hingga tahap hal-hal yang berkaitan dengan administrasi.

Pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit akan membekas di hati pasien, akan menjadi cerita untuk bahan rekomendasi masyarakat, atau minimal akan menjadi cerita kita pada keluarga di rumah.

Orang-orang yang bekerja di rumah sakit sejatinya tidak hanya bekerja karena tuntutan profesi atau sekedar mengharap gaji, tapi memiliki tujuan melayani pasien di rumah sakit semaksimal mungkin.

Tetapi banyak sekali pihak rumah sakit yang terkadang malas sekali mendengarkan keluh kesah pasien, mereka tampak kaku sekali bahkan di ajak ngobrol pun tidak menjawab.

Hal semacam itu, baru saja saya alami ketika saya mengantarkan ibu saya ke puskesmas untuk mendapatkan rujukan ke rumah sakit, tetapi petugas administrasi bagian pendaftaran cuek sekali.

Bahkan, saat saya bertanya untuk mendapatkan kepastian apakah benar nomor urut yang dimaksud adalah nomor urut ibu saya, petugas itu hanya diam saja. Lalu petugas yang ada disebelahnya memastikan bahwa benar yang dipanggil adalah nomor urut ibu saya.

Waktu itu ibu saya sakit yang lumayan parah di bagian punggung dan harus dijahit, bahkan darahnya sampai merembes ke jilbab. Ibu saya mengeluh kepada petugas administrasi itu, meski sebenarnya saya sudah bisa memastikan dari ketidakramahan petugas itu, pasti dia juga cuek sekali dengan keluh kesah ibu saya.

Benar saja, petugas itu tidak menjawab keluh kesah ibu saya, bahkan tidak menanyakan ibu saya sakit apa, dia hanya minta kartu bpjs dan ktp. Tampak sibuk sekali sehingga tidak peduli dengan ibu saya yang hampir menangis merasakan sakit di punggungnya.

 Sayapun berusaha tau diri, menyerahkan berkas yang dibutuhkan, tanpa banyak bertanya langsung mengajak ibu saya beralih tempat ketika urusan pendaftaran itu beres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun