Mohon tunggu...
Maya Puspitasari
Maya Puspitasari Mohon Tunggu... Guru - SMPN 3 Pante Bidari

Seorang guru penggerak yang terus tergerak, bergerak, dan menggerakkan demi mencerdaskan anak bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

CPP Belajar Coaching dengan TIRTA dan RASA

20 Februari 2023   23:26 Diperbarui: 21 Februari 2023   08:42 11250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
After Coaching (Sumber: dokpri)

Pada pembekalan hari ke-11 Calon Pengajar Praktik (CPP) kelas 13B mendapat penguatan materi coaching dari seorang instruktur yang sangat berpengalaman di bidangnya yaitu, coach Ari Yuda Laksmana. Pembelajaran dimulai dengan sejarah lahirnya coaching, mulai dari abad ke 15 di sebuah desa Kocs, Hungaria, ide coaching menurut peneliti Erik de Haan, berasal dari sebuah bentuk transpor berupa kendaraan kayu/besi yang ditarik oleh seekor kuda yang kemudian diaplikasikan ke dunia pendidikan. Alat transportasi tersebut diibaratkan seorang coach yang dapat membawa orang-orang ke tempat yang mereka inginkan. 

Lalu pada tahun 1830 istilah coaching ini digunakan untuk sebuah proses seorang instruktur yang disebut juga guru/tutor dalam membina, membawa, menolong atau memberi les pelajaran kepada peserta didiknya untuk lulus ujian. 1860 kata coach digunakan dalam dunia olahraga sebagai seorang instruktur dan pembuat strategi (manajer) klub olahraga. 1960 istilah coach semakin berkembang digunakan dalam Human Development, area pembelajaran orang dewasa, human potential movement, dll. Pada tahun 1995 International Coaching Federation (ICF) didirikan dan memberikan definisi tentang coaching dalam dunia perkembangan manusia. 

Selanjutnya istilah coaching dimaknai sebagai sebuah proses memfasilitasi seseorang untuk menimbulkan kesadaran baru dan memaksimalkan potensi yang dimiliki tanpa menggurui atau mendikte. Proses coaching ini sangat berbeda dengan consulting dan counseling. Di mana consulting merupakan upaya seorang konsultan untuk memenuhi dan mewujudkan keinginan klien, sedangkan counselling adalah usaha mengupas masa lalu seseorang untuk menemukan solusi yang tepat terkait permasalahan yang berhubungan dengan emosi/psikologi yang sedang dihadapi.

Ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan saat melakukan coaching kepada klien, katakanlah dia seorang rekan sejawat di sekolah maupun peserta didik. Prinsip yang pertama kemitraan, di mana coach mendampingi coachee, menggali dan membuka pemikiran dan kesadaran mendalam melalui pertanyaan-pertanyaan berbobot. Kemitraan merupakan kunci utama untuk mencapai tujuan coaching. Hubungan kemitraan yang dibangun dalam coaching akan mendatangkan kenyamanan coachee untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi. 

Prinsip coaching yang kedua adalah kecakapan kreatif, coach berupaya membangun percakapan yang dapat menggugah pemikiran serta ide-ide baru dari coachee. Percakapan yang dihasilkan coach dan coachee merupakan kesepakatan bersama, menyamakan kata kunci dan bahasa tubuh serta menyelaraskan emosi.

Yang ketiga, memaksimalkan potensi, sesi coaching ini harus diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang diutarakan sendiri oleh coachee. Proses coaching ini akan  membuat perasaan coachee lega karena telah menghasilkan sebuah rencana tindakan yang ia yakini.

Berhasil tidaknya sebuah proses coaching akan sangat bergantung pada kedua belah pihak selaku pemeran utama, yaitu coach dan coachee. Untuk itu seorang coach harus memiliki mindset atau pola pikir yang positif, yang membangun dan memberdayakan potensi coachee. 

Dalam melakukan aktivitas coaching seyogyanya coach fokus pada coache, memusatkan perhatiannya pada coachee agar dapat membantu coachee menemukan apa yang diinginkan. Kemudian coach bersikap terbuka dan memiliki rasa keingintahuan yang banyak terhadap pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh coachee.

Coach juga harus memiliki kesadaran yang tinggi untuk menangkap adanya perubahan yang terjadi dengan coachee, baik berupa emosi atau energi yang dapat mempengaruhi percakapan. Berikutnya, coach semestinya mampu melihat peluang baru dan masa depan dari seorang coachee. Artinya, percakapan yang terjadi selama proses coaching mampu menghantarkan coachee di posisi sekarang ia berada menuju posisi yang diinginkannya di masa mendatang.

Untuk memudahkan proses coaching ini, gunakanlah alur TIRTA dan RASA. TIRTA yang dimaksud di sini adalah Tujuan, Identifikasi, Rencana  aksi, dan Tanggung jawab. Alur ini akan memudahkan seorang coach dalam membuat pertanyaan demi pertanyaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan coachee. 

Sedangkan RASA adalah Receive (menerima) Acknowledge (memberi tanda) Summarize (membuat kesimpulan) dan Ask (menanyakan). Teknik ini digunakan untuk mendengar aktif terhadap apa yang disampaikan coachee, menerima semua informasi dan menangkap kata kunci yang diucapkan berulang-ulang. Lalu beri tanda/sinyal bahwa coach memahami apa yang diutarakan tersebut dan rangkum untuk memastikan pemahaman yang sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun